Mohon tunggu...
Khus Indra
Khus Indra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pecinta Sastra dan Seni |\r\nPengagum pemikiran Friedrich Nietzsche | Pengkritik ulung

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bung Bowo dan Bung Joko, Ini Serius

4 Juni 2014   16:42 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:24 3461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kita harus membayar mahal untuk mendapatkan harmoni dalam hidup bersama? Meskipun terdengar klise, kita masih belum mewujudkan kehidupan seperti itu. Baru-baru ini, kita menyaksikan lagi kebengisan sekelompok orang yang menyerang rumah ibadah umat Kristen di Yogyakarta. Bahkan dalam jangka waktu 4 hari terjadi 2 penyerangan. Belum lagi beberapa waktu lalu, terjadi penyerangan ‘bom’ berdaya ledak ringan di Vihara Ekayana Grha Tanjung Duren, Jakarta.  Bung, ini tugas berat. Cerita-cerita di atas bukan cerita fiktif ataupun dramatikal dari sebuah film, Bung. Inilah yang terjadi dalam realitas sosial kita.

Kalau masih belum cukup, saya lampirkan beberapa data dari Setara Institute.

(Sumber: SETARA INSTITUTE)

Bung, Jawa Barat menduduki puncak klasemen sebagai tempat terbanyak dalam terjadinya pelanggaran terhadap kebebasan beragama. Sementara itu, Bung harus  tahu bahwa aktor nonnegara yang melakukan pelanggaran terbanyak dilakukan oleh FPI. Bung sekalian kebetulan beragama Islam, Apakah Bung tidak merasa risih dengan tindakan ormas yang mengatasnamakan agama Bung yang bertindak seenak jidatnya? Beranikah Bung memberikan tindakan tegas seperti membubarkan atau apa pun kepada mereka? Dalam aksi-aksinya, tak segan mereka meneriakkan nama ‘Tuhan’ untuk tujuan kebiadaban.

Bung harus tahu bahwa selama ini yang ditindak tegas hanya sebatas ucapan-ucapan peringatan dan hukuman ringan. Dialog yang dilakukan juga hanya sebatas ruang percakapan yang berlangsung dalam koridor sempit. Tidak ada keseriusan untuk mencegah tindak kekerasan selanjutnya. Setiap kali kejadian serupa muncul, hanya diberikan sanksi ringan meskipun beberapa pihak telah mengecam keras. Penanggulangannya juga hanya dilakukan secara parsial oleh pihak kepolisian. Tidak ada tindakan pencegahan secara kolektif atau menyeluruh untuk serius menuntaskan permasalahan intoleransi ini. Yang dimaksud dengan tindakan pencegahan kolektif adalah tindakan yang secara kontinu dan tidak berhenti pada satu ataupun dua tahap guna meredam potensi-potensi yang dapat merusak nilai kebebasan beragam. Sebenarnya, Karen Amstrong telah mengingatkan kita dalam bukunya yang berjudul  The Great Transformation (2006), persoalan agama tidak berhenti pada apa yang dipercayai, melainkan pada apa yang kita perbuat.

Ah, Bung sudahlah. Saya rasa media lebih sibuk untuk menyorot pencitraan kalian berdua. Apalagi media-media yang sedang berafiliasi dengan kalian, Bung. Masalah seperti ini hanya bagian cerita-cerita di siang bolong. Dalam tulisan yang tidak menarik ini juga saya tidak membahas masalah partai koalisi kalian Bung. Hal ini dikarenakan fokus saya hanya pada masalah yang akan dihadapi oleh Bung-Bung saja, apabila nantinya terpilih.Yang jelas Bung untuk mengakhiri ini, saya akan mengutip sedikit ucapan Yap Thiam Hien, pengacara keturunan Tionghoa dan pejuang HAM, “Minoritas bukan ditentukan oleh jumlah, tetapi oleh tindakan yang dilakukan.” Saya sependapat dengan bapak pendiri YLBHI ini. Bagi Yap, tidak ada sebutan minoritas dan mayoritas yang diukur secara kuantitas, tetapi yang dilihat oleh Yap adalah apa yang dilakukan seseorang terhadap sekitarnya.

Tapi, ya sudahlah Bung mari kita duduk dan bersantai sejenak di teras. Apakah Bung berdua suka minum kopi? Alangkah indahnya jika Bung berdua bisa piknik bareng sebelum pertarungan 9 Juli nanti. Membicarakan hal-hal tentang segarnya udara, hijaunya pepohonan, dan indahnya langit beserta burung-burung yang berkicau. Tidak lupa juga angin yang berhembus sepoi-sepoi… Lalu, Bung berdua bertanya,

“Apakah aku yakin mau nyapres?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun