Mohon tunggu...
Ervan Yuhenda
Ervan Yuhenda Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Berani Beropini Santun Mengkritisi, Warga Negara Indonesia, Pembaca Buku, Penonton Film, Pendengar Musik, Pemain Games, Penikmat Kopi, Senang Tertawa, Suka Berimajinasi, Kadang Merenung, Mengolah Pikir, Kerap Hanyut Dalam Khayalan, Mengutamakan Logika, Kadang Emosi Juga, Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Kadang Bimbang, Kadang Ragu, Kadang Pikiran Sehat, Kadang Realistis, Kadang Ngawur, Kondisi Ekonomi Biasa-Biasa Saja, Senang Berkorban, Kadang Juga Sering Merepotkan, Sering Ngobrol Politik, Senang Dengan Gagasan-Gagasan, Mudah Bergaul Dengan Siapa Saja, Namun Juga Sering Curiga Dengan Siapa Saja, Ingin Selalu Bebas, Merdeka Dari Campur Tangan Orang Lain. Kontak : 08992611956

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Apa Itu Reformasi Birokrasi dan Anti Korupsi?

13 Agustus 2024   01:09 Diperbarui: 13 Agustus 2024   01:09 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:Koleksi Dok Pribadi)

Reformasi birokrasi dan upaya pemberantasan korupsi merupakan dua agenda utama yang harus berjalan seiring untuk mencapai tata kelola pemerintahan yang baik. Proses ini melibatkan berbagai aspek, mulai dari pemahaman tentang struktur dan dinamika birokrasi, identifikasi area-area rentan korupsi, hingga penerapan teknologi informasi untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi. Kali ini, kita akan membahas secara mendalam setiap aspek tersebut dalam upaya untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang langkah-langkah yang dapat diambil untuk mewujudkan birokrasi yang bersih dan berintegritas.

Memahami Struktur dan Dinamika Birokrasi

Struktur birokrasi sering kali diwarnai oleh hierarki yang kompleks dan prosedur yang berbelit-belit. Sistem birokrasi ini, meskipun dirancang untuk menciptakan ketertiban dan efisiensi, sering kali menjadi lahan subur bagi praktek-praktek koruptif. Memahami struktur dan dinamika birokrasi ini merupakan langkah awal yang penting dalam upaya reformasi dan pemberantasan korupsi.

Birokrasi memiliki sejarah panjang yang berakar dari masa kolonial. Pada masa itu, birokrasi dibentuk dengan tujuan untuk memfasilitasi pemerintahan kolonial dan mengontrol penduduk pribumi. Struktur birokrasi ini kemudian diwariskan kepada pemerintah setelah kemerdekaan, dengan beberapa modifikasi untuk menyesuaikan dengan konteks nasional.

Sejak awal kemerdekaan hingga saat ini, birokrasi telah mengalami berbagai perubahan dan reformasi. Pada era Orde Baru, birokrasi berkembang pesat dengan tujuan untuk mendukung pembangunan ekonomi yang dipimpin oleh pemerintah. Namun, era ini juga ditandai dengan maraknya korupsi dan nepotisme dalam birokrasi. Setelah reformasi 1998, berbagai upaya dilakukan untuk mereformasi birokrasi dan mengurangi korupsi, namun tantangan masih tetap besar.

Struktur Hierarki dan Kompleksitas Prosedur

Struktur hierarki dalam birokrasi cenderung sangat kompleks, dengan berbagai tingkat jabatan dan divisi yang berbeda. Hierarki ini sering kali memperlambat proses pengambilan keputusan dan menciptakan birokrasi yang tidak efisien. Selain itu, prosedur yang berbelit-belit dan tidak transparan sering kali membuka peluang bagi praktek-praktek koruptif.

Misalnya, dalam proses perizinan usaha, pelaku usaha sering kali dihadapkan pada berbagai tahapan yang harus dilalui di berbagai instansi pemerintah. Proses ini tidak hanya memakan waktu yang lama, tetapi juga sering kali melibatkan biaya yang tidak resmi. Oknum birokrat dapat memanfaatkan kompleksitas prosedur ini untuk meminta 'uang pelicin' agar proses perizinan dapat berjalan lebih cepat.

Rotasi pegawai dan promosi jabatan dalam birokrasi juga merupakan isu yang krusial. Idealnya, rotasi pegawai dilakukan untuk menghindari terbentuknya zona nyaman yang dapat meningkatkan risiko korupsi. Namun, dalam praktiknya, rotasi sering kali tidak efektif karena dilakukan berdasarkan koneksi atau pertimbangan politik, bukan berdasarkan kinerja atau kebutuhan organisasi.

Promosi jabatan yang tidak berdasarkan meritokrasi juga menjadi masalah besar. Banyak jabatan penting dipegang oleh individu yang tidak kompeten karena mereka mendapatkan posisi tersebut melalui koneksi. Hal ini tidak hanya menurunkan kualitas pelayanan publik, tetapi juga memperburuk budaya korupsi dalam birokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun