Osaka ... saya yakin ada banyak dari pembaca jika ke Jepang mungkin akan memasukkan kota ini sebagai salah satu kota yang akan dikunjungi. Saya pun demikian. Osaka menjadi kota tujuan terakhir selama di Jepang dan kami hanya tinggal selama dua malam saja di sana.
Kami berangkat dari hotel di Nara sekitar jam delapan pagi setelah makan pagi di hotel. Kami menaiki bus yellow line yang membawa kami berkeliling Nara terlebih dahulu sebelum akhirnya berhenti di setasiun. Jadwal kereta memang agak siang jadi kami tidak terburu-buru.Â
Saya menyempatkan diri ke toilet terlebih dahulu sebelum naik kereta. Ketika tiba di platform kereta JR Yamatoji Line sudah menunggu. Kereta baru akan berangkat setengah jam lagi. Kami naik kereta dengan leluasa karena keretanya masih kosong. Sekitar lima menit sebelum keberangkatan saya baru sadar kalau backpack saya tidak ada  dan tertinggal di toilet. Saya pun memberitahu teman saya dan segera turun dari kereta dengan membawa koper saya. Teman saya pun mengikuti saya, dia terlihat cemas.Â
 Saya langsung kembali ke toilet dan di sana saya melihat ada cleaning lady dan dengan bahasa tarzan menanyakan apakah dia melihat backpack saya. Begitu mendengar backpack dia langsung mengajak saya menuju kantor pembelian tiket. Rupanya dia menitipkannya di sana.Â
Tidak henti-hentinya saya mengucapkan terima kasih kepada mereka karena telah menyimpan backpack saya yang di dalamnya terdapat passport, uang, camera dan tiket pulang. Apa jadinya jika tidak ditemukan. 😠Saya sangat beruntung. Saya semakin kagum dengan orang-orang Jepang yang mengutamakan keramahan, kebersihan, kedisiplinan dan kejujuran. Tentu saja dari sekian banyak orang pasti ada yang tidak baik juga, tapi sejauh ini hampir semua orang yang saya temui adalah orang-orang baik, ramah dan jujur.
Cepat-cepat saya kembali ke platform dan menemui teman saya yang menunggu di situ. Beberapa kali dia mengatakan alhamdulilah ketika melihat saya sudah membawa backpack saya. Kami lalu menunggu kereta selanjutnya dan tidak lama kemudian kereta pun tiba. Kami segera naik. Perjalanan menuju Osaka sekitar 50 menit. Kami turun di Bentencho station dan letak hotel kami hanya sekitar 5 menit dengan berjalan kaki. Saat tiba di hotel kami cukup kagum karena ternyata hotelnya bagus dan seperti biasa kami baru bisa check in pada jam 3 sore. Kami pun menitipkan koper kami lalu segera pergi ke Dotonburi Street.Â
Saat tiba di Dotonburi kami pun menapaki jalan-jalan yang ada di sana. Banyak sekali toko pakaian, Â makanan, restoran dll di sana. Kami tidak langsung berbelanja karena kami ingin makan siang dulu. Setelah berkeliling akhirnya kami menemukan restoran udon yang letaknya tidak jauh dari kanal. Awalnya kami tidak yakin bisa makan di situ karena tempatnya kecil sekali dan tidak nampak orang makan di situ. Namun, ternyata tempat makannya ada di lantai bawah. Kami harus menunggu karena restoran itu sedang dipenuhi pengunjung. Saat itu matahari sangat terik sehingga kami putuskan untuk menunggu saja di 'ruang tunggu restoran'. Ketika sedang menunggu, ada dua pemuda Korea yang juga mau makan di situ. Jadilah kami mengobrol sambil menunggu giliran dipanggil. Ketika tiba giliran kami masuk ternyata memang tempatnya kecil tapi pengunjung yang datang silih berganti. Rasanya memang enak dan tempura yang disajikan segar dan kulitnya renyah sekali.
Perut sudah kenyang, saatnya mengeksporasi Dotonburi street. Saat sedang melihat-lihat, Â kami melihat ada beberapa penjual takoyaki. Teman Jepang saya memberitahu saya untuk mencoba takoyaki karena takoyaki di Osaka enak. Ketika kami melihat ada takoyaki sebenarnya kami ingin mencobanya, tapi kami baru saja makan siang dan masih kenyang, jadi kami urungkan keinginan kami. Akhirnya kami melihat-lihat barang-barang yang ada di toko-toko yang ada di sana. Kami kemudian memasuki satu toko dan macam kesetanan berbelanja di sana karena harga barangnya lumayan murah dan ini adalah saat pertama kali kami benar-benar berbelanja. Kami berbelanja hingga sore. Selesai berbelanja kami kembali ke hotel untuk check in. Kamr kami terletak di lantai 38 dan pemandangannya cukup indah.
Agak malam kami pergi lagi untuk mencari makan malam di sekitar hotel. Rupanya toko-toko dan swalayan di sekitar hotel tutup jam 8 malam dan beberapa restoran tutup jam 9. Kami akhirnya menemukan restoran okonomiyaki. Sebelum saya ke Jepang murid-murid dan guru Jepang di tempat saya bekerja mengatakan kalau okonimiyaki yang terenak ada di Hiroshima, tapi karena saya sudah lapar dan hanya tempat itu yang masih buka ditambah rasa penasaran seperti apa bentuk dan rasa makanan tersebut, akhirnya saya makan di situ.Â
Saya pun memesan satu porsi karena teman saya urung untuk makan. Pelayan datang kembali dengan sayuran yang mayoritas terdiri dari kol di dalam mangkuk. Wah ... kol bukan sayur favorit saya, tapi ini adalah salah satu bahan utama makanan ini dan apa lacur saya sudah memesannya. Pelayan kemudian memasaknya untuk saya di meja kami. Tampilannya seperti phuyunghai. Telurnya diaduk bersama sayuran dan seafood di dalam mangkuk lalu digoreng  di pan di meja kami. Pelayan kemudian menunjukkan tulisan yang menyebutkan dia akan kembali lagi sekitar 15 menit ... wah lama sekali makanan ini matang. Perut ini sudah bernyanyi. Akhirnya pelayan kembali dan mengatakan makanannya sudah matang.  Dia lalu memberi saus barbecue sebagai topping. Ketika dia akan menambahkan mayonnaise saya menolak. Setelah menambahkan ikan kering (semacam abon), saya dipersilakan makan.Â
Suapan pertama ... yuck ... ngga suka. Saus barbecue yang membuat rasa makanan ini jadi tidak enak (bagi saya). Saya mencoba bagian yang tidak terkena saus dan rasanya okay lah, setidaknya masih bisa diterima perut. Saya harus konsekuen dengan pilihan saya jadi dengan terpaksa makanan itu saya habiskan (setelah berusaha untuk menyingkirkan semua saus barbecue yang ada di atas makanan itu). Selesai makan kami segera pergi ke family mart yang ada di depan hotel dan saya pun membeli yogurt untuk menghilangkan rasa tak enak yang masih tertinggal di mulut akibat okonomiyaki. Saya pun kemudian mengirim pesan via WA kepada teman Jepang saya dan menceritakan pengalaman saya mencicipi okonomiyaki. Dia kemudian mengatakan jika tidak suka okonomiyaki maka saya pasti juga tidak akan suka takoyaki karena rasanya mirip. Kedua makanan tersebut langsung saya coret dari daftar makanan yang perlu dicoba. 😀
Hari itu cukup melelahkan jadi kami kemudian kembali ke kamar untuk membersihkan diri dan beristirahat sambil menikmati pemandangan sebagian osaka di waktu malam dari kamar hotel kami. Esok hari kami akan berpetualang lagi. Sampai cerita berikutnya.Â
gmt04/08/23
sumber foto: dok pribadi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI