Melihat foto-foto hitam putih dengan gambar tengkorak manusia, membawa nuansa menyeramkan sekaligus kesedihan yang tertanam. Masing-masing foto tersebut dimasukan ke dalam kotak-kotak. Lalu, di samping kanan-kiri foto itu diapit dengan dua buah lampu merah elektrik yang diibaratkan seperti lilin. Sebanyak 191 kotak itu disusun melingkar bak sebuah monumen.
Itulah monumen karya seniman FX Harsono yang berjudul Monumen Bong Belung (Monumen Kuburan Tulang, 2011). FX Harsono kembali dengan membawa nuansa yang selalu mengupas mengenai identitas dirinya sebagai orang Tionghoa Indonesia.
Kali ini, ia hadir di Galeri Selasar Sunaryo Art & Space, Bandung, dengan menggelar pameran tunggal yang berjudul “Things Happen When We Remember”.
Karya Monumen Bong Belung disusun seperti altar sembahyang dalam tradisi tionghoa itu, diambil dari pembunuhan dan pembantaian terhadap etnis tionghoa yang terjadi di tempat kelahirannya sekitar tahun 1947-1949 akibat pergolakan politik.
Bila kita lihat secara detail karya ini, maka akan terlihat nama-nama orang yang meninggal.
Kita seperti dibawa ke sebuah kuburan peranakan tionghoa yang dipenuhi hawa-hawa dingin dengan kegetiran akibat pembantaian itu.
Identitas
Nama FX Harsono sudah mulai malang melintang dalam seni rupa Indonesia sejak keterlibatannya dalam Manifesto Desember Hitam – sebuah gerakan seniman yang beroposisi terhadap institusionalisasi seni oleh pemerintah tahun 1974.