Mohon tunggu...
Gloria Alicia
Gloria Alicia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Universitas Atma Jaya Yogyakarta prodi Ilmu Komunikasi

Ecclesiastes 3:11

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah di Balik Malam Satu Suro

17 Desember 2020   10:06 Diperbarui: 17 Desember 2020   10:16 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selanjutnya ada juga larangan untuk pergi keluar pada saat Malam Suro, karena banyak orang yang percaya bahwa nantinya akan ada hal buruk yang menimpa. Larangan tentang pergi keluar adalah hal yang paling sering dikatakan oleh masyarakat jawa, karena hal ini berhubungan pada kepercayaan bahwa pada saat Malam Satu Suro arwah leluhur akan kembali pulang kerumah dan kita semua harus menyambutnya dengan cara berdiam diri dalam rumah. 

Beberapa warga Solo lainnya memiliki kepercayaan yang unik pada saat Malam Suro, yaitu pada saat setelah Kebo Bule berjalan maka akan banyak warga yang berebut tinja maupun air bekas mandian Kebo yang dimana dua hal ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Mereka yang sudah beruntung mendapat tinja dari Kebo Bule akan menjemur tinja tersebut yang nantinya pada saat sudah kering akan dibungkus menggunakan kain mori dan hal ini dipercaya akan membawa keberuntungan yang lebih banyak. 

Warga Kota Solo menganggap bahwa acara Malam Satu suro merupakan acara yang sakral dan selalu ditunggu pada setiap tahunnya. Acara ini juga merupakan acara terbesar di Kota Solo yang secara tidak langsung menjadi sebuah Identitas Budaya bagi Kota Solo. Banyak warga yang berasal dari kota sekitar Solo berdatangan untuk sekedar menonton maupun juga meminta berkah selama prosesi Malam Satu Suro ini berlangsung. 

Paparan tentang kepercayaan dan larangan yang ada diatas tidak dilakukan oleh seluruh warga Kota Solo, karena kebudayaan selalu berubah dan berkembang dari waktu ke waktu, tetapi  kebudayaan tentang Malam Satu Suro ini tidak akan luntur. Hal ini dikarenakan perayaan ini merupakan identitas dari Kota Solo yang dimana akan terus diadakan dan akan diturunkan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi lainnya. Maka dari itu, Acara Malam Satu Suro termasuk ke dalam Identitas Regional, karena Acara ini merupakan cerminan dari daerah Kota Solo.

Daftar Pustaka:

Ricky, M. (2020). Kirab Kebo Bule Kyai Slamet Ditiadakan, Keraton Solo Hanya Gelar Wilujengan Di Malam 1 Sura.

Samovar, L. A., Porter, R. E., & MCDaniel, E.R. (2014). Komunikasi Lintas Budaya: Communication Between Cultures (ed. 7). Jakarta: Salemba Humanika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun