Mohon tunggu...
Gloria Fransisca
Gloria Fransisca Mohon Tunggu... Jurnalis - Writer

My name is Gloria Fransisca Katharina Lawi, I was born in Jakarta. Experienced in media service especially as writer, journalist, researcher, public relation, and social media content for almost 10 years in KONTAN and Bisnis Indonesia. Currently, I am doing my new role as Content Caretaker of political platfom, MOSI.ID.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menilik Bara Tepian Mahakam Tanpa Kacamata Kuda

7 April 2019   19:16 Diperbarui: 7 April 2019   19:34 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Harus ada rakyat yang demo minta tambang ditutup. Yang demo selama ini kan soal anak yang terjun di lubang tambang. Nah, salahnya sendiri terjun di lubang tambang,” ujar Isran kala itu. Mengingat jawaban Pak Isran, tentu menjadi sangat masuk akal ketika massa berdalih akan menagih janji Isran yang siap mencabut IUP meski resiko pertumbuhan ekonomi di Kaltim akan kolaps.

Pak Gubernur memang gemar mengumbar masalah PAD dan pertumbuhan ekonomi di Kaltim. Memang, tahun lalu pertumbuhan ekonomi Kaltim lebih kecil dibandingkan 2017. Dari pencapaian 3,13% tahun lalu hanya tumbuh sekitar 2,67%. Belum lagi, protes Pemprov Kaltim terhadap rencana pembatasan produksi batu bara berbasis Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang berpeluang membuat pertumbuhan ekonomi Kaltim berpotensi menyentuh angka minus menurut Bank Indonesia. Dalam catatan saya sekitar -2,7%.

Kembali ke soal demonstrasi, sekitar pukul 12.00 WITA massa masih nampak bisa dikendalikan. Mereka hanya berorasi, beberapa mahasiswa Mulawarman bahkan pulang karena ada UTS. Saya masih duduk di depan kantor Gubernur bersama seorang kawan. Tiba-tiba massa menghadang serta menaiki truk yang sepertinya mengangkut batubara atau semen kebetulan lewat. Saya menangkap jelas wajah di sopir truk yang bingung ketika truknya dipukul-pukul dan dinaiki massa.

Saya hanya membatin, ‘mereka ini tahu kan kalau itu adalah sopirnya bukan pemilik perusahaan? Tahukah mereka jika mereka meluangkan amarah dengan merusak aset, mereka juga membahayakan nasib si sopir yang pasti akan kena damprat dari majikannya.’ Saya jadi mulai merasakan ketidaknyamanan, batin saya bergolak, mereka tahu mana kawan dan mana lawan kan? Sepertinya mereka lupa bahwa si sopir adalah masyarakat dari kelas buruh. Untung bapak sopir itu tidak tersulut emosi. Dia seolah pasrah saja truk yang dia kendarai dihadang massa. Tanpa perlawanan, dia sadar, ini bukan aset miliknya. Atau dia ambil sederhananya saja, mau aset rusak atau tak rusak gaji pun tak naik. Mana tahu.

Pergolakan pertama sudah dimulai. Saya mulai beralih masuk ke dalam Kantor Gubernur, karena mendapat pesan Pak Gubernur akan tiba beberapa saat lagi. Benar saja, sekitar pukul 12.27 WITA, nampak mobil Isran Noor memasuki lobi Kantor Gubernur. Tanpa menemui massa mahasiswa, Isran masuk ke kantor. Dia sempat membuat sebuah pernyataan saat saya dan beberapa kawan melontarkan tanya soal aksi di depan kantor yang sukses merobohkan gerbang kantor.

"Ya gapapa. Bagus saja. Jadi mereka menyampaikan hal-hal yang menurut mereka benar. Benar itu. Cuma yaa tidak semua yang benar itu pas.”

Isran pun masih melanjutkan; "Dia minta didengarkan gubernur. Saya sudah dengarkan daritadi. Saya buka jendela di atas itu saya dengarkan," ujarnya lagi.

Sebagai informasi pabrik semen yang akan dibangun oleh Hongshi Holdings akan bekerjasama dengan PT Kobexindo Cement. Adapun izin PT Kobexindo Cement yang sudah ada sejak pemerintahan Awang Faroek. Nilai investasi US$1 miliar sampai US$2 miliar untuk pabrik tersebut. Terkait luas pabrik yang akan dibangun dua perusahaan itu sekitar 822 hektare. 

Menurut Isran lokasi pembangunan itu juga tak berada di kawasan karst Sangkulirang, Mangkalihat, Kabupaten Kutai Timur. Tepatnya di Jepujepu, Sekerat, Kabupaten Kutai Timur.

"Itu mereka tak paham itu daerah kena karst tidak kena. Yang karst itu ada di sandaran disitu tak ada. Cuman ada gunung-gunung tempat sarang burung sekarang burung tak ada lagi," ujar Isran.

Massa semakin mengamuk dengan anarkis setelah dua kali dinegosiasikan menunggu Isran atau pejabat lain untuk beraudiensi. Ritme aksi mereka cukup menarik. Kadang mereka sangat santai. Tiba-tiba tegang dan anarkis. Lalu nanti santai lagi. Lalu nanti menegang dan anarkis. Begitu terus, ini sungguh ritme yang unik dan tahan lama dalam pengamatan saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun