Mohon tunggu...
Ade Lanuari
Ade Lanuari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Saya Berbeda Karena Ingin Sukses

21 November 2017   13:29 Diperbarui: 21 November 2017   13:38 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Sukses Itu Pilihan

            "Siapa yang ingin sukses?" Satu pertanyaan itu sering dilontarkan dalam kehidupan sehari-hari. Entah di sekolah, di rumah, di kantor, dan lain sebaginya. Kebanyakan orang yang ditanya, pasti menjawab: "Saya ingin sukses." Pertanyaan selanjutnya adalah, "Apa yang kamu lakukan untuk mencapai kesuksesan tersebut?" Ketika pertanyaan ini dilontarkan, orang-orang sudah mulai mengerutkan dahi. Banyak yang bisa jawab, tapi enggak sedikit yang bingung.

            Menurut saya, sukses itu sebuah pilihan yang berimplikasi. Artinya, ketika seseorang memilih hidup untuk sukses, ada sesuatu yang harus dikorbankan dan dikerjakan. Sukses bukan masalah slogan semata, melainkan suatu aksi dan tindakan nyata. Kita kenal beberapa orang sukses di Indonesia, misalkan Pak Joko Widodo. Beliau bisa sukses menjadi Presiden RI saat ini, karena beliau tau apa yang harus dilakukan dengan pilihan dan keputusannya. Beliau tidak hanya berbicara tentang pilihan, harapan, dan keinginan semata, tetapi beliau juga mengupayakan agar bisa merealisasikan semuanya. Beliau bergabung dengan partai politik, menambah relasi, melakukan "blusukan", menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Andaikata Bapak Joko Widodo hanya berkata: "Saya ingin sukses," tetapi beliau tidak pernah melakukan apa yang menjadi pilihannya, tentu tak pernah ada seorang Presiden RI yang bernama Joko Widodo.

            Dua pertanyaan itulah yang perlu direfleksikan kepada setiap orang yang menginginkan kesuksesan. Tentunya kesuksesesan dalam bidangnya masing-masing. Yang menjadi mahasiswa sukses belajar, guru sukses mengajar, olah ragawan sukses dengan lomba, pemerintah sukses mempin rakyat, dan lain-lain.

            Terkadang permasalahan dilapangan adalah "Saya sudah berusaha sekuat tenaga, tapi kok masih gagal?" dan biasanya dari pertanyaan tersebut menimbulkan pernyataan lain semisal: "Kayaknya saya enggak bakalan bisa sukses. Saya menyerah dan bla..bla..bla..." Hal itulah yang sering terjadi bagi orang-orang yang mungkin baru mencoba dan gagal. Sebenarnya, yang perlu dilakukan oleh orang-orang yang gagal hanyalah satu. Mencoba dan terus mencoba. Dalam sejarah populer tentunya setiap orang tahu seseorang penemu lampu pijar yaitu Thomas Alfa Edison. Dalam setiap percobaan, dia selalu gagal membuat lampu pijar. Banyak orang-orang disekitar yang mengatakan bahwa apa yang dia lakukan merupakan sesuatu yang imposible, utopis, dan mengada-ada, namun hebatnya dia terus mencoba. Gagal satu kali, dia terus mencoba, gagal dua kali, dia terus mencoba dan sampai ratusan kali gagal, dia terus mencoba. Suatu kali ada kerabat yang mengatakan, sebaiknya percobaan dihentikan saja karena sudah berkali-kali gagal, dan tidak umum, serta tidak masuk akal untuk saat itu. Beberapa sindirin, tidak membuat dia patah semangat, karena dia  punya prinsip GueBeda. Setelah berkali-kali mencoba akhirnya Thomas Alfa Edison baru berhasil setelah percobaan ke 1001. Betapa lamanya dia berusaha. Bukan hanya harian, mingguan, atau bulanan dia mencoba, tetapi bertahun-tahun lamanya dia mencoba sesuatu yang tidak masuk akal. Bayangkan jika saat itu Thomas Alfa Edison menyerah dan menghentikan percobaannya, mungkin saat ini setiap malam orang masih sibuk menyalakan obor, lampu minyak, dan lain sebagainya.

            Thomas Alfa Edison hanyalah salah satu contoh orang sukses yang tidak kenal kata menyerah. Masih banyak lagi pejuang yang tak kenal lelah untuk menggapai kesuksesan,  walaupun dia dihantam dengan berbagai macam kesulitan. Mereka tak menyerah, karena menyerah bukanlah pilihan. Seperti kata mutiara berikut:

"Pejuang sejati, gagal sepuluh kali, bangkitnya sebelas kali."

            Live is Try

           Sejak kecil, hidup saya dipenuhi dengan ragam dinamika yang apabila tidak dihadapi dengan kesabaran, pastinya akan membawa kepada keputus asaan. Pada saat umur 2 bulan, ayah meninggal karena ditabrak truk. Semenjak itu saya hidup bersama ibu di Jakarta. Saat itu saya belum begitu faham akan pentingnya kehilangan dan kehadiran seorang ayah. Hanya saja banyak orang-orang sekitar yang merasa iba. Suka duka saya lalui dengan ibu tanpa kehadiran seorang ayah, hal itu hanya berjalan sampai dengan umur 4 tahun karena saya harus pindah ke Banjarnegara bersama kakek dan nenek. Waktu itu saya tidak tau alasa mengapa saya harus pindah dari Jakarta ke Banjarnegara, yang jelas saya merasa berbeda dengan teman-teman lain. Mereka bisa hidup secara alami dengan orang tua, sedangkan saya tidak. Awal hidup di Banjarenegara saya merasa sedih teringat degan ibu dan bertanya-tanya kenapa saya tidak bisa tinggal lagi dengan beliau? Belakangan baru tahu alasan beliau menitipkan saya kepada kekek dan nenek karena permasalahan ekonomi.

            Saya mencoba dan terus mencoba menjalani hidup ini dengan kesabaran  diusia yang relativ dini. Saya kuat, saya bisa, walaupun saya berbeda. Itu prinsip yang saya pegang dari kecil.

            Lulus SD saat itu umur saya sekitar 12 tahun, saya berhijrah ke kota Yogyakarta untuk menuntut ilmu di sebuah Sekolah Boarding School. Tinggal di asrama, bersama kawan dari seluruh Indonesia, punya karakter beragam, ada yang kasar, ada yang lembut, dan ada pula yang arogan. Hal ini membuat saya mengalami Culture Shock, sedih, murung, dan stress. Saya belum terbiasa hidup jauh dengan kakek dan nenek, saya juga belum bisa menerima ragam karakter teman-teman di asrama. Intinya, saya belum bisa beradaptasi disini.  saya terus mencoba agar bisa beradaptasi dan pada akhirnya saya bisa lulus sampai SMA. Di sekolah berjenjang SMP sampai SMA, sehingga siswa dikatakan benar-benar lulus apabila sudah menamatkan pembelajaran selama 6 tahun.

            Setelah lulus SMA saya memutuskan untuk kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Islam Negeri di Yogyakarta. Masa kuliah relativ lebih tenang karena semenjak SMP dan SMA saya sudah hidup mandiri. Ketika ada masalah, saya mencoba selesaikan sendiri dan ini terus berlanjut sampai dengan kuliah. Hanya saja saat kuliah, saya harus hidup dengan uang saku yang pas-pasan, dan tak punya kendaraan. Untungnya saya tinggal di kos yang letaknya tidak jauh dari kampus sehingga memudahkan saya untuk mengurus urusan perkuliahan. Saya mulai disibukan dengan berbagai kegiatan di kampus, kuliah, tugas, membaca buku, meresume, dll. Padatnya kegiatan kadang membuat saya mudah lelah dan sakit. Untuk itu saya selalu sedia minyak kayu putih caplang, dan belakangan ini ternyata ada minyak KayuPutihAroma yang punya banyak pilihan, serta macamnya seperti tertera dalam link berikut: https://www.instagram.com/temanhati_id/

            Saat sibuk mengerjakan tugas hingga larut malam, saya sering biasanya terserang batuk di pagi hari. Saya coba oleskan dibagian dada, tentunya lumayan hangat, serta efektif meredakan batuk. Tidak hanya itu, ketika di kos saya tergigit nyamuk, makan saya akan mengoleskan dibagian yang gatal. Mau tidak mau pada saat itu saya sudah JadiKekiniandenganKPA, jauh sebelum KayuPutihAromaada.

            Setau saya ada beberapa macam KayuPutihAromadan manfaatnya:

  • Green tea.
  • Manfaat: Membuat lebih freesh dan semangat untuk memulai aktifitas harian.
  • Rose.
  • Manfaat: Memperbaiki mood yang turun ketika banyak kerjaan, lembur, PMS atau masalah sosial.
  • Ekaliptus.
  • Manfaat: Untuk batuk, kedinginan, hidung tersumbat, dan sakit berat lain.
  • Lavender.
  • Manfaat: Membuat pikiran jadi lebih relax dan tidur lebih nyenyak.

kayu-putih-aroma-theraphhy-5a13c740fcf681507f2a2da2.png
kayu-putih-aroma-theraphhy-5a13c740fcf681507f2a2da2.png
            Alhamdulillah masa kuliah telah berakhir, dan saya lulus kuliah dengan predikat yang memuaskan. Di jurusan terbaik ketiga, sedangkan di fakultas terbaik ketujuh. Lulus kuliah, saya kembali ke Banjarnegara dan menjadi guru di salah satu Sekolah Dasar Swasta disana selama kurang lebih tiga tahun dan tinggal bersama kerabat, namun tujuh bulan ini saya kembali lagi ke Yogyakarta. Kenapa saya kembali? Saya ingin mencoba peluang baru, ingin meneruskan kuliah pasca sarjana, dan tentunya ingin mencoba hidup mandiri. Saya rasakan berat untuk memulai hidup baru di Yogyakarta karena semuanya serba sendiri, namun saya terus mencoba dan mencoba. Semoga saya bisa menjadi pribadi yang sukses di dunia dan akherat. Amin.

            Aktivitas mengajar saat ini lebih padat ketimbang dulu. Untuk itu saya selalu membawa KayuPutihAromaRose karena melihat khasiatnya dan sesuai dengan apa yang saya butuhkan, walaupun terkadang saya mencoba lavender, ekaliptus, dan green tea sesuai dengan kondisi yang saya butuhkan.

            Itulah sekelumit catatan hidup saya yang berbeda bersama KayuPutihAroma.Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu punya catatan hidup bersamanya? Jika punya, saya tunggu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun