Mohon tunggu...
Ervan Yuhenda
Ervan Yuhenda Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Berani Beropini Santun Mengkritisi, Warga Negara Indonesia, Pembaca Buku, Penonton Film, Pendengar Musik, Pemain Games, Penikmat Kopi, Senang Tertawa, Suka Berimajinasi, Kadang Merenung, Mengolah Pikir, Kerap Hanyut Dalam Khayalan, Mengutamakan Logika, Kadang Emosi Juga, Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Kadang Bimbang, Kadang Ragu, Kadang Pikiran Sehat, Kadang Realistis, Kadang Ngawur, Kondisi Ekonomi Biasa-Biasa Saja, Senang Berkorban, Kadang Juga Sering Merepotkan, Sering Ngobrol Politik, Senang Dengan Gagasan-Gagasan, Mudah Bergaul Dengan Siapa Saja, Namun Juga Sering Curiga Dengan Siapa Saja, Ingin Selalu Bebas, Merdeka Dari Campur Tangan Orang Lain. Kontak : 08992611956

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketidakadilan Sosial, Penyakit Kronis yang Menggerogoti Jiwa Bangsa

17 Agustus 2024   03:41 Diperbarui: 22 Agustus 2024   12:52 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:Koleksi Dok Pribadi)

Ketidakadilan sosial adalah penyakit kronis yang menggerogoti jiwa bangsa. Kita harus bertindak sebelum penyakit ini membunuh semua harapan. 

Ketika di tengah gemerlap modernisasi dan kemajuan teknologi, ironi pahit dari ketidakadilan sosial tetap mengakar kuat, merampas hak-hak dasar dan martabat manusia.

Ketidakadilan sosial mencerminkan ketidakseimbangan dalam distribusi kekayaan, peluang, dan hak-hak sosial. Ia memperlihatkan kesenjangan yang mencolok antara yang kaya dan miskin, antara mereka yang berkuasa dan yang terpinggirkan. Fenomena ini tidak hanya merugikan individu-individu, tetapi juga mengancam stabilitas dan kesejahteraan kolektif. 

Sistem ekonomi dan politik yang tidak adil sering kali menjadi akar dari masalah ini. Ketika kebijakan publik lebih menguntungkan segelintir elit daripada mayoritas rakyat, ketidakadilan sosial menjadi semakin dalam dan sulit diatasi. 

Pendidikan, kesehatan, dan lapangan pekerjaan yang layak, yang seharusnya menjadi hak setiap warga negara, sering kali hanya bisa diakses oleh mereka yang berada di puncak piramida sosial.

Lebih dari sekadar masalah ekonomi, ketidakadilan sosial merongrong integritas moral dan etika masyarakat. Ketika ketidakadilan menjadi norma, kepercayaan pada sistem hukum dan institusi publik melemah. 

Orang-orang kehilangan keyakinan bahwa kerja keras dan integritas akan membawa mereka menuju kehidupan yang lebih baik. Mereka mulai melihat ketidakadilan sebagai bagian tak terpisahkan dari hidup mereka, dan rasa putus asa menyelimuti banyak orang.

Namun, harapan belum sepenuhnya hilang. Kesadaran kolektif tentang pentingnya keadilan sosial sedang tumbuh. Gerakan-gerakan masyarakat sipil, aktivisme, dan inisiatif-inisiatif lokal menjadi suara-suara penting yang menuntut perubahan. 

Di era digital ini, informasi dapat menyebar dengan cepat, membangun solidaritas dan kesadaran global akan perlunya keadilan sosial.

Untuk mengatasi ketidakadilan sosial, dibutuhkan keberanian politik dan komitmen moral yang kuat dari semua elemen masyarakat. Pemerintah harus mengimplementasikan kebijakan yang adil dan inklusif, yang menjamin hak-hak dasar bagi setiap warga negara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun