Mohon tunggu...
Global Youth Action
Global Youth Action Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Pemuda

Global Youth Action merupakan organisasi pemuda internasional yang menciptakan kerja sama antara gerakan pemuda di seluruh dunia, Gerakan yang nyata untuk menjadikan dunia tempat yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agar Kegiatan Balance, Buat Set Priorities Sampai To Do List

11 Februari 2021   09:13 Diperbarui: 11 Februari 2021   09:29 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka dari itu, ia ingin anak-anak yang lain juga merasakan apa yang ia rasakan. Untuk bisa terwujud, tentu saja harus mulai dari anak tangga pertama dahulu, seperti mengikuti/membuat organisasi, belajar, survey, dan menambah pengalaman. "Rekreasi untuk Edukasi" itu tujuannya.

"Dan meskipun saya belum mempunyai perusahaan, namun saya mempunyai berbagai platform media sosial yang bisa saya manfaatkan untuk memberi tahu atau membagi ilmu yang saya dapatkan dan juga mengkampanyekan poin-poin SDGs karena SDGs adalah tujuan global yang gunanya untuk mengatasi permasalahan manusia dan alam dan juga SDGs ini bukan hanya tugas pemerintah namun tugas pemerintah swasta, pengusaha, komunitas, teman-teman saya, dan diri saya sendiri," jelasnya.

Lulus SMA, ia berencana melanjutkan kuliahnya di Universitas Gadjah Mada pada jurusan Ilmu Komunikasi. Menurutnya, membangun perusahaan tidak mempunyai batasan gelar. Alasannya memilih komunikasi adalah agar mempunyai kemampuan menulis, berbicara, dan mendengarkan yang mumpuni, jadi akan sangat membantu di kehidupan sehari-hari. "Karena ilmu komunikasi juga bisa dibilang lumayan flexible dibanding jurusan lain, hal itu akan mempermudah saya untuk mengikuti berbagai organisasi atau Unit Kegiatan Mahasiswa lainnya yang biasanya langsung terjun ke masyarakat," lanjutnya.

"Masyarakat Korea Selatan memiliki budaya dimana ketika mereka menerima pemberian dari orang lain mereka tidak akan langsung membukanya melainkan menunggu sampai orang itu pergi dan setelah itu mereka akan menawarkan pemberian yang serupa kepada orang tadi. Sama seperti kita, semangat, fasilitas, dan dukungan penuh diberikan kepada kita, saatnya kita untuk mengemas pemberian itu, kita olah, kita kembangkan sampai pada akhirnya kita dapat memberikan sesuatu yang berguna untuk mereka," tutupnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun