“Berapa nomor handphone-mu?” aku bertanya.
“Apa?”
“Kamu mau mati? Atau kamu mau saya jitak sampai koma, hah?” teriakku. “Kamu pikir saya akan melepaskanmu begitu saja setelah minta maaf? Ini baju mahal, tahu! Tentu saja saya akan menagih biaya laundry-nya ke kamu… Kenapa melihat saya seperti itu? Kamu keberatan? Cepat berikan nomor handphone-mu!” Aku nyaris terkikik saat mengucapkan kalimat terakhirku itu manakala kulihat wajah Langit tampak terbengong sekaligus… senang.
Ya, ia sekarang punya alasan untuk berkenalan denganku.
Bagaimanapun juga, kamu hanya belum tahu betapa berartinya kamu di hatiku, Langit…Kamu adalah penyelamatku![]
Kisah Langit Jingga (01)
Kisah Langit Jingga (02)
Kisah Langit Jingga (03)
Kisah Langit Jingga (04)
Kisah Langit Jingga (05)
Kisah Langit Jingga (06)
Kisah Langit Jingga (07)
Kisah Langit Jingga (08)
Kisah Langit Jingga (09)
>>Baca dan berlangganan karya saya lainnya disini.
>>Kunjungi juga blog saya di http://sihirkata.blogspot.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H