Selain itu, ia juga tergabung dalam Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia (GRSBI, 1975-1979), sebuah gerakan yang  melakukan berbagai dobrakan estetika seni rupa masa itu. Serta, memperkenalkan berbagai pendekatan seni rupa yang pada saat itu masih dianggap anti-estetis dan menyalahi konvensi, seperti instalasi dan performance art.Â
Sebenarnya, nuansa Identitas dalam karya-karya pria kelahiran Blitar, 65 tahun silam, dimulai pada tahun 2008. Kala itu, ia sering bertanya mengenai siapa dirinya yang sebenarnya. Akhirnya, ia membuat karya tentang Displaced, akibat dari ketidaknyamanan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Sampai akhirnya ia mulai menyadari bahwa dirinya sebagai orang Tiong Hoa.
Karya-karya yang ditampilkan pada Ruang B dan Ruang Sayap di Selasar ini dapat kita saksikan sebagai sebuah panggung sejarah. Sebuah sejarah yang dihadirkan oleh FX Harsono melalui sisi terkalbu dari yang terpinggirkan.
Hal ini dapat kita rasakan melalui karya Rewriting on the tomb (2013). Karya ini merupakan karya cetakan huruf-huruf yang diambil oleh Harsono sendiri di kuburan Tionghoa. Dia menggunakan sebuah lembar kain yang kemudian ditutupkan pada huruf-huruf batu nisan di kuburan tersebut. Lalu, dengan terampil Harsono mencetak huruf tersebut dengan menggunakan arang merah.
Kegetiran belum berhenti, masih ada karya Writing In The Rain (2013). Karya performance yang ditampilkan melalui video ini digabungkan dalam satu ruangan dengan 3 buah meja yang masing-masing memiliki kursi seperti di sekolah.
Video tersebut menggambarkan bagaimana Harsono berusaha untuk menuliskan nama Mandarinnya dengan kuas dan tinta hitam pada sebuah kaca bening.
Hal ini dilakukan secara berulang dengan repitisi gerakan tangan yang halus dan beberapa saat kemudian, hujan mulai mengguyur.
Seketika tulisan yang ditulis olehnya terhapus oleh hujan, tetapi jejak bentuk yang pertama dilukiskan tidak menghilang. Meskipun hujan terus mengguyurnya, Harsono tetap menuliskan namanya pada kaca tersebut.
Tiga buah meja yang masing-masing alas mejanya dilubangi secara halus dengan nama mandarin Harsono yang ditambahi dengan tiga buah kursi sekolah.
Karya ini merupakan seri lanjutan dari karya yang sudah pernah dibuat FX Harsono sebelumnya yang berjudul Rewriting The Erased.