Desa ini letaknya seperti di lembah yang dikelilingi gunung-gunung sehingga pemandangannya indah sekali. Ada sawah dan juga ladang dan airnya mengalir sangat deras sehingga tanaman yang ada di sana tumbuh subur. Menurut pemandu kami, sebenarnya tempat ini akan kelihatan lebih unik dan indah saat musim dingin ketika sedang bersalju, namun pada musim-musim lain pun desa ini tetap elok dipandang. Kita bisa naik ke bukit (observatori) untuk melihat seluruh desa dari atas, cantik sekali. Di Ainokura juga terdapat museum dan kita juga bisa ikut kegiatan membuat kertas. Ada beberapa toko souvenir dan restoran di sana.
Sekitar satu jam kami berada di Ainokura, kami kemudian melanjutkan perjalanan ke Shirakawago. Ketika kami tiba, sudah terlihat beberapa tour bus di sana tetapi belum begitu ramai. Di sana ada museum yang letaknya tidak jauh dari tempat parkir. Kita juga bisa menyeberangi jembatan gantung untuk menuju desa Shirakawago. Desa tersebut masih dihuni pada penduduknya yang jumlahnya hampir mencapai 2000 orang. Â Jadi kita diminta untuk tidak mengganggu kenyamanan mereka dan tidak masuk ke tempat tinggal orang dengan seenaknya karena hal ini akan mengganggu mereka.Â
Kami sudah diberi peta jalan yang sebaiknya kita lalui agar tidak mengganggu penduduk setempat. Di Shirakawago terdapat banyak toko souvenir dan juga restoran. Bentuk-bentuk rumah di sini juga unik dan mirip dengan di Ainokura dengan model Gassho. Di desa ini juga ada tempat yang disebut observatori untuk melihat seluruh desa dari atas bukit. Saya hanya bisa membayangkan di saat musim dingin dan rumah-rumah di desa tersebut tertutup salju pasti indah sekali.Â
Setelah menikmati keindahan desa Shirakawago, kami pun kemudian mengunjungi museum yang ada di dekat tempat parkir. Sebelumnya kami makan siang di restoran yang ada tidak jauh dari pintu masuk museum. Menunya beragam dan saya memesan soba tempura panas. Tempuranya sangat renyah dan sayuran serta udangnya terasa sangat segar karena memang hasil dari kebun mereka. Porsinya cukup besar, tapi karena rasanya enak maka tentu saja saya habiskan ... (bukan karena rakus ya 😀).