Saya sungguh bersyukur dengan keputusan saya menolak makan bersama bule-bule di mal mewah yang nyaman dan ber AC dengan menu makanan bersih taraf internasional sambil diskusi cas cis cus membahas ekspansi bisnis mereka ke tanah air saya.
Saya sungguh bersyukur dengan keputusan saya makan sendirian di warung penyet depan kantor, samping tukang tambal ban, dengan asap kendaraan bermotor dan panas terik Ibu Kota menyengat kulit
Saya sungguh bersyukur bisa mencuri dengar diskusi para supir taksi. Sekalipun saat liputan demonstrasi kemarin saya dan seorang kawan jurnalis perempuan, kami sempat dilecehkan secara verbal oleh para supir. Untuk sampai di tahap memahami dan memaafkan pelecehan itu saya butuh proses.
Ya, jika saya memilih makan dengan bule, saya tak akan berjumpa dengan supir taksi yang pasrah. Dan jika saya tidak bertemu supir taksi saya tidak akan pernah bisa memahami lagi apa artinya kepasrahan, kesabaran, mengalah, dan perjuangan :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H