Mohon tunggu...
Ervan Yuhenda
Ervan Yuhenda Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Berani Beropini Santun Mengkritisi, Warga Negara Indonesia, Pembaca Buku, Penonton Film, Pendengar Musik, Pemain Games, Penikmat Kopi, Senang Tertawa, Suka Berimajinasi, Kadang Merenung, Mengolah Pikir, Kerap Hanyut Dalam Khayalan, Mengutamakan Logika, Kadang Emosi Juga, Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Kadang Bimbang, Kadang Ragu, Kadang Pikiran Sehat, Kadang Realistis, Kadang Ngawur, Kondisi Ekonomi Biasa-Biasa Saja, Senang Berkorban, Kadang Juga Sering Merepotkan, Sering Ngobrol Politik, Senang Dengan Gagasan-Gagasan, Mudah Bergaul Dengan Siapa Saja, Namun Juga Sering Curiga Dengan Siapa Saja, Ingin Selalu Bebas, Merdeka Dari Campur Tangan Orang Lain. Kontak : 08992611956

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dampak Medsos Kepada Kesehatan Mental Generasi Muda

3 Juni 2024   02:35 Diperbarui: 3 Juni 2024   03:18 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Medsos telah jadi bagian integral kehidupan sehari-hari, terutama generasi muda. Platform seperti Instagram, TikTok, Facebook, dan Twitter memberikan cara baru untuk berkomunikasi, berbagi pengalaman, dan membangun identitas diri. Namun, dampaknya pada kesehatan mental anak muda menjadi topik yang semakin mendapat perhatian dari peneliti, pendidik, dan orang tua. Kita akan membahas secara mendalam bagaimana media sosial mempengaruhi kesehatan mental anak muda, termasuk dampak positif dan negatifnya, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan manfaatnya.

Paparan Berlebihan dan Perbandingan Sosial

Salah satu dampak utama media sosial pada kesehatan mental anak muda adalah paparan berlebihan terhadap konten yang dapat memicu perbandingan sosial. Anak muda sering kali menghabiskan berjam-jam menjelajahi profil teman, selebriti, dan influencer. Mereka melihat kehidupan yang tampak sempurna dan penuh kebahagiaan, yang sering kali hanya menampilkan sisi positif tanpa menunjukkan realitas yang sebenarnya. Ini bisa menyebabkan perasaan rendah diri, kecemasan, dan depresi.

Studi menunjukkan bahwa semakin sering seseorang terpapar gambar dan cerita yang menampilkan kebahagiaan dan kesuksesan orang lain, semakin besar kemungkinan mereka merasa tidak puas dengan hidup mereka sendiri. Anak muda yang masih dalam proses membangun identitas diri sangat rentan terhadap efek negatif ini karena mereka cenderung lebih mudah terpengaruh oleh apa yang mereka lihat dan bagaimana mereka dibandingkan dengan orang lain.

Cyberbullying

Cyberbullying merupakan masalah serius berkaitan dengan penggunaan medsos. Anak muda yang menjadi korban cyberbullying sering mengalami penurunan kepercayaan diri, kecemasan, dan depresi. Cyberbullying bisa datang dalam berbagai bentuk, termasuk penghinaan, ancaman, penyebaran rumor, dan pelecehan. Karena media sosial memungkinkan penyebaran informasi secara cepat dan luas, efek dari cyberbullying bisa sangat merusak dan sulit diatasi.

Menurut sebuah studi oleh Pew Research Center, sekitar 59% remaja di Amerika Serikat melaporkan pernah mengalami beberapa bentuk cyberbullying. Dampaknya bisa jauh lebih parah daripada bullying di dunia nyata karena jejak digital yang sulit dihapus dan kemampuan pelaku untuk bersembunyi di balik anonimitas.

Pencarian Validasi dan Harga Diri

Anak muda sering menggunakan media sosial untuk mencari validasi dari teman dan pengikut mereka. Jumlah "like", komentar positif, dan pengikut dapat menjadi ukuran harga diri mereka. Ketika harapan mereka tidak terpenuhi, mereka mungkin merasa tidak dihargai atau tidak berharga. Studi menunjukkan bahwa ketergantungan pada validasi eksternal melalui media sosial dapat menyebabkan ketidakstabilan emosi dan perasaan tidak aman.

Selain itu, algoritma media sosial yang dirancang untuk mempertahankan perhatian pengguna sering kali memperkuat kebutuhan ini akan validasi. Konten yang mendapat banyak interaksi cenderung lebih sering muncul di feed pengguna, menciptakan lingkaran setan di mana pengguna merasa perlu terus-menerus memposting dan mencari interaksi untuk merasa diterima dan dihargai.

Kecanduan Media Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun