Mohon tunggu...
gloria agatha
gloria agatha Mohon Tunggu... Freelancer - .

.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saudara atau Cinta?

20 November 2019   20:50 Diperbarui: 23 November 2019   13:28 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai!! Aku Snowbaby panggil aja aku Snow. aku bagi sedikit cerita cintaku ke kalian. Sebelumnya, aku pernah sakit hati, dan itu membuat aku jadi trauma untuk menjalin hubungan lagi sama laki-laki. Sampai akhirnya setelah setahun aku sendiri, hadir se-sosok kakak kelas yang mengisi hari-hari ku belakangan ini.. ada satu masalah yang bikin aku awalnya ga yakin dekat denganya, agama. 

Ya agama kita berbeda dia Katolik dan aku Kristen. Tapi kita pikir, coba jalanin aja dulu. Dia berhasil meyakinkan aku, kalau kita mau perjuangin dulu sampai nantinya emang udah gabisa lagi. dalam satu bulan kita mulai dekat, yang awalnya tidak ada yang berhasil membuat aku sayang sama orang, dan dia berhasil. 

Tidak berjalan lama akhirnya dia memutuskan untuk menyerah. Oke bukan, bukan ini yang ingin aku ceritakan. Jadi aku tak ingin panjang-panjang bahas tentang ini.

Seminggu setelah dia memutuskan untuk menyerah. aku ada acara keluarga di luar kota. Semuanya sudah dipersiapkan, mulai gaun, sepatu untuk acara, semua acara-acaranya dan keberlangsungannya. Awalnya aku sudah tidak mau ikut, malas. 

Malas sekali rasanya. Tapi ya.. mau gimana orang tua ku memaksa aku harus ikut karena disini semua keluarga berkumpul dan ini acara besar. Acara 50 tahun pernikahan oma dan opa ku. 

Dengan segan aku datang hadir ke acara itu, aku kesana bersama papa, om, tante dan asistennya. Kita membeli tiket penerbangan pukul tiga pagi. Mulai jam 12 tengah malam, kita semua sudah jalan ke bandara dan menunggu di bandara Soekarno Hatta Terminal 3. Selama menunggu aku tidak tidur. Di pesawat aku sempat tidur, tapi karena penerbangannya yang cukup cepat jadi aku cuma tidur sebentar. 

Disaat aku sudah sampai, aku langsung ke hotel tempat acaranya karena semuanya lagi kumpul di hotel. Karena sudah sangat capek, sementara check-in hotel itu pukul 12 siang. Akhirnya aku ke kamar oma dan opa yang sudah duluan disana. 

Saat aku sudah mau tidur, gak lama kedua cece saudara ku datang ke kamar akhirnya aku bangun. Tak lama ada satu cowok yang ikut yang ikut di belakang ceceku. Aku selama ini cuma tau kalo ceceku punya adik angkat yang biasanya dipanggil dede. Seingatku, aku belum pernah ketemu sama dede, selama ini aku tau dia cuma dari omongan keluarga dan foto-foto cece bersama dede. 

Saat dede masuk ke kamar, mamaku langsung bilang "ini Snow kenalan sama dede." kita cuma salaman lalu udah tanpa ada perbincangan. Kita berdua sama sekali gak pernah inget kalau dulu waktu kecil kita pernah ketemu, tapi kata cece dan keluarga lain, waktu kecil kita pernah ketemu di Surabaya. Iya, kita susah banget ketemu, karena dia tinggal di Makassar sementara aku tinggal di Jakarta. Aku ke Makassar saja hanya pernah sekali dan dia belum pernah ke Jakarta, sementara kalau aku ke Palu atau Poso kita tak pernah datang bareng.

Hari pertama baru kenalan. Entah tapi kita sama-sama merasa senang kalau lagi bersama. Baru saja kenalan, tiba-tiba untuk mencairkan suasana yang hening dan kebetulan dede lagi duduk di kasur, aku tanya ke dede "dek kamu main game gak?" 

Dari game semua berawal akhirnya kita sering main game bareng. Setelah main game kita jadi sering pergi berduaan terus, meninggalkan keluarga yang lain, entah pergi hanya sekedar bermain di lobby hotel atau bermain di kolam renang hotel. Setiap malam kita selalu bermain bersama di kamar cece. 

Malam pertamaku di disana saat itu aku tidur bersama kedua cece ku semenatara dede tidur bersama keluarga yang lain. Malam harinya dede sudah bilang ke aku kalau nanti pagi sudah bangun, dia akan ke kamar cece untuk membuatkan aku air hangat, karena pada saat itu aku sedang batuk sementara disaat acara aku harus menyanyi. 

Pagi harinya setelah bangun, karena terbiasa sekolah. Aku bangun pukul enam pagi  WITA sementara pukul lima pagi di Jakarta. Aku melihat cece-cece ku belum ada yang bangun, akhirnya aku membuka telepon seluler dan coba menghubungi dede, ternyata dede sudah bangun dari tadi pagi. Dede langsung bergegas ke kamar cece dan ia bermain di kamar cece. Disaat pagi harinya cece bangun, cece terkejut karena ada dede di kamar. Hari ini adalah hari sabtu, hari dimana acara yang ditunggu-tunggu berlangsung. Mulai dari pagi kita sudah disuruh untuk beres-beres mandi, merias wajah dan lain-lain, semenatara acaranya itu malam nanti. Make-up artist, event organize, dan penata rambut sudah datang dan semuanya berkumpul di kamar oma. Kita sebagai cucu dan anak-anaknya semuanya berkumpul juga di kamar oma. Saat sedang ingin beres-beres, dede meminta aku untuk ke kamarnya membereskan pakaiannya. Aku menemani dede untuk membereskan pakaiannya dan rambutnya. Setelah dede selesai, baru aku pergi ke kamar oma lagi dan minta untuk wajahku dirias. 

Selama seharian itu aku selalu bersama dede, dalam waktu sehari itu dede bisa membuat aku merasa sangat nyaman dengan sikapnya kepadaku, perlakuannya dan gayanya yang membuat aku merasa spesial dan cara dia memperlakukan aku, membuat kita merasa seperti sudah dekat lama. Sampai sore hari disaat acara, karena tidak terbiasa menggunakan heels, kakiku terasa sakit sekali, dengan mengenakan gaun yang panjang dan cukup berat, akhirnya setiap aku ingin berjalan dede selalu menggandeng aku. 

Turun dari panggung, dede menggandeng aku sampai ke meja makan dan ia membukakan tempat duduk untukku dan mempersilahkan aku untuk duduk lalu ia duduk di sebelahku. Mungkin kalau orang-orang lihat bisa berpikir aku dan dede yang sedang menjalankan acara pernikahan, bukan acara 50 tahun pernikahan oma dan opa aku. 

Selama acara kebanyakan aku pergi berdua dengan dede dan kita pergi berfoto-foto. Karena terlalu sering berdua dan meninggalkan keluarga yang lain, cece sampai bertanya "Snow kamu pacaran ya sama dede?" dan aku menjawab "ya engga lah ce, kan saudara lagian kita baru kenal." Ya, mungkin saja bisa karena memang kita tidak ada hubungan darah apapun, karena dede anak angkat. Sampai sekarang yang dede tahu adalah ia anak kandung. Kami sekeluarga tidak ada yang berani untuk mengatakan kebenaran ini kepada dede, biarkan nanti akan ada waktunya sendiri dia akan tahu. Malam harinya sesudah acara selesai sekitar pukul 24.00 dede bilang "ce, ini kan malam terakhir, besok kita sudah pisah, aku balik Makassar, cece balik Surabaya, Snow balik Jakarta. Malam ini aku tidur di kamar cece ya." Saat itu yang bisa kita pikirkan hanya bagaimana caranya satu kasur ukuran king bed cukup untuk kita berempat, sementara biasanya tidur bertiga saja sudah sangat sempit. Malamnya kita tidur berempat, dengan dede di paling ujung, lalu cece pertama, aku, dan paling ujung lagi cece kedua. Esok harinya pukul 07.00 pagi dede membangunkanku. Awalnya kita pagi-pagi ingin pergi berenang tetapi karena kami masih malas akhirnya tidak jadi pergi berenang. Kami berdua hanya duduk di sofa kamar bermain handphone berbincang-bincang sedikit, dengan dede yang duduk di sebelahku sambil mengelus-elus pelan kepalaku.

Hari rasanya begitu cepat saat kita di Palu, tak terasa siang ini kami sudah akan berpisah. Walaupun baru kenal, tetapi kami merasa sudah sangat dekat dan sangat nyaman. Tanpa aku sadari selama ini, dalam waktu kurang dari tiga hari, dede bisa membuat aku untuk melupakan masalahku dan sakit hatiku. Dan tanpa ku tahu juga ternyata dede merasakan yang sama, dalam waktu kurang dari tiga hari itu dede melupakan masalah-masalahnya, karena kita terlalu nyaman satu dengan yang lainnya dan terlalu bahagia sampai akhirnya lupa dengan kesedihan. 

Walaupun sudah berpisah, dede sudah tidak di sebelahku lagi, tapi melalui pesan singkat dan telepon-an hampir setiap harinya, dede tetap bisa membuat aku bahagia dan nyaman. Akhir tahun ini dede berjanji untuk datang ke Jakarta menemani aku sepanjang liburan, ia sudah membeli tiketnya dari hari setelah kita berpisah. Senang sekali rasanya dede akan menemani aku di Jakarta. Kami berpikir, untuk apa memikirkan pasangan jika sudah mempunyai adik dan kakak yang bisa dibilang terasa seperti pasangan. Apakah kita akan terus menjadi saudara tidak sedarah atau apakah ini akan disebut Cinta saudara tidak sedarah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun