Jam sudah menunjukkan pukul empat pagi. Kami segera bangun dan bersiap-siap karena pada jam setengah lima kami akan menuju Danau Kelimutu untuk menyaksikan matahari terbit, yang katanya indah. Tepat pukul setengah lima pagi kami berangkat dari hotel di Moni. Udara cukup sejuk dan keadaan jalanan masih sepi.Â
Belum lama kami meninggalkan hotel, gerimis mulai turun. Â Awalnya kami menganggap itu hanya kabut lewat saja. Perjalanan dari hotel di desa Moni menuju area parkir di Danau Kelimutu tidak memakan waktu yang lama, sekitar 30 menit. Â karena tanpa terasa kami sudah tiba di area parkir. Baru ada satu mobil yang parkir di sana, jadi belum banyak pengunjung yang datang.
Saat kami turun dari mobil, gerimis masih mengguyur. Kami masih berharap gerimis akan berakhir. Kami pun mulai berjalan menuju ke puncak Kelimutu. Ternyata belum lama kami mendaki, hujan semakin deras mengguyur dan harapan untuk menikmati keindahan matahari terbit dari puncak Kelimutu pun pupus.Â
Kabut pun masih tebal dan suhu udara pun semakin dingin. Namun, hal tersebut tidak menghalangi kami untuk terus mencapai puncak dan menikmati pemandangan yang disuguhkan.
Tidak jauh dari puncak, kami berhenti dulu untuk melihat salah satu dari ketiga danau yang ada di sana. Danau ini dipercaya sebagai tempat para arwah dari orang-orang yang meninggal saat mereka masih muda. Saat itu kami masih bisa melihat danau karena kabut belum menutupinya.Â
Pemandu yang berjalan bersama kami menyarankan kami untuk mengambil foto karena danaunya masih terlihat dan belum tertutup kabut. Kami pun menuruti sarannya. Tak ingin berlama-lama di situ, kami pun melanjutkan perjalanan menuju puncak Kelimutu.Â
Kami menapaki tangga di bawah guyuran hujan dengan hati-hati. Di bagian puncak terdapat sebuah tugu yang terdiri dari beberapa tangga. Banyak wisatwan yang duduk di tangga-tangga tersebut untuk melihat ketiga danau yang ada di sana. Namun, karena hujan, tentu saja kami hanya menyaksikan kabut yang ada di sekeliling kami.