(A): Saya, saya, saya ,saya ,saya ,saya..... (sebanyak 24 anak memilih pasangan ini)
lalu, kami penasaran alasan mereka yang banyak memilih WIN-HT.
(K): Kenapa banyak yang angkat tangan dan pilih WIN-HT?
(A): Karena BERSIH, PEDULI, TEGAS ( jawaban tersebut serentak keluar dari mulut ke-24 anak tersebut)
Jawaban ini cukup mengagetkan kami sebagai kakak pengajara dan kami juga saling memandangi satu sama lain dengan wajah tak percaya satu sama lain.
lalu, kami mengajukan nama-nama lain seperti Anies Baswedan, Pak Dino, Gita, Dahlan Iskan, Mahfud MD, Surya Paloh JK, dan lainnya. Dan mereka tidak tahu soal tokoh-tokoh tersebut. Yang mereka tahu adalah WIN-HT
Sebenarnya jawaban ini cukup wajar. Bisa jadi mereka sering menonton televisi di rumah mereka. Dan kita ketahui sendiri juga bahwa WIN-HTyaitu bapak HT adalah pemilik dan pemimpin 3 stasiun televisi swasta nasional di Negeri ini. (MNC TV, RCTI, GLOBAL TV). Dengan media kampanye televisi melalui iklan dan kuis kebangsaannya, dapat menarik perhatian anak-anak untuk memilihnya (Dalam kata-kata saya adalah Korban Iklan). Barangkali, hal ini dapat menjadi hiburan untuk pasangan WIN-HT, dimana dalam perhitungan survei-survei yang dilakukan oleh lembaga nasional tidak menempatkan mereka pada posisi 1 dalam bursa pemenang pemilu 2014.
Tapi, melalui survei kecil ini, WIN-HT Bisa Menangi Pemilu Presiden 2014, jika pemilihnya adalah ... Anak-anak.
Melihat pada realita, memang dalam pemilu nanti bukan anak-anak yang akan memilih, melainkan orang dewasa yang berusia 17 tahun ke atas dengan KTP warga negara Indonesia, tetapi adakah orang-orang dewasa yang berpikir seperti anak-anak tersebut? Setidaknya ada...
**Notes: Tulisan ini tidak bermaksud dan berniat untuk menyinggung atau menghina pasangan WIN-HT, tetapi ini adalah kenyataan yang saya dapatkan dan rasakan. Tulisan ini bermaksud untuk melihat bagaimana perspektif anak-anak yang menurut saya sangat unik. Oleh sebab itu, saya menaruh tulisan ini pada rubrik 'Berita' dengan Kolom 'Unik' bukan di Politik. Jika tersinggung, anggap saja ini adalah tulisan imaji.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H