[caption id="attachment_321141" align="aligncenter" width="448" caption="Semburan Lumpur di Bledug Kuwu (dok. pribadi)"][/caption]
Indonesia merupakan negeri yang kaya raya. Bukan hanya kaya akan sumber daya alam, seni dan budaya, tetapi bumi Nusantara ini juga memiliki beragam fenomena alam yang luar biasa. Bahkan diantaranya mungkin merupakan fenomena alam satu-satunya di dunia. Tak sedikit dari fenomena alam Indonesia tersebut menjadi obyek pariwisata yang mengundang banyak wisatawan baik lokal maupun manca. Seperti Bledug Kuwu misalnya.
Bledug Kuwu merupakan fenomena alam berupa kawah lumpur seluas lebih kurang 45 Ha. Dinamakan Bledug Kuwu karena suara dari letupan-letupan lumpur dari kawah menimbulkan suara bledug-bledug (seperti dentuman meriam) secara periodik. Sedangkan Kuwu karena semburan lumpur ini berada di desa Kuwu Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Bledug Kuwu sudah ada jauh sebelum kita mengenal Lumpur Lapindo di Sidoarjo. Jika lumpur Lapindo di Sidoarjo banyak menyengsarakan rakyat, lumpur Bledug Kuwu sebaliknya karena bisa dimanfaatkan sebagai sumber penghidupan.
[caption id="attachment_321142" align="aligncenter" width="448" caption="Papan Nama didekat Gerbang Masuk (dok. Pribadi)"]
Untuk bisa melihat fenomena alam (yang mungkin) satu-satunya di dunia ini, kita bisa menggunakan angkutan umum atau kendaraan pribadi sejauh lebih kurang 27 km dari kota Purwodadi kearah timur. Sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan berupa hamparan sawah yang menghijau dan menyejukkan. Hingga pada akhirnya kita akan tiba disebuah tempat yang gersang, tandus, dan panas nyaris tanpa pepohonan. Itulah kawasan wisata Bledug Kuwu.
[caption id="attachment_321143" align="aligncenter" width="448" caption="Pintu masuk lokasi wisata yang mepet jalan (dok. pribadi)"]
Kawasan wisata ini memang terletak di tepi jalan raya. Bahkan areal parkir pengunjungpun berada ditepi jalan raya. Sebuah papan nama terpampang jelas di tepi jalan tak jauh dari pintu masuk. Dengan merogoh kocek sebesar Rp. 2.000,- kita bisa masuk dan melihat langsung fenomena alam yang tergolong langka ini. Dari pintu masuk suara dentuman yang berasal dari letupan lumpur mulai terdengar. Setelah melewati jajaran gazebo kita bisa melihat kawah yang berada ditengah daratan. Ini benar-benar fenomena yang unik dan tiada duanya. Kawah tersebut nampak selalu bergolak dengan menyemburkan gumpalan lumpur berwarna kehitaman. Semburan setinggi lebih kurang 3 meter tersebut terjadi secara periodik setiap 2 sampai 3 menit disertai suara dentuman dan kepulan asap putih. Aroma belerang juga terasa dihidung kita. Ada beberapa titik semburan, dari yang terkecil (yang oleh masyarakat setempat dinamakan Roro Denok) hingga semburan terbesar (dinamakan Joko Tuwo) bisa kita saksikan. Namun perlu ekstra hati-hati agar tidak terperosok, karena meskipun permukaan tanah yang kita injak nampak keras, namun didalamnya berisi lumpur sehingga labil. Ke-unikan lainnya, air yang terkandung dalam lumpur tersebut ternyata mengandung garam. Padahal lokasi Bledug Kuwu ini jauh dari laut. Bahkan oleh penduduk sekitar, tempat ini bisa dijadikan sumber penghasilan dengan cara membuat garam dan bleng. Nah lho, ajaib bukan?
[caption id="attachment_321144" align="aligncenter" width="448" caption="Letupan Joko Tuwo yang bak balon raksasa (dok. pribadi)"]
Disini kita bisa mengabadikan momen dimana Joko Tuwo dan Roro Denok meletup, atau berfoto ria dengan latar belakang semburan lumpur yang seperti balon raksasa, maupun kepulan asap putih yang bak kapas keluar dari dalam kawah. Tidak perlu kuatir akan panas dan teriknya cuaca, karena banyak masyarakat sekitar yang menyediakan payung untuk kita sewa dengan biaya terjangkau.
[caption id="attachment_321145" align="aligncenter" width="448" caption="Berpayung menanti letupan (dok. pribadi)"]
[caption id="attachment_321147" align="aligncenter" width="448" caption="Kepulan asap putih yang bak kapas (dok. pribadi)"]
Puas menikmati keunikan Joko Tuwo dan Roro Denok, kita bisa melihat cara pembuatan garam yang dilakukan masyarakat sekitar. Saat ini memang tinggal beberapa keluarga saja yang memanfaatkan Bledug Kuwu ini sebagai sumber penghasilan dengan cara membuat garam ataupun bleng.
[caption id="attachment_321146" align="aligncenter" width="448" caption="Letupan lumpur disertai asap putih (dok. pribadi)"]
Proses pembuatan garam di sini masih sangat tradisional. Air semburan lumpur yang mengandung garam oleh penduduk dialirkan melalui parit buatan dan ditampung pada sebuah kolam. Dari sini air tersebut ditimba dan diisikan kedalam klakah (batang bambu yang dibelah menjadi dua) yang sudah disiapkan sebelumnya. Klakah-klakah yang sudah terisi air selanjutnya dijemur dibawah terik matahari hingga membentuk kristal-kristal garam. Jika musim kemarau, proses pembuatan garam ini bisa memakan waktu hingga 5 hari, namun jika musim penghujan bisa lebih lama lagi. Selain dari garam, masyarakat memperoleh penghasilan lain dari penjualan bleng. Oleh masyarakat Jawa, bleng dikenal sebagai bahan pembuat kerupuk. Bleng ini dihasilkan dari tetesan garam.
[caption id="attachment_321148" align="aligncenter" width="448" caption="Parit buatan untuk mengalirkan air asin (dok. pribadi)"]
[caption id="attachment_321149" align="aligncenter" width="448" caption="Kolam penampungan air asin (dok. pribadi)"]
Konon garam Bledug Kuwu ini lebih gurih jika dibandingkan garam-garam pada umumnya sehingga pada masa lampau pernah menjadi favorit para juru masak keraton Surakarta. Garam dari Bledug Kuwu juga memiliki tekstur yang jauh lebih lembut jika dibandingkan dengan garam air laut. Warnanyapun juga jauh lebih putih.
[caption id="attachment_321150" align="aligncenter" width="448" caption="Di Klakah inilah proses kristalisasi terjadi (dok. pribadi) "]
Menyaksikan langsung proses pembuatan garam di Bledug Kuwu merupakan sebuah pengalaman yang luar biasa. Meski berada di bawah terik matahari yang menyengat namun sungguh terasa mengasyikkan. Peluh dan keringat memang bercucuran, namun jangan kuatir karena kita bisa melepas dahaga di gazebo-gazebo yang ada. Duduk di gazebo sembari menyaksikan letupan Joko Tuwo ataupun melihat aktivitas petani garam sembari minum es kelapa muda benar-benar akan menjadi kenangan yang tak terlupakan. Anda juga bisa menyaksikan Bledug Kuwu dari ketinggian melalui menara pandang yang ada disana.
[caption id="attachment_321151" align="aligncenter" width="448" caption="Gazebo di Bledug Kuwu (dok. pribadi)"]
[caption id="attachment_321152" align="aligncenter" width="448" caption="Menara pandang di Bledug Kuwu (dok. pribadi)"]
Jangan lupa sebelum pulang, sempatkan membeli oleh-oleh untuk sahabat maupun keluarga di rumah. Kita bisa membeli bleng, garam, air belerang maupun lumpur Bledug Kuwu. Bleng bisa kita gunakan untuk membuat kerupuk, garam untuk memasak, air belerang konon bisa untuk menyembuhkan penyakit gatal, sedangkan lumpur dari Bledug Kuwu banyak dipercaya masyarakat sekitar bisa untuk menghaluskan kulit. Entah benar entah tidak, anda bisa membuktikan sendiri dengan datang ke sana!
[caption id="attachment_321156" align="aligncenter" width="448" caption="Oleh-oleh khas Bledug Kuwu (dok. pribadi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H