Mohon tunggu...
Genoveva Tersiandini
Genoveva Tersiandini Mohon Tunggu... Lainnya - penggemar wisata dan kuliner

Pensiunan pengajar di sebuah sekolah internasional.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati Kelimutu di Bawah Guyuran Hujan

18 Desember 2022   13:25 Diperbarui: 18 Desember 2022   13:47 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbedaan warna kedua danau | Dok Pribadi

Jam sudah menunjukkan pukul empat pagi. Kami segera bangun dan bersiap-siap karena pada jam setengah lima kami akan menuju Danau Kelimutu untuk menyaksikan matahari terbit, yang katanya indah. Tepat pukul setengah lima pagi kami berangkat dari hotel di Moni. Udara cukup sejuk dan keadaan jalanan masih sepi. 

Belum lama kami meninggalkan hotel, gerimis mulai turun.  Awalnya kami menganggap itu hanya kabut lewat saja. Perjalanan dari hotel di desa Moni menuju area parkir di Danau Kelimutu tidak memakan waktu yang lama, sekitar 30 menit.  karena tanpa terasa kami sudah tiba di area parkir. Baru ada satu mobil yang parkir di sana, jadi belum banyak pengunjung yang datang.

Saat kami turun dari mobil, gerimis masih mengguyur. Kami masih berharap gerimis akan berakhir. Kami pun mulai berjalan menuju ke puncak Kelimutu. Ternyata belum lama kami mendaki, hujan semakin deras mengguyur dan harapan untuk menikmati keindahan matahari terbit dari puncak Kelimutu pun pupus. 

Kabut pun masih tebal dan suhu udara pun semakin dingin. Namun, hal tersebut tidak menghalangi kami untuk terus mencapai puncak dan menikmati pemandangan yang disuguhkan.

Tidak jauh dari puncak, kami berhenti dulu untuk melihat salah satu dari ketiga danau yang ada di sana. Danau ini dipercaya sebagai tempat para arwah dari orang-orang yang meninggal saat mereka masih muda. Saat itu kami masih bisa melihat danau karena kabut belum menutupinya. 

Pemandu yang berjalan bersama kami menyarankan kami untuk mengambil foto karena danaunya masih terlihat dan belum tertutup kabut. Kami pun menuruti sarannya. Tak ingin berlama-lama di situ, kami pun melanjutkan perjalanan menuju puncak Kelimutu. 

Kami menapaki tangga di bawah guyuran hujan dengan hati-hati. Di bagian puncak terdapat sebuah tugu yang terdiri dari beberapa tangga. Banyak wisatwan yang duduk di tangga-tangga tersebut untuk melihat ketiga danau yang ada di sana. Namun, karena hujan, tentu saja kami hanya menyaksikan kabut yang ada di sekeliling kami.

Berpose sejenak dengan para pemandu | Dok Pribadi
Berpose sejenak dengan para pemandu | Dok Pribadi

Menapaki tangga menuju puncak Kelimutu | Dok Pribadi
Menapaki tangga menuju puncak Kelimutu | Dok Pribadi

Pemandangan salah satu danau sebelum tertutup kabut | Dok Pribadi
Pemandangan salah satu danau sebelum tertutup kabut | Dok Pribadi

Tugu yang terletak di puncak Kelimutu | Dok Pribadi
Tugu yang terletak di puncak Kelimutu | Dok Pribadi

Banyak yang hanya sebentar di sana karena hujan masih juga mengguyur dan kabut tak juga enyah dari sana. Mereka tidak sabar menunggu. Sementara saya dan sekelompok wisatawan dari Singapura masih sabar dan berharap kabut segera pergi sehingga kami bisa melihat ketiga danau yang ada di sana. Sambil menunggu, kami sempatkan untuk berfoto bersama-sama. 

Ketika kami melihat kabut mulai memudar, kami pun berteriak gembira. Segera kami mengabadikannya. Kesempatan tersebut tidak ingin kami sia-siakan. Hanya beberapa menit, kabut mulai menutupi danau tersebut lagi. Ucapan kekecewaan pun meluncur dari mulut kami, tapi kami tetap bertahan dan menunggu kesempatan selanjutnya.

Saat kabut sedikit menepi :) | Dok Pribadi
Saat kabut sedikit menepi :) | Dok Pribadi

Ketika kabut datang lagi ... | Dok Pribadi
Ketika kabut datang lagi ... | Dok Pribadi

Tak ingin kehilangan momen langka | Dok Pribadi
Tak ingin kehilangan momen langka | Dok Pribadi

Berpose dengan para turis dari Singapura | Dok Pribadi
Berpose dengan para turis dari Singapura | Dok Pribadi

Suhu udara semakin dingin dan hujan sudah mulai reda, namun kabut masih belum juga enyah dari sana. Pemandu kami mengajak kami turun karena kami masih harus meneruskan perjalanan ke kota Ende kemudian kembali ke Ruteng. Namun, saya masih penasaran untuk melihat danau yang pertama kali kami lihat sebelum mencapai puncak. 

Ketika tiba di sana, kabut mulai menipis dan danaupun mulai tampak, lama-kelamaan semakin jelas. Kesabaran kami membuahkan hasil.  Kami juga dapat melihat danau yang satu lagi yang hanya dipisahkan oleh sebuah tebing. Kedua danau tersebut berwarna hijau tosca, namun danau yang kelihatan lebih kecil, warnanya lebih muda dibanding dengan danau yang besar. 

dua danau yang hanya terpisah oleh sebuah tebing | Dok Pribadi
dua danau yang hanya terpisah oleh sebuah tebing | Dok Pribadi

Keadaan danau saat kabut sudah pergi | Dok Pribadi
Keadaan danau saat kabut sudah pergi | Dok Pribadi

Perbedaan warna kedua danau | Dok Pribadi
Perbedaan warna kedua danau | Dok Pribadi

Jauh-jauh datang dari Jakarta, tentu saja kami tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka ini. Kami pun tidak henti-hentinya mengabadikan keindahan alam yang terpampang di hadapan kami. 

Saya juga mencoba melemparkan batu besar ke dalam danau, karena menurut pemandu kami, batu itu tidak akan mencapai ke danau. Ternyata memang benar. Pasti ada penjelasan ilmiahnya mengapa hal tersebut terjadi.

Cukup lama kami menghabiskan waktu di tempat itu. Enggan rasanya meninggalkan tempat itu. Kalau tidak karena kami harus melanjutkan perjalanan , mungkin kami akan berdiam di sana hingga siang hari dan kembali lagi ke puncak agar bisa melihat danau yang satu lagi (yang katanya tempat arwah orang-orang tua). 

Dengan berat hati akhirnya kami pun mulai berjalan turun dan tak lama kami pun sudah tiba di gerbang Taman Nasional Kelimutu. Kami kemudian menuju hotel untuk sarapan dan bersiap-siap untuk menuju Ende kemudian kembali ke Ruteng.

Foto dulu di gerbang Kelimutu sebelum kembali ke hotel | Dok Pribadi
Foto dulu di gerbang Kelimutu sebelum kembali ke hotel | Dok Pribadi

Sumber foto: milik pribadi (dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun