Memasuki gerbang besi serba tertutup, ilalang setinggi orangdewasa, langsung menyambut saya di kanan-kiri kompleks Pusat Pendidikan,Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di bukit Hambalang, KabupatenBogor, Jawa Barat, awal bulan lalu. Bangunan yang terbengkalai pun sudah mulaiterlhat dari balik gerbang.
Sebelum memasuki kompleks utama bangunan yang mangkrak sejak2012 akibat terlilit kasus korupsi, sebuah bangunan masjid yang sudah terbangunrapi menyambut saya. Bangunan itulah yang menjadi satu-satunya bangunan yangtelah rampung dalam kompleks seluas 30an hectare itu. Sisanya, sebanyak asrama dan gedungolahraga terlihat.
Memasuki gedung yang sedianya dijadikan asrama bagi atlet yangakan menempati P3SON, kondisinya pun memprihatinkan. Ilalang dan lumpurmemenuhi lantai dasar kompleks Hambalang, sementara di lantai atas, instalasilistrik menjuntai tak beraturan, dan plafon pun bolong-bolong. Anehnya, justruterpasang AC yang terlihat dalam kondisi baik.
Tidak mudah mengitari seluruh kompleks Hambalang. Jalananmenurun sudah terasa sejak di pintu gerbang, membuat orang yang kondisifisiknya tidak prima pasti ngos-ngosan. Penuturan penjaga keamanan disana,panther masih sering terlihat mondar-mandir di kompleks milik KementerianPemuda dan Olahraga itu akibat tidak adanya pagar pengaman di bagian belakangkompleks P3SON.
Rencana pendirian Hambalang sebenarnya mulia, dengancita-cita mendirikan pusat pengemblengan atlet nasional agar mampu menjadi atletinternasional berprestasi. Kesialan terjadi setelah Komisi PemberantasanKorupsi mencium adanya penyelewengan keuangan negara dalam proyek Hambalangyang dikerjakan PT. Wijaya Karya dan PT. Adhi Karya.
Bukan hanya pejabat Kemenpora yang dimasukkan dalam jerujibesi akibat korupsi Hambalang, kalangan swasta dan politisi pun ikut diseretmasuk “pendidikan” KPK. Akibatnya, proyek itu pun mangkrak dan kondisinya kianlama kian memburuk dan memprihatinkan. Untungnya, belum terdengar bumbu ceritahoror mengenai proyek tersebut, setidaknya berdasarkan pendengaran saya.
Kini, pemerintah berencana melanjutkan proyek bernilaiTriliunan rupiah itu. Hal itu menjadi salah satu kesimpulan dari kunjunganPresiden Joko Widodo bersama Menpora Imam Nahrawi dan Menteri Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono beberapa waktu lalu. Keputusanpemerintah kini ditunggu mengenai kelanjutan proyek tersebut.
Keberadaan sentra seperti Hambalang sangat dibutuhkan oleholahraga Indonesia. Makin menurunnya prestasi Indonesia, membuat pengemblenganatlet menggunankan metode modern sangat diperlukan. Sejumlah peralatan sportscience milik Hambalang kini disita Kejaksaan Agung dan disimpan di Rumah SakitKhusus Olahraga di Cibubur, Jawa Timur.
Sekolah Khusus Olahraga Ragunan kini, makin disesakikepentingan karena dikelola bersama antara Kemenpora dan Pemprov DKI Jakarta.Tapi, beberapa waktu lalu santer disebutkan, pemprov DKI Jakarta ingin mengubah peruntukan lahan diSKO Ragunan, sehingga sentra seperti Hambalang menjadi penting untuk diadakan.
Dengan adanya sentra pengemblengan atlet seperti Hambalangmemang bukan jaminan mutu prestasi Indonesia bisa langsung meningkat secarasignifikan. Setidaknya, jalan yang benar sudah ditempuh oleh pemerintah Indonesiauntuk mengembangkan salah satu sarana pembentuk karakter bangsa tersebut.
Disebutkan, sejumlah negara Asia Tenggara bahkan sudahmempunyai lebih dari satu tempat seperti Hambalang. Belum lagi melihat sistempembinaan yang dilakukan oleh China dan pola bertingkat yang dilakukan AmerikaSerikat dan Jepang dengan kejuaraan di tiap tingkatan usia secara ruitn.
Prestasi olahraga Indonesia mungkin belum membanggakan saatini. tapi upaya untuk membangunnya seharusnya tidak berhenti dan dilakukan secaraterus-menerus. Hambalang mungkin bisa menjadi salah satu alternatef mewujudkanprestasi yang lebih mendunia.
Salah Olahraga !!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H