Mohon tunggu...
Adhi Glory
Adhi Glory Mohon Tunggu... -

Saya seorang maniak "One Piece", penyuka "Purple Cow", saat ini berdomisili di Palembang. Silakan hubungi saya di glory2go@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah Langit Jingga (04)

21 Juli 2011   04:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:31 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pada saat itulah, samar-samar, kulihat seorang pemuda berdiri kaku di hadapanku dengan tatapan prihatin sedalam-dalamnya di antara kerumunan manusia yang mengelilingiku. Ia bukan mahasiswa. Aku tak mengenalinya karena ia mengenakan topi dan seragam perusahaan, tapi wajahnya tak asing di mataku. Itu wajah Langit. Ia tampak begitu bersedih untukku. Tatapan matanya itu—tatapan mata terakhir yang kulihat dari orang yang benar-benar peduli padaku di dunia ini—seolah hendak menyedotku masuk ke dalamnya saat mata kami bertemu dan membiarkan jiwaku hidup di dalamnya.

Lewat matanya, aku bisa melihat bagaimana ia memandang rupaku saat ini dan betapa ia menyesali kematianku yang tragis. Lewat mata itu, aku bisa melihat bagaimana ia memandangku ketika pertama kali melihatku tengah duduk membaca buku di sudut kantin seminggu yang lalu. Lewat mata itu, aku terlihat begitu... cantik. Dan sejak itu ia merasa jatuh cinta padaku. Cinta pada pandangan pertama yang sukar dijelaskannya tapi ia sangat menikmati perasaan itu. Ia adalah petugas pengantar minuman susu kedelai dan saat itu tengah mengantarkan persediaan untuk kantin kampusku. Sejak itu ia lantas memikirkan berbagai cara untuk berkenalan dan mendekatiku. Dan sekarang ia sungguh terkejut dan sedih melihat jasadku telah terbujur kaku di halaman kampus. Matanya memerah menahan perih, lalu cepat-cepat ia meninggalkan tempat itu, menabrak orang-orang di belakangnya, dan kembali ke truk pick up-nya yang diparkir di halaman kantin. Selama beberapa saat ia menundukkan kepalanya di atas kemudi setelah menutup semua kaca jendela dan menangis di sana.

[bersambung...]
Kisah Langit Jingga (01)
Kisah Langit Jingga (02)
Kisah Langit Jingga (03)
Kisah Langit Jingga (05)
Kisah Langit Jingga (06)
Kisah Langit Jingga (07)
Kisah Langit Jingga (08)
Kisah Langit Jingga (09)
Kisah Langit Jingga (10 - Selesai)

>>Baca dan berlangganan karya saya lainnya disini.
>>Kunjungi juga blog saya di http://sihirkata.blogspot.com.

CATATAN:

Tanpa bermaksud membuat pembaca bingung, setelah ini, babak selanjutnya, lewat penuturan Langit, cerita yang sebenarnya baru saja akan bergulir...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun