"Aku ingin terbang. Terbang ke tempat yang indah. Ke tempat yang belum pernah aku kunjungi. Aku ingin sekali segera terbebas dari sakit ini. Aku ingin penyakit ini lenyap dari muka bumi," gumammu, masih terisak.
"Baiklah, kamu boleh terbang kalau sudah sembuh. Oke?" kataku sambil mengelap air matamu.
Namun... tiba-tiba sesak napasmu kambuh. Kau megap-megap. Aku mencari sesuatu di atas meja. Minyak kayu putih? Apa lagi? Seandainya kami punya tabung oksigen. Seandainya kami punya oksimeter. Semua tidak ada. Apa yang kami punya? Sepertinya tidak ada yang berguna! Aku kesal! Di saat itu aku berharap bisa terbang untuk mendapatkan pertolongan. Sungguh aku panik dan tak dapat berpikir. Apa yang harus aku lakukan??Â
Ah! Iya! Teknik pernapasan!
Kupapah tubuhmu. Menegakkannya sedikit. Kuambil beberapa bantal untuk mengganjal punggungmu. Lalu aku memintamu menarik napas.Â
Tapi... tidak berhasil!
Segera kuambil ponselku dan menelepon ambulans. Mobil datang tak lama kemudian. Tapi kondisimu sudah tak karuan. Ah, apa sebutannya. Aku ikut sesak.Â
'Tolong sembuhkan dia!' pintaku pada Yang Maha Kuasa.Â
"Aku ingin terbang," katamu sekali lagi. Terbata-bata. Wajahmu terlihat begitu pucat.Â
"Iya... kamu boleh terbang," jawabku sambil menangis.
Dan setelah itu, kamu benar-benar terbang.