Mohon tunggu...
Gustaf Mamangkey
Gustaf Mamangkey Mohon Tunggu... Dosen -

Seorang dosen. Penyuka laut dan fotografi. Iseng benar meneliti kerang-kerangan dan mutiara. Punya anak sepasang dari isteri satu.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tantangan Budidaya Mutiara Indonesia

17 Mei 2017   17:19 Diperbarui: 18 Mei 2017   14:37 1266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa takut?

Ketiga masalah spesifik budidaya mutiara di atas bukannya tanpa celah pemecahan. Masalah budidaya sepertinya terlalu ringan untuk dipecahkan. Pelatihan budidaya yang intensif dengan sistem magang atau penyuluhan dan pendampingan ahli dapat mengatasi masalah ini. Namun masalah pemasaran dan kebijakan yang berimplikasi pada ketersediaan penyisip inti handal yang lebih diperhitungkan. Perusahaan mutiara besar dunia yang berekspansi di Indonesia bisa dijadikan Bapak Asuh sebagai pemecahan masalah pemasaran. Kondisi ini tentu saja dibutuhkan campurtangan pemerintah sebagai fasilitator. Hal yang sama juga dilakukan untuk mengatasi kelangkaan penyisip inti mutiara. Beberapa perusahaan mutiara (umumnya selain milik Jepang) telah melakukan training penyisip mutiara. Sebuah profesi yang sangat mahal namun beresiko. Karena di tangan merekalah urat nadi bisnis ini. Cara lain mengatasi kelangkaan penyisip untuk skala usaha kecil adalah dengan berkongsi bersama untuk menyewa penyisip handal. Hal ini sudah dilakukan di beberapa negara Pasifik Selatan.

Bisnis mutiara rakyat bisa menjadi usaha rumah tangga. Koperasi yang sudah ada akan menjadi wahana pemersatu antar kelompok yang nantinya berimbas pada kokohnya bisnis ini. Peran koperasi akan menyentuh mulai dari suplai bibit, pemeliharaan, ketersediaan pasar bahkan sampai pada ketersediaan penyisip inti mutiara handal yang menjadi momok para pelaku bisnis ini. Usaha mutiara skala rumah tangga ini bukan tanpa bukti. Jepang dan China sudah membuktikannya! Mengapa Indonesia tidak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun