Di sisi lain, ada romansa kebudayaan yang dibawa yaitu melalui karya The Past of Past/ Migration (2013). Karya ini menampilkan sebuah perahu yang berisi lampu-lampu lilin eletrik merah yang seakan menabrak sebuah gundukan balok-balok tanah yang berbentuk huruf-huruf dan diujungnya menanti sebuah kursi bangsawan dengan kipas didudukannya.
Hal ini menggambarkan bahwa kebudayaan tionghoa telah bercampur satu sama lain seperti yang digambarkan melalui huruf-huruf tadi. Huruf tersebut berjumlah 28 ribu yang melambangkan 28 ribu kebudayaan yang ada di dunia.
Selain itu, FX Harsono juga membawakan kebudayaan literasi melalui sajak kata-kata bijak yang dibuat dalam susunan kata melalui lampu neon yang ditempatkan pada sembilan peti kotak besi yang dibiarkan setengah terbuka.
Karya yang berjudul Light in the Suitcase (2014) ini biasanya terpampang pada rumah-rumah orang-orang beretnis Tionghoa pada zaman dahulu. Karya yang dengan menggunakan konsep lampu neon juga terlihat pada karya The Light Of Journey (2014).
Karya ini menampilkan sebuah perahu terbalik yang seakan menancap di pada permukaan tanah dan memiliki goresan kata yang bertuliskan “Bercita-cita besar tak lupa moral” .
Memang seperti inilah FX Harsono, yang selalu menghadirkan dan merawat identitas dirinya melalui karya-karya yang menakjubkan.
Sebagai kurator pameran, Agung Hujatnikajennong mengatakan dalam pengatar pameran bahwa, ”Narasi tentang sejarah etnis Tionghoa di Indonesia, ia kemas dengan metafor-metafor yang kaya dan menggugah. Mewakili perlintasan ulang-alik antara ‘data’ dan ‘imajinasi’, antara objektivitas dan subjektivitas, proses kreatif Harsono melahirkan tafsir artistik yang menyentuh tentang sejarah dan ingatan.”
Karya-karya FX Harsono memang menggugah ingatan kita untuk terus merawat akal sehat dan menolak lupa terhadap sesuatu kejadian kelam yang pernah terjadi di lingkungan sekitar kita.