Mohon tunggu...
GM Pangastomo
GM Pangastomo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pascasarjana

Prodi Magister Ilmu Ekonomi Universitas Tanjungpura

Selanjutnya

Tutup

Trip

Perbatasan Jagoi Babang-Serikin, Bagai Cinta Bertepuk Sebelah Tangan?

17 November 2023   21:49 Diperbarui: 19 November 2023   16:14 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya belum banyak dikenal orang, namun PLBN Jagoi Babang yang mulai dibangun tahun 2020 menjadi salah satu halaman depan Republik Indonesia yang cukup cantik. Dengan luas 16,7 ha, yang terbagi menjadi 2 zona, yaitu :  Zona Inti dan Zona Penunjang, PLBN ini menggantikan pos lintas batas sebelumnya yang lebih sederhana. Tampak megah dengan arsitektur tradisional khas dayak. Sampai saat ini proyek masih berlangsung seperti pembangunan jalan dari gedung PLBN hingga gerbang perbatasan dengan wilayah Malaysia, pembangunan gerbang atau pagar pembatas masih belum terlihat. PLBN ini belum diresmikan dan masih menunggu penyelesaian pembangunan yang sudah mencapai 99%.

Pos Keamanan PLBN (dok. pribadi)
Pos Keamanan PLBN (dok. pribadi)

Tugu Perbatasan Lama (dok. pribadi)
Tugu Perbatasan Lama (dok. pribadi)

PLBN Jagoi Babang terletak di Desa Jagoi, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang. Bangunan terpadu PLBN ini terletak kurang lebih 1 km dari lokasi pos lintas batas lama yang nampak sangat sederhana. PLBN yang mulai dibangun November 2020 ini, bangunan intinya mengadopsi arsitektur rumah panjang suku dayak dengan sentuhan warna merah bata yang cukup kental. Berbeda dengan Perbatasan Entikong dan Tebedu yang seolah-olah berhadap-hadapan, untuk mencapai garis batas dengan Malaysia, kita harus menempuh jarak kurang lebih 1 km dari gedung PLBN. Bagaikan cinta bertepuk sebelah tangan, megahnya PLBN Jagoi Babang sangat kontras dengan perbatasan Serikin. Pada  perbatasan Serikin tidak dijumpai bangunan apa pun selain warung gubug kayu dengan beberapa tukang ojek malaysia yang menunggu membawa penumpang Indonesia ke Serikin. 

Beberapa hal yang menandakan wilayah tersebut adalah batas suatu negara adalah adanya plang papan nama yang bertuliskan Sempadan Indonesia-Malaysia dan sebaliknya Sempadan Malaysia-Indonesia pada sisi sebaliknya. Tidak jauh dari plang tersebut terdapat patok batas negara milik Indonesia berjarak sekitar beberapa meter terdapat patok batas milik Malaysia. Apakah benar-benar tidak ada petugas yang berwenang di daerah tersebut? 

Secara kasat mata bangunan PLB layaknya Jagoi Babang tidak ada, beberapa ratus meter masuk ke Malaysia terdapat markas tentara namun kantor imigrasi letaknya di Serikin yang jaraknya 4 km dari perbatasan. Setiap minggu 100-150 orang melintas, jumlah pelintas paling banyak di hari Sabtu dan Minggu karena di Serikin, Sarawak terdapat pasar akhir pekan yang menarik penjual Indonesia untuk menjajakan barang dagangan di pasar tersebut.

Plang Sempadan Indonesia & Malaysia (dok. pribadi)
Plang Sempadan Indonesia & Malaysia (dok. pribadi)

Patok Perbatasan Indonesia & Malaysia (dok. pribadi)
Patok Perbatasan Indonesia & Malaysia (dok. pribadi)
Perbatasan sisi Malaysia di Serikin (dok. pribadi)
Perbatasan sisi Malaysia di Serikin (dok. pribadi)

Pasar Akhir Pekan Serikin (Serikin Weekend Market) terletak di Desa Serikin, sebuah desa bidayuh kecil yang terletak di Distrik Bau, Bagian Kuching (jika di Indonesia mungkin setara dengan kabupaten/kota). Jaraknya yang hanya 80 km dari Kota Kuching (Ibukota Negara Bagian Sarawak) dan dengan akses jalan yang cukup bagus membuat desa kecil ini mudah dijangkau. Jika dibandingkan, Jagoi Babang berjarak 110 km dari ibukota kabupaten di Bengkayang dan 270 km dari Pontianak, Ibukota Provinsi Kalimantan Barat. Dengan kondisi jalan yang tidak selalu mulus dan lebar waktu tempuh dari masing-masing perbatasan menuju ibukota masing-masing provinsi/negara bagian tampak jauh berbeda. Jagoi Babang terasa lebih dekat dengan Kuching dibandingkan dengan Pontianak. Belum ada jalan mobil resmi yang menghubungkan Jagoi Babang dengan Serikin. Jalan beton hayan tersedia dari PLBN hingga garis sempadan Indonesia, selebihnya di sisi Malaysia adalah jalan kecil. Penduduk Indonesia yang hendak berjualan ke Serikin harus menggunakan ojek yang disediakan Warga Malaysia seharga RM 20 sekali jalan untuk menuju Pasar Serikin yang jaraknya kurang lebih 5 km dari perbatasan.

Warung Ojek Malaysia untuk ke Pasar Serikin (dok. pribadi)
Warung Ojek Malaysia untuk ke Pasar Serikin (dok. pribadi)
Pasar Akhir Pekan Serikin (dok. pribadi)
Pasar Akhir Pekan Serikin (dok. pribadi)

Pasar Akhir Pekan Serikin menjadi daya tarik tidak hanya wisatawan lokal Serawak, namun juga wisatawan manca negara termasuk dari Indonesia. Pasar yang diadakan hanya di akhir pekan yaitu Sabtu dan Minggu ini mulai beroperasi pada tahun 1992 dan masuk ke dalam salah satu tujuan wisata Sarawak. Uniknya, hampir 90 persen pedagang di pasar ini berasal dari Kalimantan Barat, Indonesia. Sebaliknya, pembeli mayoritas berasal dari Sarawak maupun wisatawan yang sedang berkunjung hal ini terjadi karena mudahnya akses ke Serikin dari Kuching maupun wilayah lain di Sarawak.

Untuk mencapai Pasar Serikin ini, penulis memilih memutar masuk dari PLBN Aruk ke ICQS Biawak karena akses yang lebih bagus. PLBN Aruk dan ICQS Biawak dapat dilalui dengan mobil. Dari Biawak ke Pasar Serikin hanya berjarak kurang lebih 100km dengan waktu tempuh satu setengah jam. Opsi yang lebih pendek sebenarnya melalui PLBN Jagoi Babang namun ketiadaan kendaraan roda empat yang dapat melintas hingga pasar serikin menjadikan kami untuk memilih rute pertama.

Beberapa pedagang Pasar yang kami temui kebetulan merupakan Warga Negara Indonesia, menempuh beberapa rute yang berbeda, antara lain: rute pertama melalui PLBN Jagoi Babang dan melintas di Serikin dengan menggunakan ojek, waktu tempuh lebih cepat namun harus membayar RM 20 (sekitar Rp 66.000) sekali jalan per orang. Dapat dibayangkan, berapa uang yang harus dikeluarkan pedagang tersebut jiak setiap minggu harus pulang pergi selama akhir pekan! Rata-rata pedagang yang berjualan merupakan pedagang yang tinggal di sekitar Jagoi Babang dan barang yang diperdagangkan berupa hasil kebun seperti buah-buahan dan sayuran. Rute kedua adalah melalui PLBN Entikong-ICQS Tebedu, pedagang yang kami temui berasal dari Kota Pontianak dan membawa kendaraan sendiri. 

Pedagang tersebut mengungkapkan bahwa lebih menguntungkan jika menjual barang dagangannya di Pasar Serikin. Untuk produk seperti berupa baju, pakaian, topi, dan jaket yang berasal dari Bandung ini tidak banyak saingannya di pasar ini. Pedagang ini sudah 20 tahun berjualan di pasar Serikin dan mengatakan bahwa membawa kendaraan sendiri lebih murah, walaupun harus membayar Bea Masuk di Malaysia namun besaran biaya tersebut dapat ditutupi oleh keuntungan berjualan di pasar ini.

Pasar Akhir Pekan Serikin telah menjadi ikon wisata Desa Serikin, bahkan salah satu daya tarik wisata Sarawak. Walaupun mayoritas penjual adalah pedagang Indonesia namun pasar yang tersedia dan menguntungkan ada di negeri jiran, Malaysia. Sehingga dengan munculnya permintaan ini, pasar rakyat ini menjadi daya tarik tersendiri dan icon  desa ini. Menurut kami, salah satu penyebab ramainya pasar ini adalah akses jaringan jalan yang baik sehingga mudah menarik pengunjung untuk datang dan promosi wisata yang gencar dilakukan oleh Sarawak. 

Dengan tersedianya pasar yang menjanjikan, maka akan menarik pedangan untuk datang terutama dari Indonesia. Hal yang mungkin baru dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan pembangunan PLBN dan akses jalan yang baik ke perbatasan. Namun, apakah ini menjadi salah satu penyebab kenapa Malaysia seolah enggan membangun Pos Perbatasan yang layak di Serikin? Apakah terdapat kekhawatiran akan berpindahnya pasar dari Serikin ke Jagoi Babang apabila akses antara keduanya semakin mudah?

Pembangunan ICQS Serikin sebenarnya hanya tinggal menunggu waktu, karena pemerintah Malaysia sudah merencanakan untuk membangun ICQS Serikin. Namun, seiring dengan selesainya pembangunan PLBN Jagoi Babang pada akhir tahun 2023 ini, operasional PLBN Jagoi Babang belum akan optimal selama dari sisi Malaysia di Serikin belum memberikan fasilitas yang sama. Yang jelas, untuk saat ini cinta Jagoi Babang dengan Serikin seolah masih bertepuk sebelah tangan.

Penulis : M. Rezazul A, Suryadi, Dariyus B, Bunga, GM. Pangastomo

Mahasiswa, Program Studi Magister Ilmu Ekonomi, Universitas Tanjungpura

Referensi

https://bppd.kalbarprov.go.id/assets/upload/plbn/Pos%20Lintas%20Batas%20Negara%20Jagoi%20Babang.pdf

https://ms.wikipedia.org/wiki/Serikin

https://pontianak.tribunnews.com/2023/11/16/pembangunan-plbn-jagoi-babang-capai-99-persen-intip-fasilitas-hingga-potensi-ekonominya    

https://www.theborneopost.com/2022/05/30/icqs-post-to-be-built-in-serikin-soon-under-12th-mp/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun