Mohon tunggu...
S Gloria
S Gloria Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Professional dan Blogger

Be thankful for what you have. You have no idea how many people would love to have what you've got.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mantan Makin Dipaksakan Makin Menghilang, Lepaskan Saja

12 Februari 2020   12:23 Diperbarui: 12 Februari 2020   15:58 3894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang bilang Februari adalah bulan penuh cinta, khususnya di tanggal 14. So, berhubung kisah kasih tidak melulu berakhir seperti kisah Cinderella, kali ini asik juga bahas sisi kelam dunia percintaan di satu kata keramat yang tidak enak untuk diingat, yaitu 'Mantan'.

Setiap insan di dunia ini siapa sih yang tak punya kenangan. Apalagi kenangan tentang hal-hal yang bernuansa romantisme, pasti punya. Yah, meskipun tiap orang pasti mengalaminya pada waktu dan usia yang berbeda-beda.

Kalau flashback kebelakang, melihat perkembangan zaman dan generasi, pasti sudah jauh beda cara berinteraksi dan cara mengungkapkan sayang ke seseorang yang kita suka. Sepertinya zaman sekarang anak-anak muda, apalagi para kaum millennials lebih canggih dalam hal percintaan hahaha...

Tapi yang mau dibahas di sini bukan soal itu. Ini tentang Mantan saya. Seseorang yang pernah ada, pernah punya beberapa kenangan dengan saya. Meskipun pada akhirnya, mau tidak mau, suka tidak suka, ikhlas atau tidak, saya harus menyematkan lencana "mantan" di dada kanannya. Karena di dada itu, yang dahulu jantungnya berdebar saat bertemu saya, kini sudah tidak lagi.

Cinta bisa datang kapan saja, di mana saja tanpa diundang dia akan menghampiri siapa yang ditujunya. Tiap orang akan mengalaminya sadar atau tidak, mau, atau tidak.

Cinta tidak pandang usia baik muda maupun tua tidak memandang status ekonomi baik kaya maupun miskin. Cinta bahkan tidak melihat fisik seseorang baik itu jelek atau cakep.

Pertemuan pertama di coffee shop sangat berkesan./ilustrasi doc: jurnas.com
Pertemuan pertama di coffee shop sangat berkesan./ilustrasi doc: jurnas.com
Pertemuan dengannya sih tidak sengaja. Seperti sebuah kebetulan. Waktu itu saya lagi duduk sendirian disebuah cafetaria. Yah memang saya tipical yang suka habiskan waktu luang sendirian. Enjoying my own accompany.

Jadi ceritanya si babang tampan ini lewat persis di depan saya. Entah karena dia melihat saya cuma duduk sendirian makanya kasihan.

Atau memang dipikirannya saat itu seperti iseng-iseng berhadiah. Alias iseng menyapa, yah siapa tahu lanjut...hahaha, mungkin saja yaa.

Cara dia ingin tahu nama saya juga tergolong unik, tapi itu yang justru bikin dulu jatuh hati. Seraya mendekat menyapa, kalimat pamungkas yang terucap oleh si dia waktu itu, "sorry, kalau aku mau pesen kopi yang lebih milky gitu, namanya apa yah?"...well, dalam hati sebenarnya sih membatin..."dikira gue barista kali, gak liat nih udah dandan kayak princess gini!"...hahaha

Lanjut, saya jawab dengan singkat.."kopi latte maksudnya kali mas." Oh, iya kopi latte, jawab si babang tampan sambil tersenyum menampilkan sederet giginya yang putih bersih. Sampai di sini sih saya masih cuek, sambil terus melanjutkan kesibukan saya dengan mobile phone di tangan. Belum ada angin-angin asmara yang menerpa, hehehe.

Eh, ternyata justru pertanyaan pembuka dari dia sebenarnya cuma basa-basi lho. Karena habis itu dia lanjut sambil bilang,..."kalau milky coffee itu namanya kopi latte, kalau kamu namanya siapa?". Deg!, langsung tiba-tiba ada serangan mendadak di jantung. Kalau yang tadinya saya pasang muka judes dan cuek, tiba-tiba melemah dan mulai tersenyum sambil jawab..."oh, panggil saja saya Ria."

Dari situ cerita berlanjut, dari saling kasih nomor ponsel, sampai ke pertemuan-pertemuan berikutnya. Nggak cuma sampai di situ, bahkan dia sudah juga saya perkenalkan dengan orangtua, kakak dan adik. Kan katanya tak kenal maka tak sayang. Makanya, biar tambah sayang ya saya kenalin ke semua anggota keluarga.

Mungkin karena seringnya berkomunikasi dan sesekali bercerita maupun sharing walaupun itu hanya melalui chatting.

Tapi semua yang kita bicarakan terasa santai, nyaman, enak dan pastinya nyambung. Dia selalu punya cara untuk kita berdua tetap berkomunikasi.

Nongkrong, jalan bareng, cara kita semakin dekat./ilustrasi doc: asianet.id
Nongkrong, jalan bareng, cara kita semakin dekat./ilustrasi doc: asianet.id
Sampai waktu terasa begitu cepat berlalu. Tak ada pembahasan atau topik pembicaraan yang membosankan kalau sama dia. Semua bahan bisa kami buat untuk diskusi, dari makanan, pakaian, sosial, sampai masalah perang dunia juga bisa jadi topik bahasan. Meskipun sesekali dijadikan bercandaan. Tak ada waktu yang terbuang percuma. Itu yang buat saya mulai menyukainya hingga jatuh cinta padanya.

Selain komunikasi yang selalu ada setiap hari. Sama seperti halnya orang-orang yang jatuh cinta, kita juga pergi nonton, makan bareng sambil nongkrong sesekali terutama di tempat kita pertama ketemu.

Dia suka mengunjungi jika ada pameran budaya, saya sering juga diajak menemani. Senengnya yang saya rasakan saat itu apalagi selalu bersama dengan orang yang saya sayangi.

Tapi toh tidak ada yang tahu jodoh seseorang sampai di mana. Meskipun hubungan sudah terjaga dengan baik. Kalau dulu saya pikir ketika saya jatuh hati kepada seseorang, itu akan jadi yang pertama dan terakhir kalinya. Tapi ternyata saya salah.

Hari berganti hari waktu berlalu begitu cepat banyak perubahan yang sangat tak terduga. Hatinya mudah berubah. Kadang lembut, kadang sayang, kadang manis, kadang romantis tapi kadang dia mulai sangat cuek. 

Komunikasi dengan sayapun mulai berkurang, pertemuanpun sudah tidak sering lagi. Tapi saat itu saya berharap ini hanya masa-masa 'kejenuhan' sementara dan seiring berjalannya waktu serta rasa yang ada di antara kita berdua, pasti terlewati.

Tak lagi sering bersama, semua tak lagi sama./ilustrasi doc: asianet.id
Tak lagi sering bersama, semua tak lagi sama./ilustrasi doc: asianet.id
Apa sih yang bikin cinta seseorang itu luntur dan memudar? Jawabannya ya relatif. Sepertinya tidak melulu karena orang ketiga. Sama halnya seperti yang saya alami. Banyak persamaan dan kecocokan, yah itu tak menjamin juga hubungan bakal langgeng.

Lalu apa? Ambisi dan cita-cita. Kelihatannya sih klise, tapi kenyataannya memang begitu.

Dia seorang Arkeolog, senang mendatangi banyak wilayah dan negara untuk penelitiannya. Berpetualang adalah bagian dari dunianya. Yang pada saat saya menjalin hubungan, sepertinya pada awal-awal ya memang tak masalah buat saya.

Makin hari, saya berpikir suatu saat saya harus juga memutuskan. Ke depan mau dibawa ke mana hubungan ini. Apalagi belakangan dalam beberapa waktu, saat dia sedang melakukan penelitian ke suatu wilayah, kadang seperti lost kontak. 

Entah karena saking sibuknya sampai lupa sekadar say hi tanya kabar atau kirim pesan singkat. Atau memang, saya sebenarnya bukan salah satu prioritasnya lagi. Entahlah.

Hingga suatu saat dia menjauh dari saya dan berusaha menghindari saya. Jangankan untuk bertemu atau bertegur sapa. Untuk membaca pesan yang saya kirim pun entah kapan akan dibacanya apalagi untuk segera langsung dibalas, jangan harap.

Akhirnya waktu itupun tiba. Waktu buat saya dan dia harus bicara. "Menurut kamu, saya itu penting nggak sih?", tanya saya pada satu kesempatan. "Tergantung dalam hal apa, jawabnya." Wah, sedikit sedih juga saat mendengar jawabannya saat itu. 

Karena tidak seperti yang ada di film-film klasik atau dongeng-dongeng romantic yang pernah saya lihat. Di mana sang pria dengan segenap jiwa raga mengutamakan sang pemilik hati kesayangannya.

Dari situ saya tak melanjutkan pembicaraan. Karena pada akhirnya saya tahu, dia tidak sepenuh hati untuk mempertahankan hubungan.

Sebenarnya buat saya itu hal yang berat, saat dia pada akhirnya harus keluar dari hidup saya. Yang berat pastinya ibarat melepas sesuatu yang kita pikir harusnya itu 'milik' kita. Tetapi seperti 'dipaksa' harus mengikhlaskan menjadi milik yang lain.

Akhirnya harus putus./ilustrasi doc: lifestyle.com
Akhirnya harus putus./ilustrasi doc: lifestyle.com
Ada kata bijak "jika kita mencintai seseorang, kita ingin dia bahagia. Meskipun kebahagiannya bukan bersama dengan kita." Let them go. Meskipun sangat tidak mudah, tapi ada hal-hal yang jauh lebih baik di depan saya, dari apa yang sudah saya tinggalkan.

Teman bilang, cinta memang layak diperjuangkan, tapi kalau berjuangnya sendirian, ya itu tidak layak lagi. Duh, semua kata-kata itu benar sih. Tapi kadang bicara mudah kan prakteknya yang susah hahaha...mentertawakan kebodohan diri sendiri. 

Lucu juga kalau mengingatnya. Tapi tidak perlu juga kan bikin tugu peringatan untuk mantan. Memangnya mantan itu pahlawan, yang harus selalu dikenang hahaha...

Terakhir sekali-kalinya pernah tanpa sengaja bertemu dengan dia. Yang pasti sudah tidak sendiri lagi. Dengan senyum yang sama dahulu saat bertemu saya, dia memperkenalkan sang pujaan hati yang baru kepada saya.

Sedih, kecewa? Ya adalah pasti, manusiawi. Akhirnya dia punya seseorang yang mau mengikuti ke manapun ia pergi, yang bisa mengimbangi segala ambisi dan cita-citanya.

Cemburu dan cinta itu yang pasti masih ada. Karena butuh waktu untuk bisa benar-benar mengingatnya tanpa rasa.

Biarlah ini akan menjadi cerita lalu dalam hidup saya. Hidup masih terus berjalan waktu akan terus terlewati meninggalkan semuanya, masa lalu sebagai kenangan dan pembelajaran untuk saya.

Ketika kita belajar mencintai seseorang, jangan lupa belajar untuk melepaskannya./ilustrasi doc: titikdua.net
Ketika kita belajar mencintai seseorang, jangan lupa belajar untuk melepaskannya./ilustrasi doc: titikdua.net
Setelah sekian lama, well tak tahu dia pada akhirnya menikah dengan wanita pilihanya atau tidak. Tapi chatting dan pesan singkat saya terakhir sama sekali tak pernah dibalas, meskipun hanya menanyakan kabar. 

Di momen seperti itu ingin juga sih saya bilang ke dia, "Jangan khawatir, aku tidak cemburu dengan pasangan barumu, karena aku sudah tahu kesialan apa yang akan didapatkannya kelak"...hahaha, terkesan sadis yah, tapi itu dulu kini sudah benar-benar ikhlas kok.

Jadi, sekarang sudah move on dong?

Iyalah harus!

Yah semoga saja kekasih babang tampan yang baru memiliki hati yang kuat, atau menyerah lebih awalpun seperti saya tak ada salahnya hahaha...

Ibarat sebuah permainan, saya kali ini kalah. Di awal mungkin saya tak terima kekalahan saya, ada sikap sinis dan rasa benci kepadanya ketika egonya lebih besar daripada rasa sayang yang dia punya.

Tapi, kini, saatnya saya memasuki permainan yang baru, lebih percaya diri dan kesiapan yang matang.

Karena sekarang saya sudah tahu alasan kenapa saya kalah dan tidak ingin mengulanginya. Kalau pada akhirnya dia sudah bahagia, kenapa saya tidak bisa. 

Karena kebahagian saya adalah hak saya, dan saya pula yang mampu merenggutnya. Jadi, pada akhirnya masa itu biarkan tenggelam beserta seluruh kisahnya. Saya tidak perduli jadi apa, dan bagaimana dia kini di sana. Saya tak ingin merenggut kebahagian saya sendiri dengan terus menoleh kebelakang. 

Balas dendam terbaik yang bisa dilakukan pada mantan adalah terus maju. Biarkan dia melihat saya juga bisa bahagia dengan seseorang yang memperlakukan saya lebih baik darinya.

Jadi, siap melanjutkan hidup dan bertemu yang baru? Pastinya!

***

Tim MeatLovers,
S Gloria
Windu Basuki
Davi Massie

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun