Pada saat itulah, samar-samar, kulihat seorang pemuda berdiri kaku di hadapanku dengan tatapan prihatin sedalam-dalamnya di antara kerumunan manusia yang mengelilingiku. Ia bukan mahasiswa. Aku tak mengenalinya karena ia mengenakan topi dan seragam perusahaan, tapi wajahnya tak asing di mataku. Itu wajah Langit. Ia tampak begitu bersedih untukku. Tatapan matanya itu—tatapan mata terakhir yang kulihat dari orang yang benar-benar peduli padaku di dunia ini—seolah hendak menyedotku masuk ke dalamnya saat mata kami bertemu dan membiarkan jiwaku hidup di dalamnya.
Lewat matanya, aku bisa melihat bagaimana ia memandang rupaku saat ini dan betapa ia menyesali kematianku yang tragis. Lewat mata itu, aku bisa melihat bagaimana ia memandangku ketika pertama kali melihatku tengah duduk membaca buku di sudut kantin seminggu yang lalu. Lewat mata itu, aku terlihat begitu... cantik. Dan sejak itu ia merasa jatuh cinta padaku. Cinta pada pandangan pertama yang sukar dijelaskannya tapi ia sangat menikmati perasaan itu. Ia adalah petugas pengantar minuman susu kedelai dan saat itu tengah mengantarkan persediaan untuk kantin kampusku. Sejak itu ia lantas memikirkan berbagai cara untuk berkenalan dan mendekatiku. Dan sekarang ia sungguh terkejut dan sedih melihat jasadku telah terbujur kaku di halaman kampus. Matanya memerah menahan perih, lalu cepat-cepat ia meninggalkan tempat itu, menabrak orang-orang di belakangnya, dan kembali ke truk pick up-nya yang diparkir di halaman kantin. Selama beberapa saat ia menundukkan kepalanya di atas kemudi setelah menutup semua kaca jendela dan menangis di sana.
[bersambung...]
Kisah Langit Jingga (01)
Kisah Langit Jingga (02)
Kisah Langit Jingga (03)
Kisah Langit Jingga (05)
Kisah Langit Jingga (06)
Kisah Langit Jingga (07)
Kisah Langit Jingga (08)
Kisah Langit Jingga (09)
Kisah Langit Jingga (10 - Selesai)
>>Baca dan berlangganan karya saya lainnya disini.
>>Kunjungi juga blog saya di http://sihirkata.blogspot.com.
CATATAN:
Tanpa bermaksud membuat pembaca bingung, setelah ini, babak selanjutnya, lewat penuturan Langit, cerita yang sebenarnya baru saja akan bergulir...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H