[caption id="attachment_381326" align="aligncenter" width="600" caption="gmni"][/caption]
Revolusi Paradikama
“Mendidik bukan hanya tugas pemerintah, tapi mendidik adalah tugas mereka yang terdidik”. Jargon ini tentu telah akrab ditelinga banyak orang Indonesia. Sebuah pengingat yang disampaikan oleh Anis Baswedan.
Momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada setiap 2 Mei, menjadi sebuah fase bagi kita semua, untuk melakukan revoluasi paradikma atas sebuah tanggung jawab, peran kita mewujudkan generasi penerus yang cerdas, mandiri, bermoral, dewasa dan bertanggung jawab,
Sebagai bangsa yang yang sedang dilanda Multidimensional atau suatu situasi pertentangan, keruwetan di bidang politik, ekonomi, sosial, dan juga kebobrokan moral. Krisis ini sedang merusak berbagai sendi-sendi penting kehidupan bangsa.
Kondisi tersebut sangat berkaitan dengan mutu dari sebuah pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, tujuan dari pendidikan adalah penguasaan diri, sebab disinilah pendidikan memanusiakan manusia (humanisasi) yang nantinya menjadi dasar sebuah bangsa yang beradab.
Seluruh penggiat pendidikan tentu mengenal Ki Hajar Dewantara yang sering disebut Bapak Pendidikan. Ia seorang yang visioner dan telah membangun pondasi pendidikan yang luar biasa.
Beliau juga menunjukkan bahwa, tujuan diselenggarakannya pendidikan adalah membantu peserta didik menjadi manusia yang merdeka. Menjadi manusia yang merdeka berarti tidak hidup terperintah, berdiri tegak dengan kekuatan sendiri, dan cakap mengatur hidupnya dengan tertib.
Revolusi paradikma atau sebuah perubahan secara menyeluruh atas keaadaan yang terjadi saat ini, mempunyai korelasi sangat erat dalam dunia pendidikan.
Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu ukuran bahwa maju atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan.
Begitu pentingnya pendidikan, sehingga wajib bagi bangsa ini untuk melakukan sebuah revolusi paradikma dalam dunia pendidikan. Apabila output dari proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan. Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidik harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya.