Awal tahun ini sebuah grafis melintas dalam feed Instagram saya. Awalnya, saya kira ini adalah buku terbaru untuk Seri Tokoh Dunia. Maklum, saya adalah generasi yang tumbuh dengan komik 'Seri Tokoh Dunia', yang kisah-kisahnya sukses membuat saya mengagumi; Thomas Alva Edison, Florence Nightingale, Marie Curie and Pierre Curie, Wright Bersaudara, serta tentunya Sidharta Gautama.
Nyatanya, grafis ini adalah sebuah 'meme' untuk menyindir salah satu tokoh pemerintahan saat ini, siapa lagi jika bukan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Spontan saya kaget, tertawa satir, sebagian lagi kesal. "Ah, serial favorit dipelesetin jadi tokoh ini."
Sudah banyak tulisan kritis maupun pendukung yang berkeliaran di dunia maya menyoal sosok yang satu ini. Anda bisa menemukannya, bahkan melalui ruang chat personal WhatsApp Anda. Tak tanggung-tanggung, sosok satu ini pun termasuk populer sebagai stiker untuk bahan hiburan di grup-grup WhatsApp.
Nama Luhut kerap diasosiasikan dengan oligarki, perusahaan batu bara, tes PCR yang sempat heboh karena memiliki relasi bisnis dengannya, ujaran untuk memperpanjang waktu jabatan presiden, big data soal penundaan Pemilu 2024, sampai baru-baru ini adalah ramai sosok Luhut yang ternyata memegang sekitar 8 jabatan fungsional dalam pemerintahan.Â
Dilansir dari Kompas.com dengan artikel berjudul 8 Jabatan Luhut Selama Masa Pemerintahan Jokowi, Luhut ternyata memiliki banyak jabatan yang sangat krusial bagi kelangsungan hidup masyarakat di Indonesia. Sebut saja di antaranya ada; Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Koordinator PPKM Jawa-Bali, sampai Ketua Komite Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Rentetan jabatan Luhut, seperti mengafirmasi bahwa dia adalah salah satu tiang penyangga untuk langgengnya oligarki. Apa itu oligarki? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), oligarki adalah pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang dari kelompok atau golongan tertentu. Artinya, dalam bahasa sederhana oligarki adalah jaringan pemerintahan dengan sosok yang 4L alias loe lagi, loe lagi.
Hal menarik lainnya yang ikut mengafirmasi Luhut adalah seorang oligark adalah kontroversi kekayaan beliau yang bahkan menjadi sorotan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dikutip dari artikel Kompas.com yang berjudul Kala Sri Mulyani Sebut Luhut Menteri Paling Tajir yang Kena Tarif Pajak Penghasilan 35 Persen, Sri Mulyani selaku bendahra negara berseloroh Luhut merupakan menteri terkaya di antara jajaran Kabinet Indonesia Maju. Dia beralasan, Luhut memiliki latar belakang sebagai pengusaha. Saat ini lini usaha Luhut yang bergerak di sektor tambang batu bara memang sedang diuntungkan dengan kenaikan harga batu bara di pasar global. Oleh sebab itu, penghasilan Luhut pun diprediksi meningkat seiring dengan lonjakan harga berbagai komoditas dunia. Kondisi tersebut disebut Sri Mulyani dapat membuat PPh yang dikenakan pada Luhut menjadi lebih besar.
Agar semakin sahih, Kompas.com juga memuat artikel berjudul Pengusaha Tambang hingga Juragan Tanah, Ini Profil Kekayaan Luhut, mengungkapkan berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Luhut terakhir kali melaporkan kekayaannya pada 13 Mei 2018 dengan total sebesar 665.438.752.423. Jika dirinci, hartanya paling besar ditempatkan pada aset tanah dan bangunan sebesar Rp 175.661.024.063.
Adapun lima belas bidang tanah milik Luhut banyak tersebar di Jakarta, Kabupaten Tapanuli Utara, dan Kabupaten Toba Samosir. Pasalnya, tak semua tanahnya tersebut merupakan hasil sendiri, sebagian aset propertinya merupakan warisan. Saat membaca fenomena ini tentu saya terperangah dan ingin bertanya pada orang tua saya, adakah harta warisan tanah sebanyak Luhut yang bisa dihibahkan kepada saya? Hahaha, canda, biar tidak tegang.