Sudah dua malam saya berada di Seoul. Hari ketiga ini adalah hari terakhir kami di Seoul dan rencananya kami akan berkunjung ke Insadong untuk mencari oleh-oleh karena di sana banyak terdapat toko-toko yang menjual souvenir khas Korea. Nah kalau Cheonggyecheon Stream, saya penasaran karena Pak Jokowi pernah ke sana dan konon sungai itu kumuh dan kini menjadi cantik.
Setelah sarapan kami langsung pergi menuju subway station dan naik kereta yang menuju Insadong. Saat kami tiba di sana, suasana di Insadong masih sepi karena masih pagi.
Kebanyakan toko yang ada di sana belum buka, hanya ada beberapa saja yang baru mulai membuka tokonya. Kami berjalan-jalan di sepanjang jalan sampai ke ujung.Â
Di ujung jalan kami duduk-duduk sejenak sambil menikmati pemandangan pagi di sekitar kami. Suasananya tenang dan udaranya belum terlalu panas. Nyaman sekali rasanya karena belum banyak pengunjung yang datang juga. Sekitar jam 10 pagi, satu per satu toko mulai buka. Teman saya dan saya kemudian masuk ke salah satu toko souvenir yang baru buka. Toko ini luas dan banyak sekali barang khas Korea yang dijual.
Saya membeli kaos Korea untuk penjaga rumah saya. Di toko itu juga banyak dijual poster BTS baik secara grup maupun tiap anggotanya. Rupanya mereka masih dalam suasana perayaan 10 tahun BTS berkarier, jadi banyak toko masih menjual souvenir yang berhubungan dengan BTS.
Salah satu penjaga toko yang ada di sana terus menerus menawarkan souvenir BTS tersebut kepada saya. Mulai dari poster, kalender, gantungan kunci dan banyak lagi. Saya iseng-iseng bertanya apakah dia punya kalender meja dengan foto-foto anggota BTS ... kalau ada saya mau membelinya karena tidak banyak memakan tempat di kopor yang sudah penuh dan untuk menghindari overweight.
Rupanya kalender meja yang saya cari tidak ada. Dia terus merayu saya untuk membeli sesuatu; ada gantungan kunci dengan boneka anggota BTS.Â
Iseng-iseng saya tanya apakah ada boneka Jeon Jungkook (anggota termuda BTS yang memiliki suara indah) ... ternyata ada. Rupanya 'unnie' yang satu ini juga penggemar Jungkook.
Kami lalu ngobrol ngalor ngidul tentang Jungkook. Dia juga mengajari saya beberapa kata dan kalimat dalam bahasa Korea. Kami bercanda sampai lupa kalau dia sedang bekerja saat itu. Rayuannya manjur dan juga untuk menghargai usahanya menarik pembeli, akhirnya gantungan kunci itu saya beli dan kami pun harus berpisah.Â
Teman saya dan saya kemudian melihat-lihat toko-toko di sepanjang jalan tersebut. Saya sih tidak berencana untuk berbelanja. Di sana banyak terdapat restoran dan saat itu hari sudah siang, tapi kami memutuskan untuk kembali ke Myeongdong dan mencari restoran untuk makan siang di sekitar hotel.
Tiba di Myeongdong kami sempat berkeliling untuk mencari restoran yang cocok dan tidak ramai tapi tidak menemukannya, karena saat itu pas jam makan siang.Â
Akhirnya teman saya memutuskan untuk kembali ke hotel, sementara saya masih mau mencari restoran yang tidak ramai dan makanannya cocok untuk selera saya. Setelah berkeliling dan sempat juga mampir di beberapa toko di kawasan itu akhirnya saya putuskan untuk makan di restoran yang tepat ada di sebelah hotel. Tempatnya sepi jadi saya masuk saja ke situ.
Saya pun bertanya apakah saya bisa memesan menu yang bukan paket (daging panggang) karena di kaca restoran ditawarkan menu paket.
Pegawai restoran tersebut mengatakan bisa dan dia pun memberikan saya menu. Saya bingung mau pesan apa dan saya minta dia untuk merekomendasikan makanan yang enak. Dia pun memilihkan sup iga sapi dan nasi untuk saya. Ok ... saya pun menuruti sarannya.Â
Agak lama saya menunggu tapi akhirnya datang juga pesanan saya. Ketika disajikan saya jadi teringat makanan yang sering ditunjukkan di drama Korea. Wah, bisa makan seperti di film-film (norak ya ...😀).
Soup disajikan di mangkuk hitam dan panas, kemudian nasinya diletakkan di mangkuk kecil dengan tutup, lalu ada kimchi juga. Nah sebelum makan pelayan mengajari saya cara makannya.
Dia melepaskan daging iga dari tulangnya kemudian mengguntingnya menjadi kecil-kecil agar mudah dikonsumsi. Jadi kita tidak perlu menggerogoti iga yang bertulang tersebut. Wah enak dan mudah sekali jadinya.
Setelah selesai, saya pun dipersilakan makan. Pegawai (atau mungkin manajernya) yang tadi menerima saya mendekati dan mengucapkan terima kasih kepada pelayan tersebut dan dia pun mempersilakan saya makan.
Saya langsung menyantap hidangan yang ada di depan saya ... wuah enak sekali rasanya. Manager tadi kembali lagi ke meja saya dan menanyakan bagaimana rasanya (dalam bahasa Korea ... saya hanya mengerti kata 'enak' dalam bahasa Korea jadi saya asumsikan kalau dia bertanya apakah enak makanannya), tanpa ragu saya jawab 'ma-shit-da', lalu dia mengatakan 'masshiseoyo'. Nah loh ... kok dia menggunakan kata itu?
Saya tahu arti kedua kata tersebut tapi kenapa dia menggunakan kata yang berbeda dengan saya ya? Saya jadi penasaran kenapa begitu tapi dia tidak menjelaskan. Mungkin karena bahasa Inggrisnya terbatas jadi dia tidak bisa menjelaskannya.Â
Setelah makan dan merasa kenyang akhirnya saya kembali ke hotel. Ketika sedang menunggu lift saya berjumpa lagi dengan manager tadi. Dia pun dalam bahasa korea menanyakan apakah saya tinggal di hotel yang ada di lantai atas dan saya jawab ya. Dia lalu tersenyum dan melambaikan tangan.Â
Sesampai di kamar saya langsung membersihkan diri, berganti baju dan beristirahat. Ternyata saya ketiduran. Ketika bangun jam sudah menunjukkan pukul 16:00, tetapi matahari masih bersinar dengan terang.
Sore itu saya akan mengunjungi Cheonggyecheon Stream. Sambil tiduran saya mempelajari rute yang harus saya ambil untuk mencapai tempat itu.
Ketika matahari sudah agak meredup saya pum bersiap-siap untuk pergi. Teman saya tidak mau ikut karena dia mau berkeliling di Myeongdong dan mencari oleh-oleh. Saya pun pergi sendiri.Â
Perjalanan menuju Cheonggyecheon Stream mudah sekali. Saya harus pindah kereta di Seoul Station dan tidak seperti hari-hari sebelumnya dimana kami sempat salah jalan, kali ini semuanya serba mudah. Saat menunggu kereta ada seorang perempuan setengah baya yang mencari-cari tempat duduk. Saya pun menggeser badan saya sedikit untuk memberikan tempat padanya.Â
Wah ... dia langsung menawarkan rotinya pada saya. Tapi saya menolaknya karena dia hanya memiliki satu. Lalu dia menanyakan dari mana asal saya, lalu bercerita tentang surat kabar yang dibacanya.
Terus terang saya tidak mengerti apa yang dikatakannya tapi saya menanggapi dengan menggangguk dan tersenyum (ha ha ha ...).
Ketika saya ingin berfoto bersamanya dia lalu menyodorkan minumannya kepada saya. Saat saya menolak dia juga langsung menolak untuk berfoto bersama saya. Lucu sekali ibu itu. Ketika kereta saya tiba, kami pun berpisah.
Setibanya di Cheonggyecheon saya sempat bingung karena saya tidak menemukan landmark yang disebutkan dalam peta. Akhirnya saya bertanya kepada seseorang yang kebetulan sedang berdiri di tepi jalan. Rupanya tempat yang saya tuju tepat ada di seberang tempat kami berdiri. Dia ingin mengantarkan saya ke sana tapi saya menolaknya karena tidak ingin merepotkan.
Ketika menuruni tangga menuju sungai kita bisa melihat semacam air terjun mini. Sungainya tidak dalam dan airnya terlihat jernih. Saya kagum melihat kawasan ini karena konon kabarnya tempat ini merupakan daerah kumuh dan air sungai ini sangat tercemar karena masyarakat menggunakannya sebagai tempat pembuangan akhir sehingga mengeluarkan bau yang tak sedap.Â
Di dinding yang terletak di kanan dan kiri sungai terdapat lukisan-lukisan yang menurut saya indah. Jalan setapak yang terletak di kiri dan kanan sungai digunakan oleh masyarakat untuk jogging atau sekedar berjalan-jalan saja. Masyarakat juga dapat duduk-duduk di tepi sungai. Ada yang membaca buku, bermain hp atau sekedar berbincang dengan teman-teman mereka. Kita juga bisa melihat ikan yang ada di sungai itu dan burung bangau yang kadang terbang lalu mendarat di dekat kita. Burung-burung ini kelihatan jinak dan tidak takut pada manusia.Â
Saya menyusuri tepian sungai. Rupanya sungai ini panjang juga. Awalnya saya ingin menyusuri sungai tersebut sampai ujung, tapi saya urungkan niat saya. Saya memerhatikan anak-anak yang bermain-main di tepian sungai dan ada juga yang mencoba menyeberangi sungai melalui bebatuan yang menonjol di dalam sungai.
Mereka diawasi oleh orang tua mereka. Saya pun mencoba menyeberangi sungai dan sampai di seberang. Saya berjalan terus sampai ke kolong jembatan dan melihat ada tempat kosong di situ. Saya pun duduk di tepi sungai sambil menikmati suasana tenang di sana. Rasanya tidak seperti sedang berada di sebuah kota besar. Namun, terkadang bau tak sedap masih tercium.Â
Tak terasa hari sudah semakin malam, matahari pun sudah terbenam. Saya lalu memutuskan untuk kembali ke Myeongdong. Sebelum kembali ke hotel, saya menyempatkan diri untuk ke Daisho untuk membeli beberapa barang, lalu mencari restoran untuk makan malam. Setelah makan saya kembali ke hotel, membersihkan diri dan tidur. Keesokan harinya saya sudah harus kembali ke Jakarta.Â
Kunjungan kali ini terasa sangat pendek. Lain kali jika ada kesempatan lagi untuk mengunjungi Korea Selatan, saya ingin pergi ke kota-kota lain yang ada di sana, berinteraksi dengan masyarakatnya dan juga memperlajari budayanya.
gmt 30/08/23
foto-foto: dokumentasi pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H