Mohon tunggu...
Gogod Godwin
Gogod Godwin Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Suka mengamati, mengambil pelajaran & berbagi

Selanjutnya

Tutup

Politik

"atau" Itu Bukan Pilihan

9 April 2014   07:55 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:52 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Seorang wanita lemah diancam dengan pilihan memberikan perhiasannya atau merelakan untuk diperkosa, tidak mungkin memilih apa yang diharapkan (tidak kehilangan harta dan tidak diperkosa), apalagi memilih "atau". 
Yang bisa dilakukan hanya akan memilih resiko yang paling bisa dia hadapi diwaktu yang akan datang. Meskipun belum tentu dengan memilih salah satu orang yang mengancam akan memenuhi janjinya, setidaknya wanita itu telah melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri.
Demikian pula ketika berada disebuah tempat yang asing, seseorang akan memilih bertanya kepada orang yang sudah dikenal, kalaupun tidak ada satu orang yang dikenal dia akan meminta rekomendasi dari orang yang dia kenal kepada siapa dia harus bertanya. Kalau tidak ada juga, biasanya akan memilih bertanya kepada orang yang menurut dia karena kriteria tertentu, bisa karena kepercayaan yang sama, bahasa yang sama atau setidaknya dari penampilan yang diperkirakan mampu membantu dia, meskipun belum tentu pilihannya benar, setidaknya sudah berusaha, daripada tidak bertanya kemudian dia tersesat.
Perumpamaan diatas, menurut saya bisa dijadikan pertimbangan bagi kita yang akan memilih caleg tetapi tidak mengenal pilihan yang diberikan, atau pilihan yang ada tidak ada yang sesuai dengan keinginan kita.
Artinya, kalau kita tidak kenal dengan pilihan yanga ada, kita bisa pilih dari orang lain yang mungkin sepaham dengan kita entah karena keterikatan emosional agama, budaya, almamater atau lainnya.
Kalau permasalahannya karena tidak ada satu pilihan yang sesuai harapan kita, setidaknya kita membantu agar jangan sampai yang paling jelek menjadi menang, dengan memilih yang terbaik dari beberapa pilihan buruk.
ContohnyaDari 100 pemilih :- 30 memilih Pilihan agak buruk- 25 memilih Pilihan buruk- 35 memilih Pilihan paling buruk- 10 tidak memilih
Maka yang menang tetap yang paling buruk. Kalau suara yang tidak memilih itu dipindahkan ke pilihan agak buruk, bukankan kita sudah mengurangi resiko dengan membantu mengalahkan yang paling buruk.
Memilih atau tidak, kita tetap akan menghadapi masa yang akan datang, jadi kalau tidak bisa memilih yang sesuai keinginan kita, kenapa kita tidak memilih yang resikonya lebih kecil dengan mengeliminir pilihan yang paling buruk.
Hidup ini pilihan, dan kita tidak bisa memilih "atau"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun