Mohon tunggu...
Ervan Yuhenda
Ervan Yuhenda Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Berani Beropini Santun Mengkritisi, Warga Negara Indonesia, Pembaca Buku, Penonton Film, Pendengar Musik, Pemain Games, Penikmat Kopi, Senang Tertawa, Suka Berimajinasi, Kadang Merenung, Mengolah Pikir, Kerap Hanyut Dalam Khayalan, Mengutamakan Logika, Kadang Emosi Juga, Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Kadang Bimbang, Kadang Ragu, Kadang Pikiran Sehat, Kadang Realistis, Kadang Ngawur, Kondisi Ekonomi Biasa-Biasa Saja, Senang Berkorban, Kadang Juga Sering Merepotkan, Sering Ngobrol Politik, Senang Dengan Gagasan-Gagasan, Mudah Bergaul Dengan Siapa Saja, Namun Juga Sering Curiga Dengan Siapa Saja, Ingin Selalu Bebas, Merdeka Dari Campur Tangan Orang Lain. Kontak : 08992611956

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jendela yang Tertutup

24 Agustus 2024   02:12 Diperbarui: 24 Agustus 2024   02:21 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:Koleksi Dok Pribadi)

Sarah merasakan perubahan yang signifikan dalam dirinya. Dia mulai merasa lebih ringan dan lebih bahagia. Dia tahu bahwa perjalanan menuju penyembuhan masih panjang, tetapi dia tidak lagi merasa sendirian. Dengan dukungan Alex dan Dr. Maya, serta kekuatan yang dia temukan dalam dirinya sendiri, Sarah merasa mampu menghadapi apa pun yang datang.

Musim berganti, dan Sarah terus menjalani hidupnya dengan penuh semangat. Hubungannya dengan Alex semakin erat, dan dia merasa semakin dekat dengan kebebasan yang selama ini dia impikan.

Suatu malam, ketika mereka duduk di balkon, Sarah berbicara tentang masa lalunya dengan lebih terbuka. Dia menceritakan tentang ibunya yang kasar, ayahnya yang selalu absen, dan bagaimana dia sering merasa sendirian meskipun berada di tengah-tengah keluarga.

Alex mendengarkan dengan seksama, menggenggam tangan Sarah dengan lembut. "Kamu telah melalui banyak hal, Sarah. Dan kamu masih berdiri tegak. Itu menunjukkan betapa kuatnya kamu."

Sarah tersenyum, merasakan kehangatan dalam kata-kata Alex. "Terima kasih, Alex. Kamu telah banyak membantuku."

"Kamu tidak sendiri, Sarah. Kita akan selalu menghadapi ini bersama-sama," jawab Alex dengan penuh keyakinan.

Malam itu, Sarah merasa ada beban yang terangkat dari pundaknya. Dia merasa lebih bebas dari sebelumnya. Jendela yang dulu selalu tertutup kini selalu terbuka lebar, membiarkan angin malam masuk dan membawa harapan baru.

Sarah tahu bahwa perjalanan menuju penyembuhan adalah proses yang panjang dan berliku. Ada hari-hari di mana dia merasa kuat dan penuh semangat, tetapi ada juga hari-hari di mana dia merasa rapuh dan terpuruk. Namun, dia tidak lagi merasa sendirian dalam perjalanannya. Dengan dukungan Alex, Dr. Maya, dan kekuatan yang dia temukan dalam dirinya sendiri, Sarah yakin dia akan mencapai kebebasan yang selama ini dia cari.

Waktu terus berlalu, dan Sarah terus berjuang. Dia menemukan kedamaian dalam hal-hal kecil yang sebelumnya dia abaikan. Aroma kopi pagi yang menyegarkan, senyum ramah dari penjaga toko roti di sudut jalan, dan cahaya matahari yang menembus celah-celah daun pohon di taman kota. Semua itu adalah bagian dari hidupnya yang baru, hidup yang penuh dengan harapan dan kebebasan.

Sarah belajar untuk menerima masa lalunya, bukan sebagai beban, tetapi sebagai bagian dari dirinya yang membentuk siapa dia hari ini. Dia belajar untuk hidup berdampingan dengan ketakutannya, dan perlahan-lahan melepaskannya. Jendela yang tertutup kini terbuka lebar, membiarkan cahaya masuk dan membawa harapan baru.

Malam itu, Sarah tidur dengan jendela yang terbuka lebar. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia merasa damai. Angin malam yang biasanya menakutkan kini terasa seperti pelukan hangat yang menenangkan. Dia tahu, perjalanan menuju penyembuhan masih panjang, tetapi langkah pertama telah dia ambil. Dan dengan setiap langkah kecil, dia semakin mendekati kebebasan yang selama ini dia impikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun