Mohon tunggu...
Ervan Yuhenda
Ervan Yuhenda Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Berani Beropini Santun Mengkritisi, Warga Negara Indonesia, Pembaca Buku, Penonton Film, Pendengar Musik, Pemain Games, Penikmat Kopi, Senang Tertawa, Suka Berimajinasi, Kadang Merenung, Mengolah Pikir, Kerap Hanyut Dalam Khayalan, Mengutamakan Logika, Kadang Emosi Juga, Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Kadang Bimbang, Kadang Ragu, Kadang Pikiran Sehat, Kadang Realistis, Kadang Ngawur, Kondisi Ekonomi Biasa-Biasa Saja, Senang Berkorban, Kadang Juga Sering Merepotkan, Sering Ngobrol Politik, Senang Dengan Gagasan-Gagasan, Mudah Bergaul Dengan Siapa Saja, Namun Juga Sering Curiga Dengan Siapa Saja, Ingin Selalu Bebas, Merdeka Dari Campur Tangan Orang Lain. Kontak : 08992611956

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jendela yang Tertutup

24 Agustus 2024   02:12 Diperbarui: 4 September 2024   17:42 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari, saat Sarah sedang duduk di bangku taman, dia bertemu dengan seorang pria bernama Alex. Alex adalah seorang seniman jalanan yang sering melukis di sudut-sudut kota. Mereka berkenalan ketika Sarah tertarik dengan salah satu lukisan Alex yang menggambarkan jendela yang terbuka lebar dengan pemandangan malam yang indah.

"Kenapa jendela?" tanya Sarah penasaran.

Alex tersenyum. "Jendela adalah simbol kebebasan bagi saya. Ketika jendela terbuka, kita bisa melihat dunia luar dengan lebih jelas dan merasakan kebebasan yang sesungguhnya."

Sarah terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Alex. "Saya juga merasa begitu," jawabnya pelan.

Sejak pertemuan itu, Sarah dan Alex sering bertemu. Mereka berbagi cerita dan impian, serta saling mendukung dalam menghadapi tantangan hidup. Sarah merasa Alex adalah seseorang yang mengerti dirinya lebih dari siapa pun. Mereka berbicara tentang masa lalu, luka-luka yang belum sembuh, dan harapan untuk masa depan.

Hubungan mereka berkembang dengan cepat. Sarah menemukan kenyamanan dalam kehadiran Alex. Malam yang dulu menakutkan kini terasa lebih hangat dan menyenangkan dengan adanya Alex di sisinya. Mereka sering duduk di balkon apartemen Sarah, memandangi bintang-bintang dan berbicara hingga larut malam.

Namun, tidak semua hari berlalu dengan mulus. Ada kalanya masa lalu Sarah kembali menghantui. Ketika kenangan buruk muncul, dia merasa terjebak dalam kegelapan yang pekat. Alex selalu ada di sana, menghibur dan memberinya kekuatan untuk terus maju.

"Jangan biarkan masa lalu menguasaimu, Sarah," kata Alex suatu malam ketika Sarah terisak dalam pelukannya. "Kamu lebih kuat dari yang kamu kira."

Sarah mengangguk, menghapus air mata dari pipinya. Dia tahu Alex benar, tetapi proses penyembuhan tidaklah mudah. Setiap malam adalah perjuangan baru, dan setiap langkah kecil menuju pemulihan adalah kemenangan besar.

Sarah juga mulai mencari bantuan profesional. Dia menemukan seorang terapis bernama Dr. Maya yang sangat membantunya memahami dan menghadapi trauma masa lalu. Setiap sesi terapi membawa Sarah lebih dekat pada penyembuhan dan kebebasan yang sesungguhnya.

"Ketakutan adalah bagian dari diri kita, Sarah," kata Dr. Maya dalam salah satu sesi mereka. "Tetapi kita tidak perlu membiarkannya mengendalikan hidup kita. Kita bisa belajar untuk hidup berdampingan dengan ketakutan, dan perlahan-lahan melepaskannya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun