Diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular akibat gangguan metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah. Menurut International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2021, Indonesia menjadi negara dengan tingkat kematian akibat diabetes melitus tertinggi ke 2 di seluruh dunia. Indonesia juga menempati urutan ke 7 dengan jumlah penderita diabetes sebesar 10,7 juta penduduk.
Peduli dengan fenomena itu tiga mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) yang terdiri dari Fajrul Fallaah Hidayatulloh (FT’21), Felix Wijaya (FT’21), dan Diah Rana Hafizhah (FK’21) menciptakan inovasi pengendalian penyakit diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia.
Di bawah bimbingan Ir. Nurussa’adah, M.T., dan dr. Rulli Rosandi, Sp.PD-KEMD tim membuat inovasi GlukoSipp (Glukometer non invasif dilengkapi Pompa Insulin dan Glukagon).
Inovasi ini didanai oleh Kemdikbudristek dan UB melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta tahun 2023. Inovasi ini juga telah mendapatkan sertifikat HKI (Hak Kekayaan Intelektual) yang diterbitkan oleh DJKI (Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual).
“Alat pengecekan gula darah yang beredar di masyarakat membuat pengguna kurang nyaman karena harus ditusuk ujung jarinya menggunakan lancet untuk melihat kadar gula darahnya,” ujar Diah.
Menurutnya, untuk penyakit diabetes yang sifatnya kronis dan tidak dapat disembuhkan, kontrol serta pemantauan kadar gula darah secara kontinu sangatlah penting untuk menghindari kemungkinan komplikasi serta perburukan yang dapat terjadi.
Inovasi Tim PKM Karsa Cipta kolaborasi dari Departemen Teknik Elektro dan Program Studi Kedokteran ini berbentuk gelang menggunakan sensor PPG dengan memanfaatkan metode spektroskopi.
“Alat glukometer GlukoSipp ini memiliki prosedur penggunaan yang cukup mudah hanya dengan memakai glukometer GlukoSipp sebagai gelang dan melakukan log-in di aplikasi GlukoSipp, pengguna sudah bisa memantau kadar gula darahnya kapanpun dan dimanapun,” ujar Falah selaku ketua tim PKM KC GlukoSipp.