Hampir semua remaja mengetahui popularitas sinetron Ganteng Ganteng Serigala (GGS) dan Anak Jalanan (AJ), walaupun genrenya adalah sinetron remaja tetapi kesamaan dari dua sinetron tersebut seringkali mengambil setting di sekolah dengan porsi terbesar aktornya bermain sebagai siswa. Stigma siswa di sinetron tersebut lebih ditonjolkan pada adegan perkelahian, percintaan bahkan fiksi akan sangat mempegaruhi perkembagan mental generasi muda Indonesia.
Bahkan sosok guru yang ditamilkan di sinetron tersebut juga lebih banyak mengurusi masalah pribadi murid-muridnya daripada pelajaran di sekolah. Waktu penayangannya pun hampir setiap hari dan menggunakan jam prime time (18.00-22.00) padahal waktu tersebut adalah waktu yang paling efektif digunakan untuk pelajaran, sehingga tidak mengherankan jikalau doktrinasi dua sinetron tersebut sangat mempengaruhi mental siswa sekarang menjadi cengeng dan tidak berani menghadapi tekanan. Tidak ada pesan positif yang bisa kita ambil dari tayangan sinetron tersebut, jauh berbeda dengan zaman saya sekolah yang disuguhi Si Doel Anak Sekolah.
Walaupun permasalahan yang membelenggu pak Sambudi sudah berakhir dengan damai, tetapi fenomena tersebut hanyalah ujung dari gunung es, karena masih banyak persoalan pendidikan lainnya yang siap meledak di permukaaan. Dan bagi saya tindakan pencegahan pelaporan guru kepada pihak kepolisian untuk mencegah terulangnya kasus pak Sambudi, seperti yang diterapkan oleh SMP 6 mataram dalam bentuk surat perjanjian antara pihak sekolah dan orang tua jika sampai diberlakukan, makin menjauhkan esensi pendidikan yang dirintis oleh Ki hajar Dewantara, karena bagaimanapun juga hukuman diberlakukan untuk mendidik siswa yang bersalah, tetapi tentunya kita semua sepakat bahwa peraturan tersebut adalah bentuk pelegalan kekerasan yang akan dilakukan guru terhadap siswanya. Tentunya kita semua maisih berharap bahwa hakikat sekolah adalah sistem untuk mencerdaskan anak bangsa, bukan tempat untuk melakukan kekerasan fisik semata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H