Indonesia merupakan negara yang kaya raya. Bukan saja kaya akan sumber daya alam, tetapi juga kaya akan budaya yang turun-temurun diwariskan oleh nenek moyang kita. Bahkan dari sekian banyak warisan budaya yang ada terdapat beberapa yang diakui oleh UNESCO sebagai situs warisan budaya dunia. Seperti candi Borobudur misalnya. Bahkan candi Budha terbesar di Indonesia tersebut pernah dinobatkan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Tentu saja sebagai warga negara Indonesia kita wajib menjaga dan melestarikan keberadaan situs-situs warisan dunia tersebut agar jangan sampai rusak atau bahkan punah sehingga keberadaannya tetap bisa menjadi kebanggaan kita dan terus bisa dinikmati oleh anak-cucu kita nantinya.
[caption id="attachment_281555" align="aligncenter" width="448" caption="Borobudur situs warisan dunia (dokumen pribadi)"][/caption]
Menjaga kelestarian Borobudur dan candi-candi lain yang ada di Indonesia memang menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah. Namun, sebagai warga negara yang baik, kita juga bisa turut andil dalam usaha pelestarian candi-candi tersebut dengan tindakan nyata saat kita mengunjunginya misalnya. Kerusakan beberapa candi di Indonesia memang disebabkan oleh beberapa faktor seperti iklim, lumut, bencana alam dan faktor manusia. Indonesia yang merupakan negara tropis memiliki musim hujan dan musim kemarau. Guyuran hujan yang berkesinambungan akan bisa mengikis permukaan batuan candi, dan menimbulkan kelembapan sehingga memicu tumbuhnya lumut yang jika dibiarkan akan merusak batuan candi. Bencana alam seperti gunung meletus, atau gempa yang sering terjadi di Indonesia juga bisa mengancam kelestarian candi-candi kita. Tentu kita masih ingat beberapa tahun lalu saat DIY dan Jawa Tengah terjadi gempa atau gunung meletus (merapi). Goncangan gempa bumi memang menimbulkan beberapa kerusakan pada candi-candi di DIY dan Jawa Tengah sehingga pemerintah menutup sementara Candi Prambanan dan Borobudur untuk dilakukan beberapa perbaikan. Demikian juga saat gunung Merapi meletus. Borobudur yang demikian megah nyaris tertutup debu vulkanik yang bisa merusak candi. Pemerintah juga sempat menutup candi kebanggaan kita ini untuk sementara sampai proses pembersihan selesai.
[caption id="attachment_281565" align="aligncenter" width="448" caption="Peringatan yang wajib kita taati (dok. pribadi)"]
Faktor lain yang menyebabkan kerusakan yakni manusia. Manusia yang memiliki sifat yang berbeda-beda sudah pasti memiliki perilaku yang berbeda pula. Padahal jika kita mau, kita bisa melakukan hal-hal terpuji untuk tetap menjaga kelestarian dan keberadaan candi-candi tersebut. Misalnya dengan menaati peraturan yang ada. Di berbagai candi pasti kita akan mendapati papan peringatan ataupun larangan-larangan tertentu seperti tidak boleh menginjak relief yang ada di Candi Cetho misalnya. Salah satu relief yang terhampar di tanah ini memang sangat rentan rusak, sebab jika sering diinjak bebatuan candi bisa saja bergeser atau bahkan hilang.
[caption id="attachment_281567" align="aligncenter" width="448" caption="Peringatan dilarang menginjak relief di Candi Cetho (dok, pribadi)"]
Ada juga peringatan yang menganjurkan kita untuk tetap berlaku sopan baik dalam perkataan dan perbuatan selama di areal candi. Peringatan seperti ini bisa kita lihat di bangunan utama Candi Cetho. Sebab bagaimanapun candi merupakan bangunan suci bagi pemeluk agama tertentu, sehingga kita juga wajib menjaga kesuciannya dengan tidak berlaku dan berkata kotor selama kita mengunjunginya.
[caption id="attachment_281569" align="aligncenter" width="448" caption="Himbauan untuk berlaku sopan (dok. pribadi)"]
Usaha lain yang bisa kita lakukan untuk ikut serta dalam melestarikan keberadaan candi-candi di Indonesia yakni dengan tidak mengambil atau menjarah batu-batuan ataupun arca-arca yang banyak terdapat pada candi. Tentu saja benda-benda purbakala tersebut memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga banyak tangan jahil yang berusaha mengambilnya untuk keuntungan pribadi.
[caption id="attachment_281572" align="aligncenter" width="448" caption="kemana bagian arca yang hilang? (dok. pribadi)"]
Usaha berikutnya yakni dengan memakai alas kaki yang ringan saat kita mengunjungi candi. Kita semua tahu jika candi-candi di Indonesia terdiri atas susunan batu-batu andesit dengan sistem dry masonry (tanpa perekat). Batu yang satu menindis batu yang lain sehingga lama-lama akan berat. Jadi guna mengurangi beban yang lebih berat lagi, ada baiknya jika kita memakai alas kaki yang ringan saat naik ke candi. Terakhir yang bisa kita lakukan yakni dengan membuang sampah pada tempatnya. Ini memang sepele tapi masih banyak dari kita yang justru masih belum membiasakan diri dengan membuang sampah pada tempatnya.
[caption id="attachment_281576" align="aligncenter" width="448" caption="Salah satu tempat sampah di candi Cetho (dok. pribadi)"]
Meskipun usaha yang bisa kita lakukan terkesan sederhana, namun jika semua pengunjung melakukan hal yang sama, niscaya candi-candi tersebut bisa tetap terjaga kelestariannya. Sehingga tetap bisa mengundang banyak wisatawan untuk mengunjunginya. Dan yang pasti kita tetap bisa mewariskan situs kebudayaan dunia tersebut kepada anak cucu kita.
Untuk menikmati pesona wisata Indonesia lainnya silahkan ke Indonesia travel yang akan mengantarkan anda menjelajahi berbagai keindahan alam dan budaya Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H