Mohon tunggu...
Ervan Yuhenda
Ervan Yuhenda Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Berani Beropini Santun Mengkritisi, Warga Negara Indonesia, Pembaca Buku, Penonton Film, Pendengar Musik, Pemain Games, Penikmat Kopi, Senang Tertawa, Suka Berimajinasi, Kadang Merenung, Mengolah Pikir, Kerap Hanyut Dalam Khayalan, Mengutamakan Logika, Kadang Emosi Juga, Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Kadang Bimbang, Kadang Ragu, Kadang Pikiran Sehat, Kadang Realistis, Kadang Ngawur, Kondisi Ekonomi Biasa-Biasa Saja, Senang Berkorban, Kadang Juga Sering Merepotkan, Sering Ngobrol Politik, Senang Dengan Gagasan-Gagasan, Mudah Bergaul Dengan Siapa Saja, Namun Juga Sering Curiga Dengan Siapa Saja, Ingin Selalu Bebas, Merdeka Dari Campur Tangan Orang Lain. Kontak : 08992611956

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menggali Kecemasan Masa Depan, Membaca Realitas Konflik, Eskalasi, Harapan, Perdamaian dan Potensi Perang Dunia 3

18 April 2024   14:24 Diperbarui: 19 April 2024   10:25 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Dokumentasi Pribadi)

Di tingkat individu, setiap orang juga memiliki peran yang penting dalam mendorong perdamaian dan toleransi. Dengan memperluas pemahaman kita tentang budaya, agama, dan nilai-nilai orang lain, kita dapat membangun hubungan yang lebih baik dan mencegah konflik yang tidak perlu. Melalui pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perdamaian, kita dapat menciptakan dunia yang lebih harmonis dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Meskipun upaya perdamaian terus dilakukan oleh pihak - pihak yang peduli akan keberlangsungan planet ini. Di Semenanjung Korea, konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan telah menjadi sumber ketegangan regional dan global selama puluhan tahun. Korea Utara terus mengembangkan program nuklirnya, mengabaikan seruan komunitas internasional untuk menghentikan aktivitas tersebut. Ancaman dari Korea Utara terhadap tetangganya dan ancaman potensial terhadap keamanan global telah menyebabkan reaksi keras dari negara-negara seperti Amerika Serikat, yang bersikeras bahwa Korea Utara harus menghentikan program nuklirnya.

Di Ukraina, konflik yang berkepanjangan antara pemerintah Ukraina dan Rusia telah menyebabkan krisis kemanusiaan dan ketegangan di Eropa. Rusia telah dihadapkan pada sanksi ekonomi dari banyak negara Barat sebagai tanggapan terhadap campur tangan militernya di Ukraina. Di Laut China Selatan, klaim Tiongkok, Vietnam, Filipina, dan negara-negara lain telah menyebabkan ketegangan. Tiongkok, dengan klaim wilayah yang luas di wilayah ini, telah membangun pulau buatan yang dilengkapi dengan landasan pacu dan fasilitas militer, meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi konflik di kawasan tersebut.

Di Timur Tengah, konflik terus berlanjut di Suriah, di mana pemerintah Suriah yang dipimpin oleh Presiden Bashar al-Assad terus berperang melawan pemberontak yang didukung sejumlah negara-negara Arab dan negara-negara Barat, berusaha menggulingkannya. Konflik ini telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang besar dan meningkatkan ketegangan antara kekuatan regional dan global yang terlibat dalam konflik tersebut. Di Afrika, banyak negara menghadapi konflik internal dan perang saudara yang berkepanjangan, menyebabkan penderitaan besar bagi warga sipil. Misalnya, di Republik Demokratik Kongo, konflik antara kelompok bersenjata dan pemerintah telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah, dengan jutaan orang kehilangan tempat tinggal dan akses ke makanan dan air bersih.

Konflik antara Iran dan Israel telah menjadi salah satu sumber ketegangan di Timur Tengah selama beberapa dekade, dan baru - baru ini, Iran menyerang Israel dengan ratusan drone, rudal jelajah dan balistik dalam rangka merespon serangan Israel ke kedutaan Iran di Suriah. Kedua negara memiliki perbedaan ideologi, politik, dan agama yang mendalam, yang telah menyebabkan konflik berulang kali meletus dalam berbagai bentuk.

Salah satu sumber ketegangan terbesar antara Iran dan Israel adalah program nuklir Iran. Israel, bersama dengan sebagian besar komunitas internasional, khawatir bahwa Iran dapat menggunakan kemampuan nuklirnya untuk mengancam keamanan Israel. Sebagai tanggapan, Israel telah mengadopsi kebijakan yang keras terhadap Iran, termasuk serangan udara terhadap Iran.

Selain masalah nuklir, Iran juga telah diduga mendukung kelompok-kelompok militan di seluruh wilayah Timur Tengah, termasuk di Lebanon (Hezbollah) dan di Gaza (Hamas), yang sering kali bertentangan dengan kepentingan Israel. Pendukungan ini telah menjadi sumber konflik yang berkelanjutan antara Iran dan Israel, dengan Israel sering kali merespons dengan tindakan militer terhadap target-target Iran di wilayah tersebut.

Di sisi lain, Iran menganggap Israel sebagai ancaman bagi keamanan regional dan telah menyuarakan dukungan kuat bagi Palestina dalam konfliknya dengan Israel. Iran telah berulang kali menyatakan bahwa Israel harus dihapus dari peta politik, yang membuat hubungan antara kedua negara semakin tegang.

Meskipun konflik antara Iran dan Israel telah berlangsung lama, ada juga upaya untuk meredakan ketegangan antara kedua negara. Pada akhirnya, penyelesaian konflik antara Iran dan Israel akan membutuhkan komitmen yang kuat dari kedua belah pihak untuk menemukan solusi diplomatis yang menguntungkan bagi semua pihak. Dengan demikian, akan diperlukan kerja sama yang lebih baik antara negara-negara regional dan internasional untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah.

Kemudian Konflik antara Rusia dan NATO (Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara) telah menjadi salah satu sumber ketegangan utama di Eropa. Sejak terjadinya krisis di Ukraina pada tahun 2014, hubungan antara Rusia dan NATO semakin memanas, dengan kedua belah pihak saling menuduh melakukan agresi dan mengancam keamanan regional.

Jika terjadi eskalasi yang luas di Eropa yang melibatkan Rusia dan NATO, kemungkinan besar Turki akan terlibat karena Turki adalah anggota NATO dengan pasukan terbesar kedua setelah Amerika Serikat. Turki memiliki hubungan yang rumit dengan Rusia, terutama dalam konteks konflik di Suriah dan perbedaan pendapat terkait sejumlah isu regional lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun