Mohon tunggu...
Adhi Glory
Adhi Glory Mohon Tunggu... -

Saya seorang maniak "One Piece", penyuka "Purple Cow", saat ini berdomisili di Palembang. Silakan hubungi saya di glory2go@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah Langit Jingga (08)

8 Agustus 2011   13:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:59 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selanjutnya, dengan menggunakan arloji penjelajah waktu Profesor Haris aku pun berpindah waktu ke keesokan harinya dan memulai hariku menyamar sebagai tukang ojek dan mengantarkan Jingga ke kampusnya. (Oh ya, mungkin kamu bertanya, motor yang kugunakan kupinjam dari sepupuku yang tak tahu apa-apa, sementara sosok aku yang-sebenarnya-ada-di-masa-ini tetap bekerja seperti biasa membantu Ayahku). Hari pertama aku memberanikan diriku untuk berkenalan secara resmi dengannya, dengan imbalan menggratiskan ongkosnya aku memperkenalkan diriku padanya. Seterusnya aku berpindah-pindah waktu dari keesokan harinya ke keesokan harinya lagi, dan keesokan harinya lagi—dan begitulah aku semakin dekat dan jatuh cinta padanya. Sebisa mungkin aku berusaha untuk menghibur suasana hatinya yang lebih sering muram, terlebih memang tak mudah untuk menghapus kesepiannya...

Aku ingat, ada hari dimana aku mengajaknya bersenang-senang di arena pasar malam dan kami menikmati berbagai hiburan yang ditawarkan di sana. Suasana hati Jingga sedang bagus hari itu. Aku senang sekali ketika berhasil memenangkan sebuah boneka kelinci dari permainan tembak-tembakan, meski itu setelah beberapa kali mencoba dan mengeluh, tapi hasil yang kuperoleh sungguh setimpal; sebuah senyum lebar melengkung di sudut wajahnya saat kuberikan boneka itu untuknya. Aku ingat, ya, aku ingin sekali bilang padanya “Jingga, kamu cantik sekali kalau tersenyum seperti itu… seperti bidadari”, tapi tak kulakukan karena takut ia akan menganggapku gombal lantas menjitak kepalaku. Begitulah, Jingga memang tipe orang yang tak banyak bicara dan pendiam, dan ia suka menjitak kepalaku untuk menunjukkan emosinya. Jadi aku hanya tersenyum menikmati senyumnya yang bertebaran di sepanjang sisa hari itu. Seperti gulali merah muda yang kami nikmati setelahnya, untuk sesaat aku merasa seperti telah memenangkan seluruh hatinya… hatiku dan hatinya diliputi oleh aura merah muda yang menyenangkan.

Tapi itu saja tidak cukup. Beberapa hari berikutnya suasana hatinya kembali diliputi mendung. Bisa kukatakan Jingga cenderung merupakan pribadi yang tertutup dan tampak tenang dari luar, sementara di dalam arus yang kuat memporak-porandakan perasaannya.

***

Akhirnya hari itu tiba. Sepuluh menit sebelum Jingga mengakhiri hidupnya…

Bodohnya aku! Sudah lebih dari dua jam aku menunggu, tapi Jingga tak juga muncul di pangkalan ojek tempat biasa aku menunggunya, sampai akhirnya Bang Irsyad yang baru saja kembali dari mengantar penumpangnya dari pasar mengatakan padaku bahwa Jingga telah lama pergi ke kampus. Sejak pagi-pagi sekali, tambahnya, ia beralasan ada tugas yang harus diserahkan secepatnya. Tidak, Jingga bohong! Aku tahu ia akan bersembunyi di atap gedung kampus dan menangis di sana, lalu ia akan berakhir dengan membuat keputusan bodoh melompat dari tempat itu.

Seketika kukebut sepeda motorku, kukatakan pada Profesor Haris lewat tombol komunikasi di arloji penjelajah waktu pemberiannya untuk membuka portal waktu di ujung jalan di depanku dan memindahkanku ke atap gedung kampus Jingga.

“Apa kamu yakin?” tanya Profesor Haris. “Saya belum pernah mentransfer dua benda sekaligus lewat portal waktu. Berat beban yang akan ditransfer pasti akan sangat berat dan kalau sampai terjadi salah kalkulasi kamu pasti akan celaka—“

“Tidak ada waktu lagi! Lakukan saja! Saya percaya sama Kakek… Saya hanya gak mau mengambil resiko kehilangan Jingga untuk kedua kalinya.”

“Baiklah,” segera, Profesor Haris pun menyanggupi permintaanku.

Di depanku sebuah lubang hitam menganga dan di dalamnya terdapat pusaran waktu yang berputar-putar. Aku menerobos dengan kecepatan penuh ke dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun