Mohon tunggu...
Agoeng Widodo
Agoeng Widodo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seseorang yang sedang belajar, dan sangat memimpikan Indonesia yang gemah ripah loh jinawi toto tentrem karto raharjo

Selanjutnya

Tutup

Foodie

"Jajan Pasar" Kuliner Tradisional Yang Makin Terpinggirkan

13 Juni 2012   02:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:03 3237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Opera Travel Blog Competition

Saat saya masih kecil dulu, setiap ibu pergi ke pasar pasti saya selalu memesan untuk dibelikan oleh-oleh. Yah, jajanan khas pasar yang hanya bisa saya nikmati kalau ibu saya pergi ke pasar berupa gethuk,srabi, atau lopis. Memang sangat sederhana, namun saya sangat menyukainya. Seiring dengan berjalannya waktu, jajanan pasar seperti itu nyaris tidak pernah saya nikmati lagi.

[caption id="attachment_182354" align="aligncenter" width="448" caption="Jajanan Pasar (dok. pribadi)"][/caption]

Namun pagi ini, saya benar-benar bersorak riang saat melihat jajanan klangenan waktu kecil dulu di sebuah pasar tradisional di Balikpapan.  Seperti biasa, sebelum jam 08.00 saya sudah sampai di kantor. Sesampainya di kantor, ada seorang teman yang mengajak saya untuk mencari sarapan di Pasar Blauran (salah satu pasar tradisional di Balikpapan) tak jauh dari kantor.  Dan saya langsung tertarik dengan seorang ibu yang berjualan jajan pasar seperti gethuk (gethuk alus maupun gethuk lindri), grontol, lopis, sawut, cenil, tiwul, dan ketan (hitam dan putih).

Hanya dengan merogoh kocek sebesar Rp. 5.000,- saya bisa mendapatkan sebungkus jajanan pasar yang terdiri dari gethuk, lopis, cenil, dan ketan hitam. Di atas jajanan tersebut ditaburi dengan parutan kelapa dan juruh dari gula merah yang semakin menambah kenikmatan jajan pasar itu sendiri. Mungkin sebagian pembaca akan merasa asing dengan kuliner seperti ini. Karena dewasa ini jajan pasar semacam ini sudah jarang kita jumpai.

Seiring perkembangan jaman, jajan pasar memang seolah tenggelam oleh menjamurnya waralaba-waralaba yang memakai brand luar negeri. Tidak heran jika anak-anak di Indonesia sekarang tahu dan menyukai burger dari pada tiwul atau gethuk yang notabene merupakan makanan tradisional khas Indonesia. Padahal kalau ditilik dari segi rasa, jajan pasar jelas lebih sesuai dengan selera lidah kita. Jajanan pasar juga lebih organik karena tidak menggunakan bahan-bahan kimia dalam proses pembuatannya, sehingga boleh dibilang lebih sehat. Dari segi harga, jajan pasar juga jelas lebih murah.

Jika hal semacam ini dibiarkan, maka jangan heran kalau beberapa tahun ke depan jajan pasar hanya tinggal kenangan. Mari kita kenalkan jajan pasar sebagai kuliner tradisional kita kepada anak-anak kita. Sekali-sekali ajak anak-anak berbelanja di pasar tradisional dan kenalkan dengan jajan pasar. Agar salah satu kuliner tradisional kita tetap bisa dinikmati sampai anak cucu kita nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun