Bila kembali pada ingatan, saya pernah dihina, dicerca, bahkan dipukul oleh oknum guru yang pernah membangkitkan hantu kebencian dalam dirinya hanya karena alasan sepele, seperti bermain bola kaki dan menonton tv. Ironisnya, ia tak hanya menghina, mencerca, dan memukul saya dan beberapa kolega, ia juga mengungkit semua kekurangan keluarga kami. Itulah yang membuat hati kami luka.
Oknum guru tersebut mengabdi pada salah satu SMA di Kecamatan Nirunmas, Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Acap kali ia melontarkan kata-kata hinaan, cercaan bahkan memukul anak didiknya hanya karena kesalahan kecil. Hal ini sama sekali tak mencerminkan kebajikan sebagai seorang guru.Â
Lantas kenapa para pengawas dan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Maluku masih belum bisa mendeteksi kelakuan oknum guru tersebut kemudian memberi sanksi? Saat berburuk sangka, saya ingin mengatakan ada "permainan" di balik semua ini demi mengamankan oknum guru tersebut.
Memutus fakta buruk ini, maka diperlukan  tindakan nyata dari beberapa pihak melalui tiga cara. Kesatu, orang tua dari anak didik yang menjadi korban oknum perlakuan guru tersebut mesti melaporkan pada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Maluku. Kedua, warga tak perlu tinggal diam jika oknum guru tersebut terus bertindak semana-mena pada anak didik di sekolah. Mengumpulkan bukti-bukti dan segera laporkan pada kepolisian setempat adalah jalan vital yang mesti ditempuh warga.
Ketiga, kepada pengawas dari Dinas Pendidikan Provinsi Maluku jika melakukan pengawasan terhadap para guru di sekolah, jangan lupa mengecek setiap tindakan guru yang dianggap tidak terpuji dari setiap anak didik. Segera tegur, bila perlu memberi peringatan keras pada oknum guru yang mengina, mencerca, dan memukul anak didik hanya karena alasan sepele.
Yang Mulia anak didik sebagai generasi penerus bangsa mesti dilindungi dari segala macam perkataan dan tindakan yang tidak terpuji. Karena kepada generasi penerus masa depan bangsa digantungkan. Dan guru merupakan salah satu aktor kunci yang bisa menyelamatkan masa depan anak bangsa. Lebih dari itu, di tangan guru hitam putih nasib anak bangsa ditentukan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H