Mohon tunggu...
korda gmni jatim
korda gmni jatim Mohon Tunggu... -

Ketua KORDA GMNI JATIM 2014-2016 M. Ali Shodikin SHI. MH

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Multidimensiona Dunia Pendidikan Indonesia

2 Mei 2015   12:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:27 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_381326" align="aligncenter" width="600" caption="gmni"][/caption]

Revolusi Paradikama

“Mendidik bukan hanya tugas pemerintah, tapi mendidik adalah tugas mereka yang terdidik”. Jargon ini tentu telah akrab ditelinga banyak orang Indonesia. Sebuah pengingat yang disampaikan oleh Anis Baswedan.

Momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada setiap 2 Mei, menjadi sebuah fase bagi kita semua, untuk melakukan revoluasi  paradikma atas  sebuah tanggung jawab, peran kita mewujudkan generasi penerus yang cerdas, mandiri, bermoral, dewasa dan bertanggung jawab,

Sebagai bangsa yang  yang sedang dilanda Multidimensional atau  suatu situasi pertentangan, keruwetan di bidang politik, ekonomi, sosial, dan juga kebobrokan moral. Krisis ini sedang merusak berbagai sendi-sendi penting kehidupan bangsa.

Kondisi tersebut sangat berkaitan dengan mutu dari sebuah pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, tujuan dari pendidikan adalah penguasaan diri, sebab disinilah pendidikan memanusiakan manusia (humanisasi) yang nantinya menjadi dasar sebuah bangsa yang beradab.

Seluruh penggiat pendidikan  tentu mengenal Ki Hajar Dewantara yang sering disebut Bapak Pendidikan. Ia seorang yang visioner dan telah membangun pondasi pendidikan yang luar biasa.

Beliau juga menunjukkan bahwa, tujuan diselenggarakannya pendidikan adalah membantu peserta didik menjadi manusia yang merdeka. Menjadi manusia yang merdeka berarti tidak hidup terperintah, berdiri tegak dengan kekuatan sendiri, dan cakap mengatur hidupnya dengan tertib.

Revolusi paradikma atau sebuah perubahan secara menyeluruh atas keaadaan  yang terjadi saat ini, mempunyai korelasi sangat erat dalam dunia pendidikan.

Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu ukuran bahwa maju atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan.

Begitu pentingnya pendidikan, sehingga wajib bagi bangsa ini untuk melakukan sebuah revolusi paradikma dalam dunia pendidikan. Apabila output dari proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan. Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidik harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Pendidikan Yang Bermoral

Semua yang terlibat dalam dunia pendidikan Indonesia harus mampu memberikan suri tauladan yang bisa jadi panutan generasi bangsa.  Ungkapan Ing ngarso sung tulodo yang artinya didepan memberi tauladan atau cotoh yang baik, sudah sejauh mana kita lakukan.

Saat ini, kita bisa melihat meraka yang masih duduk di bangku sekolah mudah sekali melakukan tindakan kekerasan, berkelahi, tawuran, turut terlibat sebagai pelaku tindak pidana. Bahkan  tidak sedikit dari mereka menjadi korban narkotika.

Lemahnya kontrol dari pemerintah terhadap pembatasan dan penindakan tayangan televisi, internet yang menayangkan kekerasan, prilaku sex bebas, drama percintaan remaja, gaya hidup hedonis. Membuat generasi  saat ini meniru atas apa yang di lihatnya setiap hari.

Perlu kita sadari, bahwa perilaku  guru, orangtua, lingkungan masyarakat yang ditiru oleh anak didiknya bukan cuma perilaku yang baik-baik saja. Seorang anak sangat mudah meniru apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan. Baik itu tindakan yang bernilai positif atau negatif dalam kehidupanya.

Apa yang telah terjadi pada Bangsa Indonesia saat ini  sebagai sumbangan pendidikan nasional kita selama ini. Melalui pendidikan nasional yang bermoral, sesunggunya kita bisa membimbing dan mengarahkan para peserta didik agar tidak terjerumus kepada jurang ke gelapan.

Mengapa kita Pikun

Didalam pengajaran, serta kurikulum yang di terapkan pada taman siswa, Ki Hajar Dewantara menawarkan sistem mengajar yang dinamakan sistem among. Namun sistem ini kini di lupakan oleh  sebagian besar para pengajar, bahkan  sangat di sayangkan sikap pemerintah sebelumnya, yang lebih menekankan kepada peningkatan nilai kecerdasan intelektual dari pada moralitas. Dampak dari kebijakan tersebut, generasi muda saat ini terjangkit penyakit pikun (lupa) dengan akar budaya bangsanya, serta nilai-nilai agama.

Pola didik ala ke barat-baratan, dengan mengadopsi sistem bangsa lain yang  kini baru disadari oleh pemerintah, bahwa konsep penekanan kepada hasil, tentu tidak cocok dengan karakter bangsa kita.

Konsep Among yang  di maksudkan sesungguhnya, menyokong kodrat alam anak-anak didik, bukan dengan perintah dan larangan, tetapi dengan tuntunan dan bimbingan, sehingga perkembangan batin anak tersebut dapat berkembangan dengan baik sesuai dengan kodratnya.

Perubahan  yang di gagas pemerintah dalam pendidikan nasional jangan hanya terpaku pada perubahan kurikulum, peningkatan anggaran pendidikan, perbaikan fasilitas. Kita semua tidak mengharapkan jika nantinya Implementasi di lapangan akan jauh dari yang diharapkan, akibat yang ditimbulkan oleh proses pendidikan pada generasi muda akan sama seperti sekarang ini.

Untuk mememperbaiki kondisi bangsa yang sedang mengalami Multidimensi, marilah kita bersama kembali kepada Pemikiran Ki Hadjar sangat luar biasa. Kita perlu dorong dan hidupkan kembali pemikirannya dalam pengembangan pendidikan di Indonesia saat ini. Bapak Pendidikan telah mewariskan gagasan pendidikan untuk  bangsa Indonesia. Lima asas yang dikenal dengan Panca Darma yakni Asas Kemerdekaan,  Asas Kodrat Alam, Asas Kebudayaan, Asas Kebangsaan, dan Asas Kemanusiaan.

Marilah kita bersama memberikan kemerdekaan kepada anak-anak kita untuk memilih apa yang mereka inginkan, buka kemerdekaan yang leluasa, tetapi yang terbatas oleh tuntutan-tuntutan kodrat alam yang nyata, dan menuju ke arah kebudayaan, yaitu keluhuran dan kehalusan hidup manusia.

Kemudian agar kebudayaan itu dapat menyelamatkan dan membahagiakan hidup dan penghidupan diri dan masyarakat, maka perlulah dipakai dasar kebangsaan, tetapi dasar tersebut jangan sekali-kali melanggar atau bertentangan dengan dasar yang lebih luas, yaitu dasar kemanusiaan.

Penulis :

M. Ali Shodikin SHI. MH  KETUA GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA (KORDA GMNI JATIM)

atau nama pena Prabu Ali Airlangga Direktur Rumah Belajar Pandawa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun