Mohon tunggu...
Yakob Godlif Malatuny
Yakob Godlif Malatuny Mohon Tunggu... Dosen - verba volant scripta manent

Dosen dan Peneliti

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Korupsi Berjamaah

14 September 2018   09:13 Diperbarui: 22 September 2018   20:58 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rezim terus berganti, korupsi tak pernah pergi. Para wakil rakyat secara gotong royong membajak uang rakyat. Sangat disayangkan, rakyat melimpahkan kekuasaan kepada mereka untuk mengurus uang rakyat demi memajukan kesejahteraan umum malahan berbalik meraup keuntungan demi kemakmuran pribadi dan sanak-famili.

Korupsi adalah penghianatan terhadap rakyat. Hak rakyat dibajak oleh sekelompok politisi yang tamak. Bagaimana mungkin kita bisa mewujudkan mimpi indah "memajukan kesejahteraan umum" bagi seluruh rakyat Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, bila wakil rakyat sendiri masih bermental korup?

Sangat sulit di negeri yang dirundung pilu ini mewujudkan mimpi indah dimaksud. Bahkan seribu kali ganti presiden pun kita tetap "jauh dari kata sejahtera" bila wakil rakyat masih "mengeruh uang rakyat". Janji-janji manis dari mereka kepada rakyat selama musim kampanye lekas menjelma menjadi pil pahit yang ditelan oleh rakyat. Tampil merakyat hanya pencitraan palsu yang berhasil mengelabui mata rakyat. Bisa jadi, rakyat akan mengubur kepercayaan terhadap wakil rakyat.

Wakil rakyat mesti sadar, bangkit, dan lekas mengubur "mental korup" yang hanya menyengsarakan seluruh rakyat. Sangat menarik untuk memperhatikan iklan layanan masyarakat. Bangkit adalah senang, senang melihat orang lain senang dan sedih melihat orang lain sedih. Bangkit adalah malu, malu karena minta melulu. Bangkit adalah takut, takut melakukan korupsi atau mengambil hak orang lain.

Iklan layanan masyarakat ini merupakan bagian dari promosi sosial kepada publik mengenai makna kebangkitan yang modern, serta memberikan pencerahan terhadap pentingnya melakukan perlawanan terhadap tindak pidana korupsi di Tanah Air.

Lebih lanjut, mengutip pesan-singkat yang tebal makna-dari Maham kepada putranya Moonja dalam film India bergenre action yang berjudul Mahenjo Daro bahwa, jika kau ingin menanam kebun bunga yang indah, maka kau harus menebang pohon. Dengan demikian, jika kita ingin "memajukan kesejahteraan umum" maka "mental korup" para wakil rakyat harus dibumihanguskan.

Menyudahi tulisan ini saya berpesan kepada para pembaca yang terhormat dan mulia bahwa, bila para wakil rakyat secara gotong royong mengeruh uang rakyat, maka rakyat, Presiden, KPK, dan lembaga terkait secara gotong royong memerangi mereka yang korup. Periksa, tangkap, adili, dan cebloskan para koruptor ke penjara. Memaafkan koruptor adalah urusan Tuhan, namun mencebloskan koruptor ke penjara adalah urusan kita bersama.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun