Mohon tunggu...
Ervan Yuhenda
Ervan Yuhenda Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Berani Beropini Santun Mengkritisi, Warga Negara Indonesia, Pembaca Buku, Penonton Film, Pendengar Musik, Pemain Games, Penikmat Kopi, Senang Tertawa, Suka Berimajinasi, Kadang Merenung, Mengolah Pikir, Kerap Hanyut Dalam Khayalan, Mengutamakan Logika, Kadang Emosi Juga, Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Kadang Bimbang, Kadang Ragu, Kadang Pikiran Sehat, Kadang Realistis, Kadang Ngawur, Kondisi Ekonomi Biasa-Biasa Saja, Senang Berkorban, Kadang Juga Sering Merepotkan, Sering Ngobrol Politik, Senang Dengan Gagasan-Gagasan, Mudah Bergaul Dengan Siapa Saja, Namun Juga Sering Curiga Dengan Siapa Saja, Ingin Selalu Bebas, Merdeka Dari Campur Tangan Orang Lain. Kontak : 08992611956

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pemanasan Global, Tantangan Terbesar Abad Ini

28 Mei 2024   00:40 Diperbarui: 28 Mei 2024   01:03 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Dokumentasi Pribadi)

Pemanasan global telah menjadi salah satu isu paling mendesak dan signifikan yang dihadapi umat manusia pada abad ini. Fenomena ini, yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi, telah membawa perubahan besar pada iklim bumi. 

Dampaknya meluas ke berbagai aspek kehidupan kita, mulai dari lingkungan alam hingga ekonomi dan sosial. Saya akan mengeksplorasi mengapa pemanasan global harus dianggap sebagai tantangan terbesar abad ini, dengan fokus pada dampak lingkungan, keanekaragaman hayati, ekonomi, dan sosial, serta langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi masalah ini.

Dampak Lingkungan

Pemanasan global telah menyebabkan perubahan dramatis pada lingkungan kita. Salah satu indikator paling jelas adalah peningkatan suhu rata-rata global. Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), suhu rata-rata global telah meningkat sekitar 1,2 derajat Celsius sejak era pra-industri. Meskipun peningkatan ini mungkin tampak kecil, dampaknya sangat besar.

Salah satu dampak utama dari peningkatan suhu ini adalah mencairnya es di kutub dan gletser di seluruh dunia. Wilayah Kutub Utara, misalnya, telah kehilangan sekitar 40% dari luas es laut musim panasnya sejak tahun 1979. Pencairan es ini tidak hanya menyebabkan kenaikan permukaan laut, tetapi juga mengubah ekosistem lokal. Beruang kutub, yang bergantung pada es laut untuk berburu anjing laut, kini menghadapi ancaman kepunahan karena habitat mereka menyusut.

Kenaikan permukaan laut adalah salah satu ancaman terbesar yang dihadapi wilayah pesisir. Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), permukaan laut global telah naik sekitar 20 cm sejak tahun 1880, dengan laju kenaikan yang semakin cepat dalam beberapa dekade terakhir. Kenaikan permukaan laut ini mengancam untuk menenggelamkan pulau-pulau kecil dan wilayah pesisir, memaksa jutaan orang untuk mengungsi. Kota-kota besar seperti Jakarta, Bangkok, dan Miami menghadapi risiko serius dari kenaikan permukaan laut ini.

Selain itu, perubahan iklim mempengaruhi pola cuaca global, menyebabkan fenomena cuaca ekstrem yang lebih sering dan intens. Badai, banjir, dan kekeringan menjadi lebih umum, merusak infrastruktur, menghancurkan tanaman, dan mengganggu kehidupan sehari-hari jutaan orang. Di beberapa wilayah, musim kemarau yang lebih panjang dan lebih intens telah menyebabkan kebakaran hutan yang lebih sering dan lebih dahsyat, seperti yang terlihat di California dan Australia dalam beberapa tahun terakhir.

Keanekaragaman Hayati

Dampak pemanasan global terhadap keanekaragaman hayati juga sangat mengkhawatirkan. Perubahan iklim memaksa banyak spesies untuk beradaptasi dengan cepat terhadap lingkungan yang berubah. Namun, tidak semua spesies mampu beradaptasi dengan cepat. Akibatnya, tingkat kepunahan meningkat dengan cepat.

Ekosistem laut, misalnya, sangat terpengaruh oleh peningkatan suhu dan perubahan kimiawi. Terumbu karang, yang merupakan rumah bagi sekitar 25% dari semua spesies laut, sedang mengalami pemutihan massal akibat peningkatan suhu laut. Pemutihan karang terjadi ketika karang mengeluarkan alga simbiotik yang memberikan mereka warna dan nutrisi. Tanpa alga ini, karang menjadi putih dan rentan terhadap kematian. Pemutihan karang secara besar-besaran telah dilaporkan di Great Barrier Reef di Australia, salah satu ekosistem laut paling beragam di dunia.

Di daratan, banyak spesies tumbuhan dan hewan juga terancam. Hewan-hewan yang hidup di pegunungan, misalnya, harus bergerak ke ketinggian yang lebih tinggi untuk menemukan suhu yang cocok. Namun, ada batasan seberapa jauh mereka bisa pergi sebelum kehabisan habitat yang sesuai. Spesies seperti pika Amerika, yang hidup di pegunungan barat Amerika Serikat, telah menunjukkan tanda-tanda penurunan populasi karena tidak dapat menemukan habitat yang cukup dingin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun