Catatan Demokrasi dari Jalanan.
"Habis Korupsi uang Rakyat, terbitlah korupsi Demokrasi"
Hanya politisi sontoloyo yang mengkhawatirkan utang negara, lalu seolah menaruh belas kasihan dengan membuat pernyataan seperti ini. "Kasihan generasi mendatang harus tanggung beban. Dia tauh beban generasi mudah adalah utang Negara, tapi masih saja korup.
Ketika rezim ini hadir dan mengejar - ngejar para koruptor, dibilang rezim otoriter, tidak demokratis, tidak humanis, seenaknya penjarakan orang. Dan ketika uang para koruptor yang disita itu lalu dialihkan dan digunakan untuk pembangunan secara merata, dianggap rezim pencitraan. Pemerintah diam, Dibilang plonga plongo, dungu, dan tidak tegas. Lontaran caci maki berkumandang di mana - mana dan hampir di semua aspek kehidupan bahkan merembes juga ke Agama. Beginilah wahana demokrasi bangsa 62 sekarang.
Ketika kita mencernah lebih jauh lagi banyak hal yang perlu kita cermati secara mendalam, karena Negeri ini menyimpan banyak misteri politik demokrasi, tapi tentu perlahan akan terungkap di atas permukaan publik. Beragam motiv elit politik mewarnai panggung perpolitikan di rezim Jokowi.
Sejatinya kita sebagai insan yang bependidikan, yang dilebelkan agen of change, jangan hanya menilai dengan satu warna saja. Atau membangun gerakan dengan hanya bermodalkan baru membaca cover tanpa menelisik isi covernya. Sesungguhnya kita sedang terjebak di dalam panggung yang sama. Alur cerita yang kita pahami belum tentu sesuai dengan realita di arena.
Jangan pakai subjektifitas dalam mengukur suatu problem, kita harus objektif, jika ada kebijakan yang salah tentu wajib hukumnya kita kritisi tapi juga harus besar hati mendukung kebijakan - kebijakan yang sifatnya sudah benar apalagi sangat membantu masyarakat pada umumnya. Jangan semua disamaratakan.
Jika saja di era Jokowi ini tidak seperti ini, maka para koruptor itu akan terus hidup tenang dan tentram, sementara kita terus dirampok, dan belum tentu pembangunan tidak secerah hari ini. Lihatlah jika saja para koruptor itu tidak dikejar - kejar dan disita uangnya, apakah gedung - gedung pencakar langit dan jalan - jalan licin dapat menghiasi seluruh sudut wilaya Indonesia ini ?. Apakah kita bisa mengejar ketertinggalan dari negara tetangga kita ?. Apakah kita bisa mengangkat muka di tengah Dunia internasional ?.
Ada yang bilang tapi pembagunan tidak hanya dilihat dari fisiknya saja, tapi juga harus sumber daya manusianya. Maka lihatlah beribu - ribu sarjana setiap tahun diorbitkan dari berbagai kampus yang ada di seluruh pelosok Nrgeri ini ? Sebab itu sederhananya dari itu tulisan ini ingin saya sampaikan bahwa mari berdemokrasi tanpa harus saling menjatuhkan. Tidak perlu cari dalang yang penting cari jalan, karena dari jalan itulah yang akan menghantarkan kita bertemu dengan dalang-dalang politik sesungguhnya.
#Penulis by Yongki