Mohon tunggu...
Gloria Fransisca
Gloria Fransisca Mohon Tunggu... Jurnalis - Writer

My name is Gloria Fransisca Katharina Lawi, I was born in Jakarta. Experienced in media service especially as writer, journalist, researcher, public relation, and social media content for almost 10 years in KONTAN and Bisnis Indonesia. Currently, I am doing my new role as Content Caretaker of political platfom, MOSI.ID.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menantang Revolusi Mental

14 November 2015   17:41 Diperbarui: 14 November 2015   18:03 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Revolusi Mental yang dicita-citakan Bapak sepenuhnya sudah saya serap sebagai sebuah pekerjaan besar yang sudah harus ditanamkan kepada setiap individu bahwa masyarakat jangan hanya berpangku tangan menunggu dan menggugat kebijakan. Revolusi Mental jelas memberikan ruang seluas-luasnya untuk segenap masyarakat, khususnya civil society, untuk segera bersiasat yang memfokuskan dirinya masing-masing pada transformasi cara hidup sehari-hari kelompok-kelompok warga negara. Revolusi Mental adalah gerakan rutin yang panjang dan memerlukan kesabaran.

Sangat diperlukan langkah-langkah konkret untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan yang punya dampak terhadap terwujudnya kebaikan hidup berbangsa dan bernegara. Seperti halnya yang saya paparkan tentang kondisi teman-teman di Indonesia Timur, Jayawijaya khususnya. Maka memang perlu dimulai langkah bagaimana merevolusi mentalitas segenap elemen masyarakat dari mulai pejabat daerah yang perlu diakui kerap lalai dalam menjalankan tugas. Masih menjadi raja-raja kecil yang bersifat seperti parasit bagi masyarakatnya, mengumpulkan kantong-kantong kekayaan dari penghasilan daerah tanpa disertai totalitas dan hasil kerja yang maksimal dan sesuai amanat konstitusi.

Tak hanya pejabat daerah, tetapi juga segenap masyarakat, dalam konteks ini adalah para pejabat dan petugas kesehatan, serta segenap masyarakat dalam berbagai latar belakang. Mulai membiasakan diri untuk mengerahkan kekuatan civil society untuk mendorong terciptanya pemerataan kesehatan. Adapun banyak cara bisa ditempuh dari mulai yang bersifat mendorong pemerintah hingga yang sifatnya inisiatif civil society tanpa melibatkan pemerintah daerah secara umum. Insiatif adalah modal utama pembangunan.

Kawasan Indonesia Timur harus diakui hingga saat ini belum mengalami perkembangan yang signifikan jika dikontraskan dengan pulau Jawa. Berbagai karakteristik daerah sampai pola hidup menjadi pertimbangan khususnya. Ataukah juga masih minimnya inisiatif dari tokoh-tokoh dan warga setempat untuk memperjuangkan dan melakukan perubahan.

Padahal, kinerja warga setempat adalah motor utama perubahan, mengingat warga setempat adalah yang paling tahu dan memahami situasi dan kondisi daerahnya. Disinilah PR besar Bapak sebagai calon presiden untuk mensosialisasikan pemahaman revolusi mental. Pertanyaan menantang yang hendak saya ajukan kepada bapak dan segenap rakyat, siapkah kita melakukan revolusi mental tersebut? Jangan sampai kita terjebak pada nilai-nilai luhur yang populer dari kata-kata ‘Revolusi Mental’ namun tak pernah berupaya memahami secara implementatif maksudnya.

Akhir kata saya akan mengingatkan kepada Bapak, kerap kali pemerintah pusat abai pada keterbutuhan masyarakat terkait akses informasi dan keterkenalan rakyat pada calon pemimpinnya. Keterbatasan akses informasi kerap kali menjadi kendala bagi rakyat di daerah mengenal calon pemimpinnya. Jangankan untuk mengenal calon pemimpinnya, untuk mengetahui perkembangan situasi ekonomi, politik, sosial, dan budaya dalam negeri sendiri saja masih sangat terbatas.

Di sisi lain memang kita bisa melihat hal ini sebagai peluang sehingga calon pemimpin tak perlu menyentuh langsung daerah dan meriset sendiri, ia hanya cukup menggunakan sosok opini publik di daerah setempat, entah pejabat daerah, kiai dan ulama, entah juga rohaniwan biarawan dan biarawati, atau kaum intelektual setempat dalam memberikan pemahaman akan calon pemimpin serta menyalurkan visi-misinya. Tokoh-tokoh ini lalu menjadi penyalur dari kelancaran komunikasi politik, sayangnya perilaku para penyalur ini jangan terus menerus menjadi andalan karena bagi saya bisa menyebabkan kebutaan politik seperti yang terjadi saat ini.

Bagaimana mungkin kita bisa mengharapkan revolusi mental yang mumpuni jika masyarakat masih dituntun dalam berpolitik, dalam memperjuangan hak-haknya yang sesuai dengan konstitusi, serta mengambil keputusan, karena masih mengalami kebutaan politik? Oleh sebab itu saya mengiimbau Bapak, sekiranya berkenan untuk mulai menonjolkan aspek-aspek spesifik pengentasan kebutaan politik untuk meningkatkan efektivitas pencapaian cita-cita revolusi mental.

Jadi, inilah arti revolusi mental yang diamanatkan kepada civil society sesungguhnya: bahwa civil society adalah gerakan para warga negara (citizens) untuk melaksanakan transformasi secara berkelanjutan bagi pemberadaban hidup bersama yang bernama Indonesia. Dan ya, itulah ‘Revolusi Mental’ yang harus menyebar di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dari terbitnya matahari di Timur dan terbenamnya di Barat. Akhir kata, apapun yang terjadi, menang atau kalah, cita-cita revolusi mental ini semoga tidak berhenti diatas kertas ya Pak.

Buta terburuk adalah Buta Politik. Orang yang buta politik tidak sadar bahwa biaya hidup, harga makanan, harga rumah, harga obat, semuanya bergantung keputusan politik. Dia membanggakan sikap anti politiknya, membusungkan dada dan berkoar, “aku benci politik!” Sungguh bodoh dia, yang tidak mengetahui bahwa karena dia tak mau tahu politik. Akibatnya adalah pelacuran, anak terlantar, perampokan, dan yang terburuk, korupsi dan perusahaan multinasional yang menguras kekayaan negeri – Bertolt Brecht, Penyair German

 

Salam, Gloria Fransisca Katharina Lawi     

Salah satu anak dari Indonesia Timur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun