Mohon tunggu...
Agus Siswanto
Agus Siswanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Mencoba mengasah otak lewat coretan kecil || tinggal di Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah ||

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saat Hari Itu ku Tahu kau Telah Resmi Berdua_1

23 Juni 2014   04:00 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:47 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku masih ingat saat pertama kali kita kenalan dan bertemu, kita di kenalkan oleh temanku dan sekaligus temanmu. Hari minggu di sebuah tempat makan jajan tradisional. Kita bercanda tertawa berhaha hihi menikmati obrolan dan hidangan yang sudah di pesan. Setelah itu kita ke pantai menikmati suasana siang menjelang senja, kau persis duduk didekatku dan aku mulai mengakrabkan diri denganmu dan kaupun senang bisa ngobrol panjang denganku.

Lantas kita semakin dekat tanpa di ketahui oleh teman yang memperkenalkan kita. Kau dan aku sering jalan diam diam, jalan kemana saja menikmati hari. Aku menaruh simpati atas cerita hidupmu yang pernah gagal dalam membina hubungan serius antar manusia. Empat tahun yang lalu saat pertama kali kita kenalan bahkan saat itu aku masih punya hubungan kasih jarak jauh dan kaupun demikian. Akhirnya kita sepakat untuk memutuskan kisah kasih diantara pasangan kita masing masing.

Kita mengikrarkan sebagai pasangan kekasih baru yang telah menyakiti mantan mantan jarak jauh diantara kita. Sungguhperbuatan yang sangat menyakitkan bagi orang lain tapi sungguh menyenangkan dan membuat kita bahagia. Aku seperti manusia yang sempurna dan sangat cocok denganmu. Ternyata kita menaruh rasa suka saat pandangan pertama dan berlanjut obrolan di pantai itu.

Tahun demi tahun kita lewati bersama, membina hubungan kasih. Walau tidak mulus semulus jalan tol, kita pun lebih banyak bertengkar sampai kau menangis. Tetapi pertengkaran itu selalu di akhiri dengan aku memelukmu sebagai tanda kenyamanan diantara kita. Aku nyaman di dekatmu dan katamu kaupun nyaman jika bersanding denganku.

Aku masih ingat saat kau menelponku dan memohon agar aku jangan pergi keluar kota, karena kau tidak sanggup untuk berada jauh dariku. Berawal dari rasa isengku bercanda denganmu lewat sms yang mengatakan bahwa aku akan pergi keluar kota untuk jangka waktu yang lama. Seketika saat itu juga rasa takut kehilanganmu muncul dan selalu menjadi beban fikiran sampai sampai tidak konsen terhadap apapun bahkan nonton tvpun hanya gonta ganti channel. Bengong itu katamu.

Cinta yang menguatkan kita untuk bertahan bertahun tahun, aku menaruh empati yang tinggi tehadap kehidupan masa lalumu. Katamu aku sosok yang bisa menjaga dan membuatmu nyaman, katamu hanya aku yang bisa membuatmu lepas dari masa lalu yang menyakitkan. Hanya satu yang tidak terlalu disukai olehmu, tipe cemburu yang berlebihanku yang membuatmu sedikit terkekang.

“Please..... jangan lakukan itu, please... aku gak sanggup jika kau pergi jauh dariku” suaramu ditelepon waktu itu.

Saat menjawab telepon aku masih di dekat sawah menikmati pemandangan sore hari. Angin sawah yang bergerak pelan membawa suasana berubah jadi getir.

“Emang kenapa? Aku pergi gak lama, nanti kembali lagi, boleh ya dek?” Pintaku.

“Pokoknya jangan Mas....”

Tiba tiba kamu menangis dan aku lagi lagi tak kuasa mendengar kamu menangis di telepon dan aku tahu saat itu kau berlari kekamar mandi.

Aku yang terus mendengar suara terisak dan memang sangat mencintaimu tidak sampai hati melanjutkan sandiwara ini. Aku berucap saat itu juga.

“Gak Dek... Mas Cuma bercanda, tidak ada yang mengajak Mas pergi keluar kota kok,itu hanya gurauan saja”

Seketika tangisan itu berlalu dan diujung sana terdengar suara sedikit kelegaan dan diikuti kata makasih darimu sambil suara lirih yang sangat mendamaikan hati.

“muahhh muaaahh muaaah”

Suara indah darimu untuk mengakhiri telepon.

Akupun tertawa kecil di ikuti senyum dan mungkin kalau aku berada di depan cermin nampak wajah dan pipiku akan merona.

Bersambung.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun