Batak, salah satu elemen pembentuk kebudayaan Indonesia yang beragam; yang juga pada kenyataannya etnis ini tidak asing lagi di telinga masyarakat terutama masyarakat Indonesia itu sendiri. Batak yang punya nama di Indonesia ini tentu beralasan.Â
Berdasarkan kata.data.id Batak merupakan suku terbesar setelah suku Jawa dan Sunda yang menduduki peringkat pertama dan kedua di Indonesia. Spektakuler, bukan? Berbicara mengenai suku Batak, ada hal menarik yang rasanya sayang bila disimpan sendiri.
Menjadi seseorang di tanah rantau memang tidak semudah yang dibayangkan, akan tetapi bagi orang Batak yang berlandaskan poda (nasehat) dari Natuatua (orang tua) tanah rantau bukan menjadi persoalan yang sulit.Â
Nasehat yang keluar dari perkataan orang tua bahkan keluarga adalah mutlak dan tidak boleh dibantah sebab dalam suku Batak terkenal istilah Poda ni Dainang (nasehat ibu) yang menjadi pedoman bagi seseorang untuk bertahan di tanah rantau.Â
Banyak nasehat yang mengampu perjalanan seorang anak Batak di perantauan, akan tetapi satu hal yang selalu menjadi penekanan yakni komunikasi. Penyampaian nasehat mengenai komunikasi ini banyak jenisnya, contohnya seperti apa yang orang tua saya tekankan pada saya selaku anak Batak yang pergi merantau yakni :
1.Komunikasi dengan Tuhan
Orang tua mana yang tidak menekankan nasehat ini kepada anaknya yang akan pergi merantau? Ya, nasehat ini adalah lumrah karena selayaknya manusia lain seorang Ibu atau bahkan keluarga dalam masyarakat Batak pun pantang melewatkan nasehat yang satu ini.Â
Berkomunikasi dengan Tuhan berarti selalu berinteraksi dengan Tuhan atau melibatkan Tuhan dalam segala aspek kehidupan. Sungguh keburukan bila kita sebagai manusia tidak terikat dengan Tuhan dimana pun dan kapan pun, bukan?
2.Komunikasi dengan Keluarga
Nasehat ini erat hubungannya dengan istilah bertukar kabar. Jauh dari keluarga mengharuskan seorang anak Batak sering memberi kabar melalui ragam media komunikasi supaya saling tahu kabar.Â
Ada hal menarik dari nasehat ini; ketika seorang anak pergi merantau, orang tua Batak cenderung acuh terhadap hasil apa yang harus dibawa pulang, sebab pikirannya terfokus pada apakah anak tersebut akan kembali atau tidak. Tidak ada tuntutan untuk seorang anak menjadi sukses tetapi cukup menjadi seseorang yang ingat akan keluarganya.Â