Mohon tunggu...
Ghani Nurcahyadi
Ghani Nurcahyadi Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Jangan berharap dunia yang berubah, tapi diri kitalah yang harus berubah

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Seperti Apa Asian Games 2018

2 Mei 2016   04:39 Diperbarui: 2 Mei 2016   04:53 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah 1962, Indonesia kembali akan menggelar pestaolahraga negara-negara Asia bertajuk Asian Games 2018. Kali ini, Jakarta danPalembang, Sumatera Selatan akan menggelar multievent olahraga yangsekurang-kurangnya akan diikuti oleh 45 negara Asia itu dengan puluhan ribuatlet dari 37 cabang olahraga akan berlaga.

Indonesia sejatinya bukanlah tuan rumah mutlevent empattahunan edisi ke-18 itu. Hanoi, Vietnam seharusnya menjadi penyelenggara ajangyang direncanakan dihelat pada 2019 itu setelah memenangi bidding pada 2012mengungguli Surabaya, Jawa TImur. Namun, pada 2014, Vietnam menarik diri daristatus tuan rumah karena masalah keuangan.

Penarikan diri Vietnam membuat sejumlah negara berambisimenjadi tuan rumah, termasuk Indonesia yang dikalahkan dalam bidding tahun2012. Upaya lobi yang dilakukan ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) RitaSubowo kala itu sukses membuat Indonesia ditunjuk menjaid pengganti Vietmanuntuk menyelenggarakan Asian Games ke-18. 

Dengan waktu yang terhitung singkat, hanya kurang dari 4tahun untuk menyelenggarakan multievent olahraga terbesar kedua di dunia itu,persiapan pun seharusnya “dikebut” sejak awal, bukan lagi seperti saat  pemerintah Korea Selatan mempersiapkanIncheon sebagai tuan rumah Asian Games 2014. Tapi, ritmenya justru terlihatlamban.

Di Palembang, yang hampir seluruh venue pertandinganolahraga Asian Games 2018 berada di kompleks Jakabaring Sport City, persiapan fisik memang  sudah terasa dengan pembangunan 3 tower wismaatlet tambahan di kompleks Jakabaring. Jakarta menyusul kemudian di kawasanKemayoran, Jakarta Pusat, setelah tarik-ulur pelaksanaan pembangunan wismaatlet yang akhirnya akan diserahkan kepada Kementerian Pekerjaan Umum danPerumahan Rakyat.

Kementerian pimpinan Basuki Hadimuljono itu juga mendapatkantanggung jawab untuk merenovasi 14 venue di kawasan Gelora Bung Karno dan jugabeberapa di Jakabaring. Tantangan yang dijawab Kementerian PUPR denganmembentuk Satuan Tugas Infrastruktur Asian Games yang diketuai Imam SantosoErnawi,  mantan Direktur Jenderal dilingkungan Kementerian PUPR.

Namun, hingga saat ini, pekerjaan fisik yang terkait denganvenue olahraga belum juga dimulai, dalam rapat Komite Koordinasi (CoordinationCommittee/ Corcom) Asian Games 2018 llalu, Basuki di hadapan Olympic Council ofAsia (OCA) menyatakan pembangunan fisik selambat-lambatnya akan dimulai bulanJuli tahun ini dan akan selesai dalam satu tahun pengerjaan.

Dengan kemampuan rekayasa teknik dan kemajuan teknologi saatini, pembangunan fisik memang bisa dipercepat. Tapi ada satu hal yang jugaharus dipikirkan dalam penyelenggaraan Asian games 2018 yaitu warisanpenyelenggaraan,, atau legacy dari ajang besar itu terhadap kehidupan rakyatIndonesia.

Jamak diketahui, dalam setiap penyelenggaraan pesta olahragainternasional, yang diinginkan penyelenggara bukan hanya soal kesuksesan  penyelenggaraan atau prestasinya saja, tapijuga sejumlah “sukses” lain yang diinginkan. Incheon misalnya, Korsel inginmempromoskan kota itu sebagai kota global dan mengangkat citranya, sama sepertisaat Busan menjadi tuan rumah Asian Games 2002.

Pada 1962, warisan terbesar Asian Games di Jakarta ialahberdirinya kawasan Gelora Bung Karno dengan stadion utama yang megah. Hinggakini, kawasan Bung Karno menjadi salah satu tempat favorit warga Jakarta untukberaktivitas, sekedar berolahraga ringan sampai berkumpul bersama teman ataukeluarga.

Bagaimana 2018 nanti ? ini yang masih menjadi sebuahmisteri, sebagai bangsa terhormat, Indonesia dipastikan akan menuai suksesdalam penyelenggaraan, tapi apa yang akan didapat masyarakat setelahnya,warisan apa yang akan ditinggalkan oleh pemerintah sebagai penanggung jawabpenyelenggaraan.

Renovasi yang dilakukan memang akan mengubah “sedikit” wajakGBK dan juga Jakaabaring, tapi apakah hanya demi memenuhi standar internasional? Sebuah pesta olahraga selayaknya memberikan trickle down effect bukan hanyakepada pelakunya saja, tapi juga kepada khalayak yang lebih luas.

Pemerintah harus sudah mulai memikirkanya mulai saat inimeski waktu yang ada sangat terbatas. Jangan sampai Asian Games 2018 hanyasebuah ajang yang bersifat lalu-lalang saja di tengah aktivitas harianmasyarakat Indonesia. Asian Games 2018 harus bisa bertahan di memori masyarakatsebagai sebuah multievent yang sukses dan menjadikan Indonesia sebagai negarayang dikenal di kalangan internasional selain hanya karena masuk jajaran negaraG-20.

 

Salam Olahraga !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun