Mohon tunggu...
Gloriana Lestari
Gloriana Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

"Follow the flow, enjoy the process"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jenis-jenis Tes Hasil Belajar

25 September 2023   12:02 Diperbarui: 25 September 2023   12:21 1423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tes hasil belajar adalah sebuah tes yang digunakan untuk mengukur dan menilai penguasaan peserta didik  terhadap materi yang telah diajarkan dan juga untuk melihat tingkat kemajuan belajarnya. Dalam dunia pendidikan, terdapat berbagai macam tes yang dilakukan oleh seorang pengajar/ pendidik  kepada peserta didik. Jenis tes hasil belajar ini merupakan pengelompokkan jenis tes berdasar pada hasil belajar yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran. Atas dasar ini tes dibedakan menjadi empat jenis, yakni tes formatif, sumatif, penempatan, dan tes diagnostik.

1. Tes Formatif

Penilaian formatif ini biasa dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan program pengajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan berakhir atau dapat diselesaikan. Di sekolah-sekolah penilaian formatif ini biasa dikenal dengan istilah "ulangan harian". Materi dari penilaian formatif ini pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan pelajaran yang telah diajarkan. Butir-butir soalnya terdiri atas butir-butir soal, baik yang termasuk kategori mudah maupun yang termasuk kategori sukar (Sudijono, 2005 : 71). Penilaian Formatif juga berguna dalam menganalisis materi pembelajaran, dan prestasi belajar siswa, dan efektifitas guru Wally Guyot (1978). 

Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwasannya penilaian formatif adalah penilaian yang dilakukan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar atau setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan/ topik agar siswa dan guru memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai. Penilaian formatif memiliki sifat berkesinambungan dan mengidentifikasi objektif pembelajaran baru dan langkah ke depan untuk memenuhi objektif pembelajaran. Penilaian formatif sering kali disebut penilaian untuk pembelajaran atau penilaian edukatif, Karena digunakan untuk meningkatkan pembelajaran.

Contohnya: Tes yang dilakukan setelah pembahasan tiap subtema(pembelajaran); capaian pembelajaran; tiap bab; dan lain sebaginya.

2. Tes Sumatif

Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan setelah sekumpulan program pelajaran selesai diberikan. Dengan kata lain penilaian yang dilaksanakan setelah seluruh unit pelajaran selesai diajarkan. Adapun tujuan utama dari penilaian sumatif ini adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh program pengajaran dalam jangka waktu tertentu. (Sudijono, 2007: 23) Seperti halnya penilaian formatif yang dikatakan Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi dalam bukunya "Pengelolaan Pengajaran", (Rohani dan Ahmadi, 1991: 176-179).

Tujuan penilaian ini adalah untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh siswa telah mencapai kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian ini berorientasi pada produk/hasil. Dan dapat menentukan hasil yang dicapai peserta didik dalam program tertentu dalam wujud status keberhasilan peserta didik pada setiap akhir program pendidikan dan pengajaran.

Contohnya: Tes tengah semester; Tes akhir semester; EBTA.

3. Tes penempatan

Tes Penempatan adalah tes yang dilaksanakan bilamana ada kebutuhan untuk memenpatkan setiap murid pada program pendidikan / program belajar mengajar yang sesuai dengan kemampuannya. Tujuan: memahami kemampuan belajar murid , sehingga dengan pemahaman itu guru dapat menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat baginya.

Contohnya: Tes untuk penjurusan IPA atau IPS dan/ tes untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia(menyimak), Ppkn (lambang negara) dll.

Untuk bentuk essay perlu dipertimbangkan berat ringannya di antara item soal tes yang didasarkan pada tingkat katagori aspek yang diungkap maupun lingkup bahan yang digunakan untuk mengungkap aspek itu.

Untuk tes objective yang jelas / ragam soalnya sama / seragam untuk seperangkat tes , cara member nilainya lebih mudah dibanding dengan seperangkat tes objective yang jenis / ragam tesnya berbeda.bila ragamnya berbeda maka dalam memberikan nilai terakir untuk setiap individu harus didasarkan pada bobot berat ringannya soaldalam hal ini ragam tes.

4. Tes Diagnostik

Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan -- kelemahan siswa sehingga berdasarkan hal tersebut dapat dilakukan penanganan yang tepat. Tes diagnostik juga diartikan sebagai tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Tes diagnostik yang baik dapat memberikan gambaran akurat mengenai miskonsepsi yang dialami siswa berdasarkan informasi kesalahan yang dibuatnya. 

Pertanyaan diagnostik yang baik tidak hanya menunjukkan bahwa siswa tidak memahami bagian materi tertentu, akan tetapi juga pat menunjukkan bagaimana siswa berpikir dalam menjawab pertanyaan yang diberikan meskipun jawaban mereka tidak benar (Law & Treagust, 2010).

Beberapa bentuk tes diagnostik pilihan ganda di antaranya: tes diagnostik pilihan ganda one-tier (satu tingkat), two-tier (dua tingkat), three-tier (tiga tingkat), dan four-tier (empat tingkat).

  • Tes diagnostik pilihan ganda satu tingkat menyajikan beberapa pilihan jawaban yang harus dipilih siswa. Bentuk tes ini merupakan tes pilihan ganda yang paling sederhana. Tes diagnostik pilihan ganda satu tingkat tidak dapat membedakan siswa yang menjawab benar dengan alasan yang benar dan siswa yang menjawab benar dengan alasan yang salah.
  • Tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat memberikan pilihan jawaban dan alasan yang harus dipilih siswa. Melalui cara ini guru dapat mengetahui siswa yang menjawab benar dengan alasan yang benar dan siswa yang menjawab benar dengan alasan yang salah. Akan tetapi, guru tidak dapat mengetahui seberapa kuat siswa dalam memahami konsep yang diberikan.
  • Tes diagnostik pilihan ganda tiga tingkat yang menambahkan tingkat keyakinan pada tiap butir soal (Kutluay, 2005). Siswa diberi beberapa alternatif pilihan jawaban, alasan, serta tingkat keyakinan dalam menjawab pertanyaan. Tes diagnostik pilihan ganda tiga tingkat hanya memberi kesempatan siswa untuk memilih tingkat keyakinan tunggal dalam memilih jawaban dan alasan pada masing-masing butir soal. Tingkat keyakinan tunggal ini tidak dapat mendeteksi apabila siswa memiliki tingkat keyakinan berbeda dalam memilih jawaban dan alasan.
  • Tes diagnostik pilihan ganda empat tingkat merupakan pengembangan dari tes diagnostik pilihan ganda tiga tingkat, yaitu dengan menambahkan tingkat keyakinan pada masing-masing jawaban dan alasan (Caleon & Subramaniam, 2010). Penambahan tingkat keyakinan pada masing-masing jawaban dan alasan dapat mengukur perbedaan tingkat pengetahuan siswa sehingga akan membantu dalam mendeteksi tingkat miskonsepsi siswa. Dolan (2010) menyatakan bahwa sangat sulit untuk membedakan siswa yang tidak tahu konsep dan siswa yang mengalami miskonsepsi. Tes diagnostik pilihan ganda empat tingkat dirancang untuk menentukan seberapa kuat siswa menguasai konsep melalui tingkat keyakinan dalam menjawab pertanyaan.

Pembelajaran efektif serta berjalan dengan kondusif merupakan dambaan bagi setiap guru. Pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa mencapai kemajuan secara maksimal, sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Namun kenyataannya, pembalajaran tidak selalu efektif. Tidak semua siswa dapat mencapai kemajuan dalam proses belajarnya. Siswa kadang mengalami kesulitan atau masalah dan membutuhkan bantuan untuk mengatasi kesulitan tersebut. Agar dapat membantu siswa secara tepat perlu diketahui terlebih dahulu kesulitan atau masalah yang dialami oleh siswa, baru kemudian dianalisis dan dirumuskan pemecahannya.

Sumber :

Rusilowati, A. (2015, September). Pengembangan tes diagnostik sebagai alat evaluasi kesulitan belajar fisika. In PROSIDING: Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (Vol. 6, No. 1).

Mustaqim, M. (2018). Model Evaluasi Pembelajaran STAIN Kudus (Studi Kasus Sistem Evaluasi Pembelajaran Dosen Prodi Manajemen Bisnis Syari'ah STAIN Kudus). Quality, 5(1), 155-169.

http://kyoto-minsaikita.blogspot.com/2016/10/penilaian-diagnostik-formatif-dan.html

http://andreassusiloeko.blogspot.com/2011/06/pengertian-fungsi-dan-contoh-dari-tes.html

http://faisalsukses12.blogspot.com/2014/03/tes-diagnostik-formatif-dan-sumatif.html

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/8151/5/BAB%20II.pdf

https://navelmangelep.wordpress.com/2012/02/29/tes-hasil-belajar/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun