Dia lalu menuju ke sebuah jalan turun yang tertimbun sampah. Alamak, pantas saja kami tidak menemukan tangga. Rupanya tangga yang dimaksud adalah sebuah turunan dari tanah  yang penuh sampah. Jalan tersebut lumayan licin karena malam sebelumnya Bogor diguyur hujan cukup deras.
Kami pun harus berhati-hati turun dan sampailah kami di 'hutan mini'. Kami harus melewati hutan mini yang cukup lebat hingga sampai ke bantaran sungai yang dimaksud.Â
Sungai tersebut memang memiliki tebing di kiri kanannya dan aliran sungannya sangat deras. Kami harus sangat berhati-hati karena bebatuan yang ada di situ penuh lumut dan jika terpeleset ... 'nyemplung deh' dan yang pasti akan terbawa arus yang deras sampai entah ke mana.Â
Menurut Pak Gandhi, jika terjadi banjir air sungai yang saat itu berada jauh di bawah dapat naik sampai ke atas membanjiri hutan mini tersebut sampai ke 'tangga sampah' tempat kami turun tadi. Pak Gandhi juga mengatakan kami bisa juga melihat tebing Ciliwung dengan lebih jelas dari belakang tempat pemancingan.Â
Setelah mengambil beberapa foto, kami kemudian kembali ke atas dan menuju ke tempat pemancingan. Di sana, kami 'celingak-celinguk' mencari jalan menuju bantaran sungai. Seorang bapak di kejauhan menanyakan tujuan kami, kemudian menunjukkan jalannya setelah tahu tujuan kami.Â
Sesampai di bantaran sungai kami berjumpa dengan Pak Dian yang sedang memeriksa kerambanya. Rupanya di situ terdapat cukup banyak keramba.Â
Dari Pak Dian kami tahu bahwa tempat tersebut bernama Leuwi Adam dan tempat yang sebelumnya kami kunjungi bernama Leuwi Atoh. Leuwi Adam ini sebenarnya berada tepat di belakang jalan A.Yani. Pak Dian juga bercerita bahwa daerah Leuwi Atoh yang sebelumnya kami kunjungi cukup angker. Apakah karena itu kami diantar oleh Pak Gandhi sampai ke sungai? Hmmmm ...
Pak Dian juga bercerita kalau Leuwi Adam akan dijadikan kawasan wisata, sehingga beberapa tempat sudah mulai ditata menjadi lebih baik.